⇢⁵ ˗ˏˋ A Monster ࿐ྂ

64 5 5
                                    

"Akaashi~, menurutmu apa yang sebaiknya kita lakukan malam ini?"

Dari atas sofa, Akaashi hanya menatap Bokuto yang tengah berguling-guling di karpet depan TV.

Akaashi menuangkan teh hangat ke gelas dan meneguknya, ia baru saja selesai menyeduh minuman panas itu, udara malam ini memang agak dingin. "Masuk ke kamar lalu tidur."

Bokuto mendengus kesal. "Akaashi tidak asik."

Suasana hening sesaat, Akaashi yang tengah sibuk dengan ponsel, dan Bokuto yang tidur tengkurap di karpet.

"Eh, pinjem ponselmu bentar, dong," pinta Bokuto tiba-tiba.

Akaashi yang tiba-tiba dimintai ponselnya tentu merasa heran, tapi tak urung menutup aplikasi Tik Tok yang tadinya ia mainkan. "Buat apa?"

"Punyaku kuotanya habis, jadi pengen pinjam punyamu terus pakai download game offline, terus nantinya aku pindahkan ke ponselku, eheheh."

Akaashi hanya menatap datar sembari membiarkan ponselnya menggantung di tangan, menunggu pria itu mengambilnya sendiri.

Senyum merekah di bibir pria itu saat ia memainkan ponsel Akaashi, waktu yang dihabiskannya tak sampai semenit, membuat Akaashi sedikit curiga.

Apakah memang jaringannya yang cukup kuat, atau Bokuto yang tadi tengah melakukan hal lain? Karena sebelumnya Akaashi tidak dapat melihat apa saja yang dilakukan Bokuto pada ponselnya lantaran posisi mereka saat ini.

"Hei, Akaashi. Apa sebelumnya kau pernah dekat dengan seseorang?" tanya Bokuto tiba-tiba setelah mengembalikan ponsel Akaashi.

Jemari Akaashi yang baru saja akan kembali berselancar, seketika terhenti. Matanya tetap menatap android itu saat ia berbicara, "Dekat dalam artian?"

Bokuto menggulingkan dirinya hingga telentang, menatap Akaashi dari bawah. "Ya semacam sahabat dekat."

Akaashi mengalihkan pandangan ke Bokuto. "Kenapa tanya?"

Bokuto menggeleng cepat saat merasakan ketidaknyamanan dari nada suara Akaashi. "Tidak ada yang khusus, hanya ingin tau. Tapi jika kau keberatan ingin menjawab juga tidak masalah."

Akaashi menatap dalam iris keemasan Bokuto, sedangkan yang ditatap tiba-tiba menjadi grogi.

"Ada."

"Apa namanya Kozume Kenma?"

Kepala Akaashi yang semula menunduk lantas mendongak kembali dengan tatapan yang sulit dijelaskan. Antara curiga, terkejut dan penasaran.

"Kenapa kau bisa tau? Apa kau ada hubungannya dengan semua yang terjadi pada Kenma?!" tanya Akaashi mulai emosi. Jika soal Kenma, ia memang tidak bisa tenang. Mungkin tidak sampai misteri malam itu terungkap.

"Yaa, soalnya...." Bokuto mengubah posisinya menjadi duduk. "Pisaumu terukir namanya."

Alasan yang cukup masuk akal. Akaashi lantas mengeluarkan benda yang Bokuto maksud dari saku bajunya.

Bokuto menatap mata Akaashi yang terlihat menggelap. "Apa Kenma sudah ...." Akaashi sama sekali tak menjawab, dan Bokuto tau itu. Diam pertanda 'ya'.

"Um, maaf sudah membahas hal tak menyenangkan."

Hening sekali lagi. Bokuto menatap Akaashi bergantian dengan kakinya sendiri, tampak ragu dengan apa yang akan selanjutnya ia katakan.

"Maukah kau menceritakannya padaku?"

Perkataan Bokuto membuat Akaashi menatap tak percaya. Ia tidak ingat kapan seseorang meminta pada Akaashi sendiri untuk menceritakan masalah sebenarnya.

Game of Destiny : Love, Friendship and ObsessionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang