Bagian 30 : Sedikit Tentang Ingatan Lyra

6 1 0
                                    

"Apa itu tidak apa-apa kalau kau tidak ikut?"

Pada dasarnya, Orance bertanya demikian karena sudah tahu bagaimana hubungan kedua orang tua Lyra. Deanrys yang keras kepala dan Josh yang kelewat khawatir.

Deanrys mengedikkan bahunya, meski dia juga sebenarnya ingin tahu lebih lanjut tentang apa yang sudah Josh jelaskan padanya. Rasanya memang lebih baik kalau dia hanya menunggu hasilnya, meski sebentar lagi dirinya sendiri mengakui kalau dia tidak akan tahan berdiam diri saja.

"Daripada itu, aku berencana untuk membuat langkahku sendiri. Bagaimanapun, aku tidak ingin menjalin hubungan dengan para vampir." Sergahnya dengan nada yang semakin meninggi.

Sementara itu Lyra hanya membisu, melihat, mendengar dan bernapas. Bahkan kenyataan yang sempat memenuhi isi pikirannya tidak lagi mengganggu. Seakan Lyra tidak pernah ingin dan tidak akan pernah ingin tahu tentang konflik yang sejak awal menghancurkan hubungan baik para manusia serigala dan vampir.

Deanrys beserta Orance dan Peal berbincang kembali, Larry sibuk dengan Petra yang sudah meneguk dua gelas alkohol, lalu Tobias tengah mengunyah daging barbeque yang sudah selesai dipanggang.

Lyra tidak yakin apakah eksistensinya diperlukan di sana karena tidak ada satupun orang yang nampak ingin bicara padanya, tapi hal itu akhirnya tersingkirkan karena Sean mengulurkan sepiring daging barbeque ke depan wajahnya. Siapapun tidak akan tahan menahan godaan kelezatan daging barbeque, apalagi aromanya itu mengundang selera makan Lyra jadi meningkat.

"Sejak kapan kau belajar menekuk wajah begitu, hah?" Sean mengoleskan saus yang sudah dicampur dengan tomat dan madu ke atas daging tersebut yang mana semakin menggugah selera. "Kau yakin masih ingin menolaknya?" Goda Sean dengan memainkan salah satu alisnya.

Dengan tatapan yang tajam, Lyra menyambar piring tersebut dari tangan Sean, dia tidak berkata apapun selain hanya mencari tempat untuk duduk yang agak jauh dari yang lainnya, tapi tidak ada tempat duduk yang tersisa selain bekas ayahnya. Jadi mau tak mau Lyra melangkah menuju Tobias yang tengah mengisi perutnya dengan tidak sabaran. Karena Lyra tahu itu pasti tempat duduk milik Sean, dia tidak khawatir kalau lelaki itu akan memarahinya karena duduk sembarangan.

"Pelan-pelan saja, bung." Kali ini Lyra yang menggoda Tobias.

Tobias mengangkat kepalanya sekilas, salah satu tangannya yang bersih mengelap bercak saus di sudut bibirnya serta di hidungnya. Lyra yang melihat itu hampir saja tertawa terbahak-bahak, tapi dia menahan diri hingga akhirnya hanya tertawa cekikikan. Apa yang baru saja dia saksikan adalah sisi lain dari Tobias yang selama ini tidak pernah kelihatan, jadi Lyra semakin suka untuk menggoda lelaki itu.

"Berhentilah menggodanya! Kau makan saja milikmu." Tukas Sean yang entah sejak kapan sudah berada di sebelahnya, salah satu tangannya memukul kepala Lyra dengan pelan.

"Hah, kau pikir hanya kau yang bisa mengganggu Tobias?"

"Omong-omong, sejak kapan kau berteman baik dengan teman adikmu?" Sean dengan wajah yang menjengkelkannya memandangi Lyra yang baru saja melahap daging.

"Bhukang urhusang mu!" Seru Lyra dengan mulut yang penuh daging.

Sean hanya menyunggingkan senyum dan kemudian pergi dari sana, kembali membolak-balikkan daging pagang yang baru dia taruh tanpa mengindahkan ucapan Lyra barusan.

Larry dan Petra bergabung dengan Lyra dan yang lainnya, meninggalkan para orang tua yang sudah setengah mabuk sendirian. Mereka semua bercanda sehingga kehilangan satu anggota bukanlah sebuah masalah untuk menghentikan acara makan malam itu. Entah kapan acara itu dimulai Lyra tidak tahu, tapi yang pasti hari sudah lebih gelap dari sebelumnya.

Another War : Silver FeatherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang