Sejin selalu berpikir, bahwa kebahagiaan itu adalah tanggung jawabnya sendiri. Orang lain tidak memiliki tanggung jawab untuk membahagiakannya.
Tapi ada satu orang yang ternyata dengan suka rela bahkan memaksa untuk ikut andil dalam mengurus kebaha...
Sejin bukan seseorang yang suka begadang tapi dia juga bukan tipe manusia yang bisa tidur sesuai jadwal karena insomnianya. Jadwal tidur Sejin berantakan, dia bisa tidur selama beberapa jam saja lalu tidak akan tidur selama 2 hari kedepan.
1 jam sebelum tengah malam gadis itu masih sibuk dengan tugas kuliahnya. Duduk tenang menghadap laptop sambil memangku sebucket ice cream.
Seseorang menekan passcode pintunya tidak lama kemudian. Lalu orang itu masuk tanpa menimbulkan banyak suara.
Pandangan Sejin akhirnya bertemu dengan Mark saat lelaki itu mencapai ruang tamu, lalu lelaki itu menyapanya.
"Kok belum tidur ?"
"Iya, ga bisa tidur." Jawab Sejin.
Sejin tau Mark hanya sekedar berbasa-basi dengannya, karena Mark sudah hafal betul tentang kebiasaan tidur Sejin.
Sudah satu Minggu Mark bekerja dan pulang hampir tengah malam dalam keadaan lusuh dan lelah. Awalnya Sejin merasa acuh tapi lama kelamaan dia mulai penasaran tentang pekerjaan yang di lakoni suaminya. Sebenarnya pekerjaan jenis apa yang Mark lakukan sampai dia terlihat lelah setiap pulang?
"Mark..." Sejin beranjak dari tempat duduknya, menghampiri Mark yang mengambil minum di dapur.
"Hm??"
"Mau aku siapkan air panas buat mandi ? "
Lelaki itu mengangguk, dia menyelesaikan tegukan terakhirnya sebelum menjawab.
"Boleh."
Sejin langsung bergerak tanpa mengatakan apapun. Dia tau Mark mungkin lelah jadi Sejin menahan diri untuk tak bertanya apapun sekarang.
Gadis itu kembali duduk di tempat sebelumnya setelah menyiapkan air panas untuk Mark, tatapannya kembali fokus ke laptop dengan tangan yang sibuk menyuapkan ice cream ke dalam mulutnya.
30 menit kemudian Mark keluar kamar mandi dengan kondisi lebih segar. Lelaki itu duduk di samping Sejin dan menjadikan kaki sofa sebagai sandaran.
"Makan ice cream malam-malam itu ga bagus." Kata Mark. Sejin meliriknya.
"Kenapa memang ? "
"Yaa.. ususmu sedang istirahat, makanan itu cuma akan di tampung di lambungmu lebih lama, gula darahmu akan naik. "
Sejin masih tampak acuh dengan penjelasan Mark dan melanjutkan makan.
"Aku ga punya diabetes."
"Bisa bikin gendut juga." Lanjut Mark.
Sampai disini Sejin langsung berhenti makan. Tangannya meletakkan bucket ice cream dengan wajah penuh perasaan bersalah. Sejin kemudian menunduk, 2 tangannya mencubit lemak di perutnya.
"Mark, aku gendutan ya ???"
Mark meliriknya dengan mata berkedip cepat.
"Enggak."
"Tadi kamu bilang aku gendutan."
Mark menghela nafas, lalu mengusap wajahnya berharap kesabaran akan selalu mengaliri jiwanya.
"Aku ga bilang kamu gendut Park Sejin, aku cuma bilang makan manis malam-malam bisa bikin gendut. "
Beruntung Sejin menerima argumennya, gadis itu tak lagi membantah meski sambil merengut.
"Mark... " Sejin kembali membuka suara.
Mark yang awalnya memejamkan matanya kini kembali melirik Sejin dari ekor matanya.
"Hm??"
"Papamu kan kaya ya, terus.. kenapa kamu malah minta apartemen yang kecil begini? Kan kamu bisa minta yang lebih besar dengan banyak kamar."
Sebelumnya Sejin tak pernah mengungkit tentang keluarga Mark ataupun kepemilikan hartanya, tapi kali ini dia sungguh penasaran.
Sejin tau betul latar belakang keluarga Mark dan seberapa kaya papanya. Meskipun begitu Mark tidak pernah membiasakan dirinya untuk hidup dalam kemewahan.
"Kenapa? Kamu keberatan kita hidup di apartemen kecil?"
Alis Sejin saling bertautan. Mark jelas salah menangkap maksudnya. Gadis itu buru-buru menjelaskan.
"Bukan begitu. Maksudku...."
Ucapan Sejin tergantung, jangankan menjelaskan, Sejin sendiri merasa bingung dengan apa yang akan dia katakan.
"Mm.. ya kita kan sudah menikah, paling ngga kita butuh beberapa kamar buat anak-anak nanti."
Dahi Mark berkerut, lelaki itu bahkan sampai memutar tubuhnya menghadap Sejin dan memberinya perhatian penuh.
"Anak-anak? Kamu udah mikir mau punya anak ? " Seringaian Mark terkembang, perlahan tapi pasti mulai menghiasi wajah tampannya.
Sementara Sejin berkedip cepat, tampaknya dia baru menyadari makna dari ucapannya itu.
"E-eh... I-itu... Mm.. m-maksudnya....."
"Iya, besok kalau sudah punya anak kita pindah ke tempat yang lebih layak." Kata Mark, seringaian tak luntur sedikit pun dari bibirnya.
"Memangnya kapan mau punya anak ??" Dia juga tak gencar menggoda Sejin.
"Mark !!"
"Apa??"
"Ga enak ih ngomongin ini." Sejin mengalihkan tatapannya kembali pada laptop. Berpura-pura sibuk membaca tugasnya.
"Loh, ga enak kenapa? Ini kan wajar di omongin pasangan suami istri. "
Sejin menggigit bibirnya dengan semburat merah muda yang menjalar di wajahnya.
"Maarkk...!! *"
"Apa sayang?"
Dan suara lembut Mark ketika memanggilnya dengan kata sayang benar-benar membuat Sejin meleleh. Pipinya memanas, jantungnya tak terkontrol dan tangannya tiba-tiba mengeluarkan keringat dingin. Rasanya Sejin ingin mengibarkan bendera putih lalu kabur dari sana.
"Mark ih... Jangan gitu manggilnya." Gadis itu tertangkap basah sedang salah tingkah.
Mark tersenyum gemas dengan tatapan lebih intens ke arah Sejin.
"Sayang.... " sialnya lelaki itu mengulanginya dengan intonasi lebih rendah.
Sejin langsung menghadiahinya dengan pukulan bertubi-tubi di lengannya yang membuat lelaki itu mengaduh, tapi dia sama sekali tidak kapok menggoda istrinya.
"Cieee salting...."
"Mark Nyebelin !!"
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.