18. Sebuah Permintaan

306 33 6
                                    

"hey... Kau libur???"

Mark sedang dalam perjalanan menuju kantor papanya ketika Chenle tiba-tiba meneleponnya. Lelaki itu tidak fokus dan terpaksa mengangkat telepon ketika sampai di persimpangan jalan.

"Iya, kenapa ?? "

"Aku pinjam laptopmu." Kata Chenle.

"Um...." Mark melirik tas yang dia letakkan di samping kursi kemudi sebelum mengkonfirmasi keberadaan laptopnya pada Chenle.

"Laptopnya aku bawa, nanti aku mampir kesana..."

"Ga bisa! " Chenle langsung menyahuti dan membuat sebelah alis Mark terangkat.

"Kena..."

"Ini darurat, laptopku mati saat mau presentasi." Lagi-lagi Chenle memotong.

Sepertinya Mark tidak punya pilihan lain selain memutar arah untuk menemui Chenle. Lagipula Chenle sendiri juga sering membantunya jadi tidak ada salahnya bagi Mark untuk balas budi sekarang.

"Oke aku kesana, kau di kampus kan?"

"Iya. "

Sebenarnya Mark berada tak terlalu jauh dari kampusnya, karena 5 menit yang lalu dia baru saja mengantar Sejin kesana. Masalahnya adalah dia sudah membuat janji dengan papanya dan dia tidak ingin terlambat.

Mark memilih untuk segera bergegas, menginjak pedal gas lebih dalam dan menempuh waktu 5 menit menuju gerbang kampusnya.

Aneh..
Dia sudah bilang pada Chenle untuk menunggunya di depan gerbang karena Mark tak punya waktu untuk masuk ke dalam. Tapi saat dia sampai disana, Chenle tidak ada.

"CK.. sial.. " Mark menggerutu. Dia mengeluarkan ponselnya dengan wajah kesal dan menelepon Chenle.

Mark sudah bersiap melayangkan caci makinya namun suara panik Chenle dari seberang telepon membuat Mark menelan kembali sumpah serapahnya.

"MARK...!! PARK SEJIN ISTRIMU KAN???" Chenle berteriak, sangat keras hingga Mark harus menjauhkan ponsel dari telinganya.

"Iya, Sejin kenapa ??" Mata Mark melebar dengan wajah cemas.

"Cepat kesini, aku di depan gedung olah raga. Ini darurat. "

Mark tidak bertanya apapun lagi setelah penjelasan dari Chenle.
Dia tidak tau apa yang terjadi tapi Mark telah memiliki firasat buruk.

Sesuatu mungkin terjadi pada Sejin hingga membuat Mark harus berlari tergopoh-gopoh menuju gedung olahraga.

Orang-orang berkumpul di depan gedung olahraga. Mark menerobos masuk dan menabrak beberapa orang di depannya. Hal pertama yang dia lihat benar-benar membuatnya salah paham.

Sejin berdiri kaku dengan wajah pucat pasi di samping Chenle, sementara di hadapannya ada Park Yera yang duduk di lantai dengan pakaian berantakan dan wajah penuh bekas cakaran. Tidak cuma Park Yera yang kacau tapi Shin Ryuha juga. Gadis itu terlihat kesal dengan rambut yang mengembang seperti permen kapas.

"Se-sejin kamu memukuli dia ??" Tanya Mark. Chenle langsung menghadiahinya dengan tatapan tajam.

"Terbalik, dia yang mau mencelakai Sejin." Jelas Chenle. Lelaki itu menunjuk pisau lipat yang tergeletak di lantai dengan dagunya.

"Hah??" Dagu Mark merosot dengan tatapan bodoh yang menyiratkan betapa bingungnya dia dengan situasi ini.

Chenle memutar bola matanya kemudian memberi isyarat pada Ryuha untuk menjelaskan semuanya.

"Yera berusaha mencelakai Sejin, beruntung aku datang dan menghajarnya. "

"Siapa yang menghajar siapa???" Chenle memotong dengan tatapan meremehkan. Melihat bahwa istrinya itu juga sedang kacau rasanya sangat janggal untuk menyebut hal ini dengan kata 'menghajar.'

Not an Ordinary Friend | MARK LEETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang