Javas melirik ke arah Jergas yang masih tertidur pulas. Setelah pergulatan panas selama dua jam penuh, Jergas langsung tepar tak berdaya.
Lelaki agustus tidak bisa menahan kendali padahal baru kemarin juga mereka melakukannya. Karena takut menganggu si putra tidur Javas memilih ke luar kamar.
Seperti dejavu.
Javas menenggak satu gelas air dingin sambil menunggu es kopinya jadi. Lalu dengan lihai dia mengambil beberapa bahan untuk membuat pancake.
Agak kurang cocok untuk dimakan sore hari? Tetapi pancake adalah makanan favorit Jergas yang tidak akan pernah bisa ditolak.
Sejurus kemudian Javas merasa namanya dipanggil. "Iya sayang, sebentar!" Jawabnya segera.
Langkah kaki santai namun cenderung cepat sampai ke kamar utama. Bisa dilihat Jergas sudah terduduk menatapnya kesal.
"Ditinggal terus!" Ucapan ketus dari bayi samoyed tak bisa membuat marah.
Justru sangat menggemaskan.
"Takut ganggu kamu tidur, sayang. Capek banget ya?" Tanya Javas dengan lembut.
Javas bukanlah orang yang suka menuntut sesuatu pada orang tersayangnya.
Apalagi jika itu akan membuat Jergas kesakitan atau merasa tertekan. Ini juga kejadian langka mereka melakukannya selama dua hari berturut-turut.
Javas jadi merasa bersalah.
Hanya karena emosi semata dia jadi melampiaskannya pada Jergas.
"Aku tadi udah buat adonan pancake, belum sempat dibikin. Kamu mau makan sekarang atau tidur lagi?"
"Pancake?!" Mata berbinar dari Jergas sudah menjadi jawaban yang jelas untuknya.
"Mau sekarang, kan?" Javas tersenyum melihat betapa lucunya Jergas yang begitu senang hanya karena makanan.
Lantas tanpa berbicara lagi Javas mengangkat Jergas ke dalam gendongan koala. Jergas dengan piyama biru muda garis-garis terlihat sangat manis.
Jergas didudukkan di tengah sofa, diberikannya remot tv agar lelaki itu tidak bosan menunggu dia menyiapkan camilan.
"Kamu pesan apa aja untuk makan. Aku belum sempat belanja jadi ga bisa masak untuk sekarang." Javas memberikan ponselnya pada Jergas.
"Apa aja? Burger juga boleh?"
"Boleh sayang.. tapi harus ada nasi dan lauknya juga."
"Burger yang besar boleh? Ice cream?"
Javas tertawa kecil melihat bagaimana antusiasnya Jergas sekarang.
"Boleh, pesan dengan porsi yang kamu sanggup habiskan. Jangan buang-buang makanan aku ga suka, ingat?"
Jergas mengangkat sebelah tangannya dan membuat pose hormat. "Siap, Bos!" Katanya.
Javas mengacak rambut Jergas gemas sebelum beranjak menuju dapur untuk membuat pancake.
"Kamu mau pakai buah, sayang?" Tanya Javas sedikit berteriak.
"Mau!! Blueberry aja sama strawberry!"
Hanya butuh lima belas menit kini satu porsi pancake tersaji di depan Jergas.
Sajian makanan manis yang diberi sirup maple dan buah buahan segar.
"Javy mau?"
Lelaki agustus menolak karena dia tidak terlalu suka makanan manis. Terlebih olahan yang mengandung susu.
"Pelan-pelan makannya." Javas mengusap bibir Jergas yang agak belepotan.
Agak tiba-tiba ketika Jergas berpindah duduk dari sofa menjadi di atas pangkuannya.
Kepala bulat dengan surai abu terang bergerak ceria mengikuti lagu kpop yang terputar dari televisi. Javas dari belakang memeluk dan menyandarkan wajahnya pada punggung lebar Jergas.
Jika orang lain melihat Jergas sebagai orang yang tegas dan garang, maka Javas melihat kasihnya seperti bayi.
Bayi besar miliknya.
Harum tubuh Jergas sangat jauh berbeda ketika di luar dan ketika di rumah.
Ketika di luar lelaki itu akan mengeluarkan bau maskulin biar keren katanya. Tetapi jika di rumah Jergas memakai parfum buah-buahan.
Segar ditambah manis dengan tambahan harum vanilla. Sangat candu.
"Habis? Gimana nanti burger super besar itu bisa masuk ke perut kamu?" Ujar Javas seraya terkekeh.
"Masih muat banyaaak! Makasih ya Javy, pancake paling enak yang pernah aku makan." Balas Jergas bersemangat.
Lelaki taurus itu berbalik menghadap sang kekasih kemudian memberikan kecupan ringan di bibir.
"Kembali kasih, sayang. Maaf karna udah buat kamu kecapekan dua hari ini ya? Harusnya kamu nolak biar aku ga keterusan."
"Gimana bisa nolak kalo akunya juga mau? Jangan kaya gini, aku ga pernah terpaksa sama sekali Javyy."
Keduanya saling membagi tatap penuh cinta, terkadang mereka hanya butuh waktu untuk saling mengerti.
Tetapi prahara dalam sebuah hubungan juga dibutuhkan untuk menguji sejauh mana mereka bisa berjuang mencari jalan keluar.
Tersentak sedikit ketika suara bel berbunyi. Javas dengan segera beranjak untuk mengambil pesanan mereka.
"Aku lupa bawa dompet ternyata udah dibayar ya? Bukannya bilang kamu." Javas menjawil hidung Jergas.
Mereka menyantap satu persatu menu hingga hanya tersisa satu paha ayam. Lebih tepatnya Jergas yang begitu bersemangat.
Mereka makan dengan posisi yang sama seperti sebelumnya. Jergas dipangku dan Javas disuapi.
Tidak masalah jika agak berantakan toh Javas tidak pernah keberatan untuk membereskan kekacauan yang dibuat oleh kekasihnya.
Selesai makan mereka diam lebih dulu untuk mencerna. Jergas sudah bersandar pada bahu Javas karena kekenyangan.
"Javy."
"Hm?"
"Kalo aku mau lagi, gimana?"
"Kamu masih lapar? Kalo iya kita pesan-"
"Mau yang kaya tadi siang, Javy.."
"Gimana kalo kita pisah apartemen?"
Jergas langsung melotot mendengar penuturan ringan dari Javas. Santai sekali rupanya?
"Aku cuma bercanda! Kamu selalu gitu kalo aku yang ngajak."
"Aku cuma ga mau kamu terlalu capek, sayang. Memang ga sakit badannya? Aku takut kamu sakit kalau terlalu sering." Ujar Javas dengan tulus.
Tetapi ternyata Jergas memang ingin sepertinya. Terlihat dari gerak gelisah dan juga reaksi dari bawah yang sudah jelas Javas tangkap.
Helaan nafas pasrah terdengar dari lelaki agustus. Dia mana bisa menolak jika Jergas merajuk begini?
"Kamu yakin? Atau aku bantu kamu aja tanpa penyatuan, sayang?"
Javas melupakan satu hal, jika Jergas tidak akan pernah puas hanya dengan bantuan melainkan harus tuntas.
Dan perkataannya tadi justru mengundang libido yang lebih tua tanpa bisa Javas debatkan lagi.
"Maaf kalau kamu tersinggung, ayo di kamar ya? Jangan cemberut sayang aku beneran cuma khawatir, oke?"
Javas mengangkat tubuh Jergas ke dalam gendongan koala, perlahan dia gesek bagian bawah mereka agar semakin terangsang.
Javas tidak mau berlama karena dia benar-benar khawatir.
"Aku maunya di balkon, boleh?"
thank you for coming and reading~
for support:
https://trakteer.id/tulisan_iyoo©tulisan_Iyo
KAMU SEDANG MEMBACA
TOTALLY YOURS | JAEMJEN
FanfictionTentang Jergas Tirta Yudha dan Javas Evan Kalandra, baca aja.