12. SEPEDA CINTA

4.1K 284 84
                                    

Annyeong 👋

Jangan heran ya kalau jumlah part nya berubah (seharusnya udah part 15) beberapa part ada yang Miawww gabung biar gak gantung gitu jadi part-nya berubah/berkurang.

Tidak pernah bosan mengingatkan kalian untuk selalu follow, Vote dan komen sebanyak-banyaknya.

Please jangan jadi Secret Readers!

Happy reading

•••

"Tante Al gak jadi datang Pah?" tanya Cinta kecil pada papanya yang tengah melipat pakaian di ruang tamu sambil menonton bocah kembar yaitu Upin dan Ipin.

Niskala menggeleng tanpa menoleh. "Tante Al lagi ada kerjaan di Caffe jadi siang ini gak bisa datang."

"Terus yang temanin Cinta main sepeda siapa dong Pah?" tanya Cinta kecil dengan wajah cemberut. Takut-takut malah tidak jadi bermain sepeda.

"Papa dong, siapa lagi? tapi tunggu kerjaan papa selesai dulu ya," kata Niskala dengan senyum lebarnya.

"Kelamaan dong Pah," bantahnya, karena papanya jika melakukan pekerjaan pasti lama. "Ntar Cinta mainnya cuman sebentar."

Setiap hari Sabtu siang, tepatnya jam dua sampai jam empat sore adalah jadwal Cinta kecil untuk bermain di luar atau bermain di taman komplek. Biasanya juga Alda yang akan menemani Cinta kecil bermain, bukan berarti Niskala tidak mau mengajak anaknya bermain. Tapi Cinta kecil lebih suka di temani Alda, katanya lebih menyenangkan dan tentunya tidak di paksa untuk terus pulang.

"Enggak lama kok sayang, bentar doang ini."

Cinta kecil menatap tumpukan kain dalam keranjang yang penuh karena sudah hampir satu Minggu tidak di lipat, dan semua itu adalah baju Cinta kecil.

"Sebentar dari mananya?" tanya Cinta kecil heran. "Itukan banyak papah, pasti lama karena papah lipat bajunya juga lama."

"Kalau kamu sabar, apapun pekerjaannya pasti akan terasa cepat."

"Tapikan Cinta anaknya gak sabaran," balas Cinta kecil hingga membuat Niskala melongo. Niskala lupa jika anaknya berbeda dengan anak yang lain.

"Jadi kamu maunya baju ini gak di lipat?" tanya Niskala seraya mengangkat baju yang dia pegang. "Baju di lemari kamu itu hampir kosong, terus ntar kamu juga yang susah cari baju sekolahnya."

"Yaudah, Papah lipat baju Cinta main sendiri aja," saran Cinta kecil.

Niskala reflek melotot. "Oh jelas tidak boleh, anak kecil gak boleh main sendirian. Apa lagi bayi kaya kamu, berbahaya."

"Cinta gak main sendiri, Cinta main sama Pitter sama yang lain juga. Lagi pula cuman main di depan kok gak jauh-jauh."

"Sejak kapan kamu dekat sama Pitter?" tanya Niskala heran. Menyebut nama Pitter saja anaknya ogah apa lagi main bersama.

Cinta dia sesaat sembari memegang dagunya. "Emmm... sejak Cinta sakit waktu itu," katanya. "Cinta main sendiri aja ya Pah? Cuman main di depan kok, gak jauh-jauh."

"Tetap gak boleh Cinta, mending kamu nonton atau bantuin papa biar cepat jadi bisa temanin kamu main."

"Enggak mau, cinta maunya main sekarang," kekeh Cinta kecil karena memang tidak mau di temani oleh papanya. "Makanya kita punya bibi dong, kaya Pitter. Jadi papah gak perlu repot-repot lagi lipat baju, masak, nyuci piring dan baju."

Niskala tersenyum tipis, bibi yang Cinta kecil maksud adalah ART. Sebenarnya Niskala juga ingin menggunakan jasa ART untuk membantunya, tapi dia sedikit trauma karena ketika Cinta kecil masih berusia dua tahun Niskala pernah menggunakan jasa baby sitter. Namun baby sitter yang mengurus Cinta kecil malah memperlakukan Cinta kecil dengan kasar atau lebih tepatnya tidak melaksanakan tugas sebagaimana mestinya. Hal itu membuat Niskala tidak bisa percaya lagi dengan orang luar kecuali Alda, walaupun Alda terkadang suka mengajar yang tidak-tidak pada anaknya, tapi setidaknya Alda tidak akan mungkin menyakiti Cinta kecil.

NISKALA 2 CINTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang