Bagian 14 : Membuat Janji Temu

1 2 0
                                    

Menjelang siang hari itu, Josh sudah tidak ada di rumahnya. Deanrys yang semula benar-benar tidak ingin melibatkan Tefra atau bahkan membuat Lyra jadi dalam masalah, seketika jadi melunak karena perkataan Josh.

Tidak mudah bagi Josh untuk meyakinkan Deanrys yang sama sekali tidak mengerti dengan keinginan mulia Lyra, bahkan dia tidak repot-repot mengatakan tidak berulang kali tanpa mau mendengarkan penjelasan yang logis. Namun, saat Deanrys diperlihatkan tentang penglihatan Lyra yang ada pada kalung pemberian Orance, Deanrys menahan tangis. Dia terpukul dengan semua penderitaan yang dialami Lyra selama itu, tapi meskipun begitu Lyra tidak mengurungkan niatnya untuk melakukan suatu perubahan besar pada wilayah di mana dia dibesarkan.

"Kau masih tidak ingin melakukannya? Meski itu demi anak mu sendiri?" Tanya Josh, dia tahu pertanyaannya memang terdengar kasar, tapi Deanrys yang bersikap masih kekanak-kanakan baginya itu perlu sesekali diberi penjelasan dengan tegas.

"Memang benar bahwa sebelumnya aku tidak menginginkan anak-anak dari pernikahan kita," ujarnya, penyataan itu kembali membuat Josh tidak bisa bersikap sedikit lebih keras lagi pada Deanrys. "tapi jika dengan cara ini dapat membantu, aku akan menemui Tefra untuk membuat janji temu." kemudian Deanrys menghilang dari pandangan Josh.

Padahal Deanrys belum sempat sarapan pagi itu dan hal tersebut membuat Josh khawatir, tapi ketika dia menerima surat dari Deanrys yang memintanya datang menemui Tefra nanti siang, membuat Josh langsung merasa lega. Mereka tidak mungkin membiarkan Deanrys kelaparan, sekalipun hubungan Deanrys dengan istri Tefra tidak pernah baik.

Josh menitipkan Lyra kepada Sean dan Tobias yang pada akhirnya berjaga di rumah mereka, sementara Larry pergi bekerja dan langsung akan melakukan penyelidikan lebih lanjut tentang praktik pencurian jasad yang sudah menghebohkan beberapa pihak di Prasium.

Untuk yang ke sekian kalinya, Josh lagi-lagi merasa kasihan dengan Lyra. Anak itu, benar-benar sudah berhasil membuatnya mengubah pandangannya tentang beberapa hal. Namun, jika suatu saat Lyra mengetahui rahasia yang ditutupi selama ini, entah dia bisa memaafkan semua orang atau tidak. Josh tidak ingin membuat anak itu menderita lebih parah, tapi cepat atau lambat dia pasti akan mengetahui keberadaannya.

Josh tiba di kediaman Tefra, beberapa orang yang mendedikasikan diri untuk berjaga di pintu masuk tidak lagi bertanya untuk apa Josh berkunjung. Saat masuk, Josh mengibaskan mantelnya yang ditumpuki salju sebelum benar-benar akan bertemu mata dengan Tefra. Walau Tefra sendiri tidak begitu menginginkan sebuah jabatan apa-apa, pria yang tidak pernah tua itu hanya ingin melindungi semua kawanannya.

"Josh.." lirih sebuah suara memanggilnya.

Josh kenal suara itu, Deanrys yang muncul dari ruangan lain.

"Kau tetap ingin melakukannya?" tanyanya.

Tangan Josh menarik Deanrys agar bisa merangkumnya. "aku hanya akan menyampaikan apa yang ingin Lyra sampaikan, jika Tefra keberatan untuk membantu, itu tidak apa-apa." Dia mengelus punggung Deanrys naik turun.

"Kenapa kau tak membawa putrimu? Ku dengar dia selamat."

Jantung Josh berdetak cepat, kedatangan suara itu hanya akan membawa sebuah pertikaian. Lagi.

"Oh, kau masih ingat dengan perjanjian itu ya?" lanjutnya.

"Hei Lloyd! Cukup! Kau tak akan pernah bisa melihatnya!" tukas Deanrys kesal.

Entah mengapa meski sudah bertahun-tahun, mereka tetap tak bisa berdamai. Setiap keduanya bertemu, itu seperti kertas yang tersulut api, begitu mudah terbakar.

Josh berdeham, "sudahlah, aku hanya ingin bertemu Tefra." kemudian tangan Josh menarik Deanrys lembut agar ikut dengannya menemui Tefra.

"Asal kau tahu, urusan Tefra adalah urusan ku juga." wanita bernama Lloyd tersebut ikut melangkah di belakang mereka berdua, sedikit menjaga jarak.

Another War : Silver FeatherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang