"Kenapa?
... Kenapa kau membunuh ibuku?"
Sattia yang tidak lain ayah kandung Clay terdiam tak menanggapi
Tatapan matanya begitu kosong menatap Clay hingga tanpa sadar menitipkan air mata yang keluar tanpa seizin nya
Ingin rasanya ia memegang wajah sang anak namun urung saat melihat Clay yang begitu tajam menatapnya penuh kebencian
"S-siapa namamu?" Tanya Sattia gemetar hebat dengan air mata yang terus mengalir tiada henti
Kini Clay yang dibuat diam enggan menjawab membuat Sattia mengangguk paham memaksakan senyumnya meskipun masih dengan linangan air mata
"Setidaknya beritahu ayah namamu nak"
"Kau tak pantas disebut ayah!"
Sattia menundukkan wajahnya menangis histeris dengan isakan kuat
Hatinya begitu hancur saat sang anak berkata demikian. Namun dia cukup sadar diri karena memang semua ini adalah kesalahannya
"Maaf" Lirih nya pelan membuat Clay kini merubah tatapannya menjadi sendu
"Maafkan ayah hiks"
Sattia berniat memegang tangan Clay lamun segera dihempas kuat oleh sang empu
"Aku kesini tidak untuk meminta permohonan maaf dan tangisan mu!"
"Aku kesini hanya bertanya kenapa kau membunuh ibuku!"
Clay kembali menatap tajam Sattia yang begitu jelas menyelipkan kebencian disana
"Kenapa kau merengutnya dariku!" Lanjutnya berteriak membuat Sattia seketika membalasnya dengan berteriak juga
"AYAH TIDAK MEMBUNUHNYA!"
Sattia menutup wajahnya menunduk kembali sambil menangis seolah menyimpan begitu banyak rasa sakit didadanya
"Hiks.. Ayah tidak membunuhnya" Lirih nya dengan nada sedikit lebih tenang menatap Clay dengan tatapan memohon
Namun Clay tak bergeming dan malah balik menatap sinis padanya
"Ini bukan lelucon!"
Sattia menggeleng pelan saat sang anak berkata demikian
"Suatu saat nanti kau akan mengetahui kebenarannya"
"Untuk saat ini tolong percaya pada ayah"
Clay masih diam tak menanggapi
Kebenaran apa lagi yang akan ia hadapi selanjutnya?
Mungkin kah hidupnya serumit ini?
Kenapa semuanya terjadi diluar pemikirannya?
Clay benar-benar pening memikirkannya, disaat semua orang seusianya mendapat begitu banyak kesenangan, dia malah mendapat begitu banyak penderitaan
Tanpa sadar Clay meneteskan air mata yang sudah sedari tadi ia tahan
Clay menghapus kasar air matanya dan kembali menatap sang ayah yang menunduk sambil meremat tangannya
"Clay Keilaan Marchelio, itu namaku" Ucap Clay membuat Sattia kini mengangkat wajahnya tersenyum manis
"Apa nama panggilan mu Clay?" Tanya Sattia berbinar senang
Clay hanya mengangguk
"Bisakah ayah memanggilmu Clay?"
Lagi lagi Clay mengangguk sebagai jawaban
"Ayah sangat menunggu kedatanganmu"
Dengan gemetar Sattia mengambil sebuah barang dari satu celana tahanannya
YOU ARE READING
Diantara Kita? - MILEAPO - LOCAL
HumorMenjadi orang tua disaat usia kita belum cukup untuk menjadi orang tua tidak segampang yang kita bayangkan Banyak resiko yang harus kita ambil, disamping merelakan masa depan kita juga harus merelakan kehidupan kita yang akan berubah drastis bak omb...