Selama beberapa waktu Lyra tertidur, banyak hal yang telah terjadi. Namun dari semua hal itu, eksistensi Orance di hadapannya saat dia terbangun dari pingsannya, memaksa jantung Lyra bekerja lebih cepat. Wajah itu, senyuman itu, Lyra sangat merindukannya.
"Lyra, akhirnya kau bangun." Orance langsung memeluk Lyra tanpa menunggu persetujuan.
Lyra lega kalau nampaknya Orance baik-baik saja. "Tak ada yang melukai mu, kan?" tanya Lyra.
Orance mendengus, "aku baik-baik saja."
"Apa yang telah terjadi saat aku pergi?" Lyra melepaskan pelukan perlahan-lahan.
"Itu.." Ada jeda yang begitu panjang sebelum Orance kembali melanjutkan bicaranya. "Banyak hal yang terjadi saat itu."
Dan akhirnya Orance menceritakan apa yang sudah terjadi..
Di Hari Pemisahan, di mana Lyra dan Sean telah pergi meninggalkan Portsmouth, anggota Veneris lainnya menyiksa Peal bertubi-tubi tanpa ingin mendengarkan penjelasan, sementara anggota lainnya mengejar Lyra dan Sean bersama salah satu orang dari Feroces. Orance yang tidak tahan melihat Peal dihajar dan memasrahkan diri, dia melepaskan beberapa mantra sihir yang membuat anggota Veneris tersebut celaka. Mereka mengalami luka-luka cakaran seakan baru saja bertarung dengan serigala yang tak kasat mata. Namun, karena Orance kurang fokus dia berhasil ditumbangkan dengan sengatan listrik Stun Gun dari anggota Veneris yang masih mempunyai sisa tenaga untuk melawan.
Saat Orance terbangun, dia dan Peal sudah berada di dalam sebuah van, berdesakan dengan beberapa penduduk lainnya. Hanya Orance seorang yang tangannya diikat dengan tali rami, sementara yang lain terlihat terluka dan babak belur. Mereka dikumpulkan di dalam van tersebut berdasarkan orang-orang yang pemberontak dan pembangkang. Meski diikat begitu kuat dan dibuat tidak berdaya, Orance masih bisa mengucapkan beberapa mantra untuk melepaskan diri dari ikatan tersebut dan membantu Peal menyadarkan dirinya karena Peal nampak pingsan. Wajahnya setengah babak belur dengan hidung dan pelipis yang mengeluarkan cairan merah.
Orance bertekad kuat untuk melepaskan diri dari dalam sana, tetapi dia tidak ingin membuat yang lainnya mendapat celaka karenanya. Jadi, Orance terpaksa menunggu momen yang tepat untuk melancarkan rencana pelariannya.
Tak lama mobil van tersebut berhenti, belum lagi pintu belakang mobil terbuka lebar, Orance langsung melayangkan tendangan ke arah anggota Veneris itu dan berhasil membuat laki-laki itu tersungkur. Peal yang masih belum pulih sepenuhnya dibantu oleh Orance untuk kabur dari sana, tetapi karena tak mampu terus-menerus membawa tubuh Peal, Orance berteduh di bawah salah satu pohon dekat hutan.
"Kau pergilah, selamatkan diri mu." Ujar Peal, tak ingin membebani Orance lebih lama.
Namun, karena Orance tak tahu untuk apa lagi hidupnya jika hanya seorang diri, dia tetap bersama Peal. Mereka akhirnya ditemukan kembali oleh anggota Veneris lainnya, Orance yang tidak mau menyia-nyiakan tenaga hanya pasrah dipukul hingga pingsan. Peal mengatakan bahwa mereka berdua dipisahkan dari yang lainnya karena sudah membuat pelanggaran besar terlebih mereka sudah mengetahui identitas asli Orance.
Di tempat lembab dan gelap itu Orance dan Peal dipisahkan oleh jeruji besi, mereka seakan-akan ditempatkan di dalam sel, hanya saja tempat itu lebih sepi dan menakutkan dari penjara pada umumnya. Tempat itu bisa dibilang seperti ruang penyiksaan.
Orance menunggu waktu sampai Peal dan dirinya benar-benar pulih agar bisa melarikan diri kembali. Sejak pertama masuk ke dalam tempat itu, mereka hanya diberi makan sekali dalam satu hari. Membuat keadaan keduanya memburuk tapi Orance tidak ingin menyerah begitu saja. Bahkan siksaan itu tidak ada apa-apanya bagi Orance karena dia pernah mengalami hal yang lebih parah dari itu, diasingkan dan memakan kulitnya sendiri untuk bertahan hidup.
KAMU SEDANG MEMBACA
Another War : Silver Feather
FantasyBuku 2 [Hiatus] Disarankan untuk membaca Buku 1 terlebih dahulu. Di antara manusia serigala dan penyihir, akan selalu ada keberadaan vampir. Yang mana mereka lebih memilih tinggal di tengah-tengah Kota dan hidup berdampingan dengan manusia normal s...