"Anak-anak ini manis sekali," Orance langsung merangkul Sean sesaat dan Tobias bergantian. "Kalian berdua repot-repot sekali menghias rumahku untuk menyambut kedatanganku."
Menghias rumahku? Sean mengulang perkataan itu dalam kepalanya.
Sean dan Tobias saling bertatapan seraya melemparkan tatapan apa maksudnya itu?
"Sepertinya tidak begitu, ya?" Peal angkat bicara di suasana yang membingungkan itu.
"Jangan bilang yang dikatakannya itu adalah rumah ini sebenarnya.. miliknya..?" Tobias urun bicara, tidak mau terus kebingungan.
"Tentu saja kau benar, atau jangan-jangan, kalian tidak tahu?"
"Eh.. Orance, sebaiknya masuk dulu, kita bicarakan di dalam." Sean mengajak Orance dan Peal masuk ke dalam rumah tersebut.
Penjelasan Orance yang panjang dan agak sedikit rumit ternyata masih bisa dicerna oleh dua orang itu—Sean dan Tobias, dan seperti yang Sean ketahui kalau rumah itu memang sudah lama ditinggal pergi oleh pemiliknya. Larry tidak mengatakan apapun soal itu atau jangan-jangan anak itu memang tidak mengetahuinya?
"Memalukan sekali, tadinya aku ingin mengajak kalian untuk tinggal bersama di sini." Ujar Sean mengakui.
Orance tertawa cukup kuat dibuatnya, tapi dia tahu bahwa memang tidak semua orang mengetahui pemilik rumah itu kecuali Deanrys dan Josh. Sisanya bahkan mengira bahwa pemilik rumah itu sudah lama mati karena tidak kunjung kembali ketika meninggalkan Prasium.
"Aku mengerti. Kalau kau berencana begitu, itu artinya aku saja yang mengundang kalian untuk tinggal bersama kami, bagaimana?" Ajak Orance.
Sean menoleh ke Tobias, menunggu reaksi laki-laki itu soal tawaran tersebut.
"Seperti yang Sean katakan," katanya, "kami berdua tinggal di sini karena tidak memiliki tempat tinggal. Jadi, ku rasa aku akan tetap di sini." Tobias tersenyum, "oh iya, namaku Tobias, aku teman Lyra dan Sean, belum lama ini." Sambungnya, kemudian menggaruk telinganya yang bertindik itu, entah sejak kapan anting hitam tersebut berada di sana.
"Apa maksudmu dengan belum lama ini?" Sergah Peal, tingkah laku Tobias menyita perhatiannya.
"Dia adalah teman Rick, salah satu pasukan Exchanges yang sudah insaf. Dia memang bergabung bersama Lyra dan aku belum lama ini. Kami menampungnya karena kasihan." Jelas Sean sembari mengejek.
Orance dan Peal tertawa kecil melihat wajah Tobias yang kesal karena Sean yang menjengkelkan.
"Kau boleh tinggal bersama kami, akan lebih baik kalau kau juga merasa seperti anak kami sendiri." Peal bangkit dari kursinya lalu menepuk pelan bahu Tobias yang tadinya menegang, lalu berjalan masuk ke dalam rumah untuk melihat-lihat.
Tobias melirik ke arah Orance sebentar dan mendapati wanita itu tengah tersenyum manis padanya. Perasaan hangat yang mengalir dari kedua orang itu mampu mencairkan hati Tobias yang membeku, sudah lama sekali sejak dia memutuskan pergi dari tempat tinggalnya karena tidak ingin bersama dengan ayahnya yang pemabuk dan ibunya yang jarang sekali pulang. Untuk sesaat, Tobias merasa bahwa itulah kasih sayang yang sebenarnya.
"Jangan sok manis dengan terus tersenyum," Sean menyikut lengan Tobias, "kau itu punya janji dengan Lyra, jadi sana bersiaplah!" tukasnya.
Sean itu terkadang memang sangat menjengkelkan, tapi dibalik sikapnya yang seperti itu, dia menyematkan perasaan peduli dan khawatir kepada temannya. Tobias bertanya-tanya, apakah Lyra benar-benar menikmati pertemanannya dengan Sean atau malah sebaliknya. Jika benar Lyra menikmatinya, Lyra sungguh hebat karena mampu bertahan dari sikap menyebalkan seorang Sean.
KAMU SEDANG MEMBACA
Another War : Silver Feather
FantasyBuku 2 [Hiatus] Disarankan untuk membaca Buku 1 terlebih dahulu. Di antara manusia serigala dan penyihir, akan selalu ada keberadaan vampir. Yang mana mereka lebih memilih tinggal di tengah-tengah Kota dan hidup berdampingan dengan manusia normal s...