[ FLASHBACK CHAPTER ]
Apakah Kenma adalah orang yang aneh? Jika ditanyai seperti itu, Akaashi akan memberikan terkadang sebagai jawaban.
Keduanya kenal saat kenaikan kelas XI, saat itu mereka dipertemukan di kelas yang sama dan berakhir menjadi teman dekat. Akaashi merasa ada ketertarikan sendiri saat ia berinteraksi dengan Kenma, meski pria itu tak begitu sering merespon apa yang ia ucapkan.
Ia tau, jika Kenma adalah tipe pribadi yang tertutup. Namun, sikapnya menjadi aneh semenjak acara kelulusan diadakan. Ia menjadi lebih resah dan terkadang membatasi pergaulan Akaashi.
Hal yang paling membuat Akaashi bingung adalah ketika suatu waktu ia berada di rumah Kenma, lantaran ajakan dari pria itu sendiri.
Itu terjadi sekitar 3 hari sebelum kematian Kenma.
"Akaashi, kelak nanti jika kita berada di dunia yang berbeda, apa yang akan kau lakukan?" tanya Kenma tiba-tiba, matanya yang tertutup sebagian rambut itu menatap Akaashi serius.
Otak Akaashi lantas menafsirkan dunia berbeda itu sebagai pekerjaan. Mengingat impian mereka yang sejak awal memang berbeda. Akaashi bermimpi menjadi editor manga shounen, sedangkan Kenma ingin menjadi pro-gamer sekaligus youtuber terkenal di masa depan.
Akaashi tak pernah mengira jika penafsirannya akan jauh berbeda dari apa yang sebenarnya Kenma maksud.
Pria itu tersenyum, ada kesenduan yang muncul di mata sayunya. Ia meraih kedua tangan Akaashi dan menangkupkannya, kemudian ia arahkan ke pangkal hidungnya. Bernafas dengan berat di sana.
"Jika itu terjadi, kau harus menemukan seseorang yang benar-benar kau percayai. Seseorang yang dapat menjagamu seperti aku, ah tidak, lebih baik dariku."
Akaashi mengerutkan kening, ia sama sekali tak berniat menarik tangannya, yang mengganggunya adalah cara Kenma berbicara. "Apa yang kau bicarakan? Memangnya kau mau ke mana? Kenapa sampai perlu cari orang baru?"
Kenma tersenyum tangannya terulur meraih sesuatu di bawah bantal. "Tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi di masa depan, 'kan?"
Akaashi mematung, entah mengapa otaknya mulai mengarah ke sesuatu yang buruk saat mendengar kalimat itu. Ia kembali tersadar saat salah satu tangannya ditarik dan diletakkan benda yang pastinya familiar bagi semua orang.
"U-untuk apa pisau ini?" tanya Akaashi kebingungan saat melihat sebilah pisau yang gagangnya telah diukir diletakkan pada tangannya.
"Untuk melindungi dirimu dari bahaya yang akan datang kelak."
"Kenma, kau aneh hari ini," ujar Akaashi lagi, ia benar-benar butuh penjelasan atas semua ini. Tapi mengingat kepribadian Kenma yang tertutup, hampir mustahil Akaashi akan mendapat jawaban.
Pria itu menggeleng, jemarinya menunjuk pada playstation versi terbaru yang sedang menganggur. "Mau main?"
.
.
.
Akaashi dan Kenma berada dalam perjalanan menuju pulang setelah menyelesaikan kuliah sesi malam mereka. Keduanya melewati terowongan tua, diujung sana terhubung dengan komplek perumahan yang mereka tinggali. Bisa dibilang tempat ini semacam jalan pintas jika tidak ingin mengambil jalan memutar dari kampus yang lebih jauh.
Sepanjang perjalanan suasana terus hening, hanya terdengar suara tembakan dari ponsel Kenma yang saat ini ia mainkan dalam keadaan terbalik.
Keadaan di dalam lorong amat gelap, satu-satunya yang bersinar adalah wajah Kenma yang terkena terpaan cahaya layar smartphone.
KAMU SEDANG MEMBACA
Game of Destiny : Love, Friendship and Obsession
AzioneAkaashi terjebak dalam kegelapan setelah kehilangan teman sejatinya, Kenma. Setiap upaya untuk membantunya pulih dari trauma yang dialaminya telah gagal, hingga ia bertemu dengan Bokuto, seorang pria ceria dan optimis. Meskipun awalnya Akaashi sulit...