Milen berjalan pelan menuruni tangga menuju ruang makan dimana disana juga sudah terdapat ibu dan ayahnya
"Pagi mih, pagi pih" sapa Milen sebelum mendudukkan dirinya di kursi
"Pagi sayang" jawab mereka serentak
Milen mendudukkan dirinya dikursi lalu dengan telaten sang ibu mengambilkan sarapan untuknya
"Bagaimana kegiatan kampus mu disekolah Milen?"
Dhermana menghentikan makannya memperhatikan Milen yang tengah menyuapkan sarapannya
"Cukup baik" jawab Milen cuek tanpa menatap sang ayah
Bahkan Milen bersikap dingin kepada orangtuanya juga
"Apa kau mengajar seperti Joshua disana?" Lanjut Dhermana kembali fokus memakan sarapannya karena Milen mengabaikan tatapannya
"Tidak, aku mengurus menejemennya"
"Hm baguslah
... Papih dengar anaknya Marchel juga sekolah disana"
Akhirnya Milen mengalihkan atensinya kepada dhermana saat mendengar sang ayah menyebut anaknya Marchel yang berunjuk pada Nathan, bocah pecicilan yang selalu mengganggunya
"Hm, dia baru kelas 11" jawab Milen singkat, kenapa ayahnya tiba-tiba membahas bocah itu?
"Bagaimana menurutmu Milen? Bukankah dia manis?"
Milen menatap ibunya yang ikut nimbrung disela-sela percakapannya bersama sang ayah
"Jauh dari ekspetasi"
Bu Dherma dan Dhermana saling pandang bingung dengan jawaban singkat dari sang anak
"Apa maksudmu?" Tanya Dhermana keheranan
"Papih dan mamih akan terkejut jika mengetahui sifat aslinya"
"Itu tandanya kau sudah mengenalnya"
"Aku mengenalnya melebihi wajah manisnya"
"Apa itu sebuah kata pujian?"
Bu Dherma tertawa pelan dibalas senyum hangat sang suami, menganggap jenaka ucapan anaknya
Milen hanya menarik nafas kasar tanpa menghiraukan ayah dan ibunya
"Ada satu hal yang ingin papih dan mamih sampaikan padamu"
Dhermana memasang wajah serius menatap Milen intens setelah meminum air putih yang dibawakan sang istri
Milen yang merasakan aura serius dari Dhermana langsung mendongkakkan wajahnya menatap bergantian ayah dan ibunya
"Tentang apa?" Tanya Milen memelankan kunyahannya
"Mungkin bukan saatnya kau mengetahui ini, tapi papih sama mamih ingin kau segera mengetahuinya lebih awal agar kau bisa mendekatkan diri dengannya"
Milen menautkan alis bingung dengan perkataan Dhermana yang bertele-tele
Kenapa tidak langsung to the poin saja, pikirnya
"Ini mengenai perjodohanmu dengan Nat.."
Driitt
Driitt
Belum sempat Dhermana menyelesaikan kalimatnya tiba-tiba terdengar suara deringan ponsel miliknya
"Sebentar papih angkat dulu teleponnya"
Dhermana beranjak dari duduknya meninggalkan Milen dan juga sang istri yang tengah menatapnya
Milen semakin dibuat bingung dengan terpotongnya perkataan sang ayah, ia melirik kearah ibunya yang sama sekali tidak menghiraukan kebingungan Milen
YOU ARE READING
Diantara Kita? - MILEAPO - LOCAL
HumorMenjadi orang tua disaat usia kita belum cukup untuk menjadi orang tua tidak segampang yang kita bayangkan Banyak resiko yang harus kita ambil, disamping merelakan masa depan kita juga harus merelakan kehidupan kita yang akan berubah drastis bak omb...