"Sepertinya kau memang harus mempertimbangkannya dulu, aku akan menunggu juga, persis seperti kata ayahmu, kita punya banyak waktu." Orance berucap di sela-sela keheningan.
Orance tahu bahwa ada hal mendesak yang harus dilakukan Josh karena mendengar pesan dari Tefra. Melihat dari raut wajah Josh saat menerima surat tersebut, juga saat Josh melihat Deanrys, memang ada hal yang tidak beres.
Tanpa mengatakan apapun lagi, Josh dengan cepat masuk ke dalam kamarnya dan mengunci pintu. Deanrys yang tahu gelagat itu hanya terdiam alih-alih menunggu penjelasan yang entah kapan akan dia dengar.
"Kau ingat 'kan apa yang aku katakan, jangan berlebihan dalam segala hal." Orance tiba-tiba bangkit dari duduknya, "kalau begitu aku akan kembali untuk melakukan persiapan lebih dulu. Oh ya, Dean, jangan lupa dengan makan malam kita nanti. Aku permisi ya."
"Ya, tentu saja, Orance." Deanrys tersenyum.
Sebelum Orance benar-benar keluar dari rumah, Josh keluar dari kamarnya dengan pakaian yang lengkap. Sembari mengenakan kacamata, dia berjalan menuju pintu keluar.
"Aku pergi dulu." Tukasnya cepat dan lalu pergi dengan terburu-buru.
Deanrys menghela napas panjang, "lagi-lagi seperti ini." Ujarnya pelan.
"Apa yang terjadi?" Tanya Lyra, dia sudah tidak bisa menahan diri lebih lama lagi.
Deanrys menggeleng, "kita akan tahu saat ayahmu sudah kembali, tapi hal ini benar-benar mendesak. Dia selalu bersikap seperti itu jika menghadapi sesuatu yang tidak beres."
Firasatnya benar, sesuatu yang tidak beres sudah terjadi.
"Tobias, kau kembali saja dulu, aku akan menemuimu nanti. Jangan kemana-mana." Ucap Lyra yang langsung diiyakan oleh Tobias.
Tobias menyusul Orance yang sudah berjalan lebih dulu ke arah rumah di sebelahnya.
"Ku rasa," Lyra berbalik menghadap ibunya, "ibu ingin mengatakan sesuatu padaku?" Tanyanya menyelidik.
Sang ibu menyunggingkan senyum, "kau tahu.." jawabnya sedikit bangga sembari kembali duduk, matanya melihat ke arah luar. "Orance sudah bercerita cukup banyak padaku, meski belum semuanya tentang mu. Aku benar-benar berterima kasih padanya karena sudah merawatmu dengan baik. Namun, yang ingin ku bicarakan sebenarnya adalah tentang dinding pelindungmu." Ibunya terdiam.
Lyra memutuskan untuk ikut duduk di dekat ibunya, "dinding pelindung yang diciptakan Orance?"
"Ya," jawab Deanrys dibarengi dengan kepala yang manggut-manggut. "Sejak kalian lahir, Josh memang sudah memperkirakan bahwa akan ada hal yang akan menyulitkanmu, tetapi dia tidak yakin pasti tentang apa. Sebelum aku dan Josh mencoba untuk menggendong dan menyentuhmu, kau sudah dibawa pergi lebih dulu dari kami berdua oleh seorang penyihir lainnya. Bahkan aku tidak yakin kalau kau punya wajah yang begitu mirip dengan Larry, tapi setiap kali melihat Larry aku sedikit banyak bisa menebak bagaimana wajahmu." Deanrys menyandarkan tubuhnya ke kursi. "Saat tahu bahwa indera sensitif milikmu yang sudah membuatmu kesulitan, ayahmu tidak bisa diam saja. Dia kelewat khawatir padamu sehingga dia ingin ikut membantu Orance untuk membuat pelindung tersebut agar lebih kuat, agar kau tidak perlu kesakitan lagi."
Ayah.. Lyra bergumam di dalam hati, merasa bersalah dengan perkataannya yang sebelum-sebelumnya.
"Tapi ternyata kau berpikiran lain."
Lyra menggeleng lambat-lambat, "aku tidak bermaksud.. hanya saja, ku pikir tadinya menguntungkanku. Namun, setelah ibu mengatakan bahwa hal itu lebih banyak mengancam hidupku, aku jadi tersadar."
"Aku juga tidak bermaksud untuk menentang perkataanmu, kau tahu, rasanya sakit melihatmu terus tidak sadarkan diri seperti itu."
Tatapan mata Deanrys semakin membuat Lyra merasa bersalah. Kepalanya seakan mau meledak karena terlalu penuh dengan pikiran-pikiran sampai dia tidak yakin apa yang sebenarnya tengah dia pikirkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Another War : Silver Feather
FantasyBuku 2 [Hiatus] Disarankan untuk membaca Buku 1 terlebih dahulu. Di antara manusia serigala dan penyihir, akan selalu ada keberadaan vampir. Yang mana mereka lebih memilih tinggal di tengah-tengah Kota dan hidup berdampingan dengan manusia normal s...