Ditelan kegelapan 02

15 3 0
                                    

"Yang utuh belum berarti sempurna, sementara yang terpecah belah dapat dirangkai menjadi mozaik yang indah."

ℛ𝒶𝒾𝓃𝒶

Hari minggu.

"Fero! Gabby! Andre! Rain! Ayo sarapan!!! "

Teriakan melengking Nara memenuhi seantero rumah. Sehingga para anak-anak itu berlarian menuruni tangga lalu menuju meja makan.

Ada salah satu anggota anaknya yang tidak hadir, membuat Nara mengernyitkan kening. "Rain mana?"

"Masih molor mungkin,"

"Gue liat dia udah kekamar mandi" Gabby menyanggah ucapan Andre seraya membuka tutup toples selai stroberi.

"Rainaa.... Ayo sarapan sayang! " Nara berteriak keatas tangga karena Rain tidak kunjung muncul dari sana.

Rain yang mendengar teriakan mamanya dibawah, tidak berekspresi apapun dan mulutnya tetap tertutup rapat-rapat.

"Rainaaa!! Mau sarapan tidak!!"

Rain tetap hanya mendengarkan tanpa mau menjawabnya. Dan malah semakin merebahkan diri disofa kamarnya. Rain sedang malas sarapan.

Dan teriakan mamanya itu bagi Rain tidaklah penting.

"Rainaaa!!"

"Rain!"

Ketiga saudara Rain menjadi geram karena teriakan mamanya yang tak kunjung mendapatkan sahutan.

"Tuh anak kenapa lagi, sih?" Kesal Gabby mengunyah roti selai stroberi nya dengan kasar.

"Ya udah deh, Ma. Berarti dia gak mau sarapan!" ujar Andre menambah selai kacangnya.

Sementara Fero yang baru selesai mengoles selai coklat di rotinya akhirnya beranjak. Ternyata Fero menggenggam dua roti selai coklat. Satu untuknya, satu lagi untuk Rain. Karena selera keduanya memang sama-sama menyukai selai coklat. "Gue nyamperin Rain dulu," ujar Fero menaruh roti itu di sebuah piring dan membawa dua gelas susu.

Fero berniat memakannya bersama Rain. Jika yang memaksa Rain untuk makan adalah Fero, maka Rain akan melakukannya.

"Rain.. "

Fero memasuki kamar adiknya, lalu ia melihat Rain sedang tengkurap disofa.

"Sarapan yuk!"

Rain memalingkan wajahnya dari Fero, "Lagi gak selera," jawabnya beranjak bangun dan menyandarkan tubuhnya ke sofa.

Fero duduk disebelah Rain, dan menaruh sarapannya dimeja. "Biar gak sakit lambung harus sarapan!"

"Bodoamat!"

Fero terkekeh, "Harus!!!"

Rain berdecak kesal, "Malas bang!"

"Bang Fero suapin, ya? Mau ya?"

Rain menatap Fero yang terlihat serius untuk menyuapinya. Biasanya orang itu bercanda. Pada menit setelahnya Rain mengangguk dan menerima suapan dari Fero layaknya anak kecil yang tidak dapat makan dengan sendirinya.

Langit & Rain (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang