Besoknya Javas melarang dengan tegas sang kekasih agar tidak datang ke kantor. Untuk pertama kalinya setelah sekian lama.
Javas tidak akan tinggal diam ketika orang yang dia cintai diusik sampai tak lagi nyaman hidupnya. Apalagi dibekali rasa trauma yang berat.
"Kamu mau sampai kapan mancing aku terus kaya gini, hm? Ga capek?" Tanya Javas pada manusia yang kini tengah menghisap setiap bagian lehernya.
Kemarin setelah satu jam dan beristirahat tak sampai dua puluh menit, Jergas kembali beraksi tanpa mau mendengarkan permintaan Javas.
Mereka bermain sampai pukul tiga pagi karena Jergas yang tak kunjung henti menggoda kekasihnya.
Tangannya ditahan, kakinya bergerak. Kakinya ditahan, mulutnya bergerak. Javas sampai kehabisan cara untuk menghentikannya.
Dia sendiri merasa lelah, jujur, meski hanya diam pun seperti habis lari maraton berkilo-kilo meter.
Anehnya kenapa Jergas masih bisa seaktif ini??
"Kamu ngga suka ya kalau aku kaya gini?" Lesu lelaki taurus dengan mata yang menatap sendu.
Mana mungkin Javas tega?
"Bukannya ngga suka, Aku cuma takut kamu malah sakit karna terlalu capek. Tiga hari ini kita selalu main, Apalagi kamu cumming terus kan?" Jelas Javas dengan jujur.
Harapannya sang kekasih akan mengerti dan berhenti, ternyata dugaannya salah.
Wajah tegas itu kini justru merah merona sewarna buah peach matang dan tubuhnya mulai gelisah.
Ah, Javas salah memberi pengertian.
Rupanya bersikap jujur dalam hal ini malah membuat sang lawan main tergugah gairahnya.
Javas lupa, jika sang kekasih adalah salah satu dari sekian orang yang mudah terpancing hanya karena mendengar dirty talk.
Tubuh atletis pujaan Javas kini kembali terpampang nyata di depan mata menduduki perutnya.
Kulit putih itu agak kemerahan karena ada hasrat yang tertahan di sana.
Javas meringis dalam hati, menatap nanar bulatan kecil pada dada kasihnya mulai mencuat.
Menantang meminta dihisap.
Bercak bercak hasil karyanya sangat cantik menoreh membuat ada rasa bangga bagi si pelukis.
Kesadaran Javas kembali ketika pusat kenikmatannya ditekan kuat, mata memejam seketika rasa nikmat menerpa.
"Lagi? Seriously, baby?"
"Javy ngga mau?"
"Mau, biar aku yang gerak sekarang."
Javas berjalan lurus menelusuri lorong gelap menuju sebuah pintu hitam di depan sana.
"Mana?" Tanya Javas pada orang kepercayaannya.
"Di tempat yang lo suruh lah, cek aja sendiri gue muak liat wajah ular itu." Haga, sahabat sekaligus tangan kanan Javas.
Drak!!
Javas menendang sebuah pagar besi yang terkunci, berisikan seorang wanita yang Ia benci.
Wanita yang menyakiti dan memberikan trauma paling besar pada kekasihnya.
"Lo siapa hah?! Berani-beraninya memperlakukan gue kaya gini?!!" Teriak Alexa dari dalam sell.
Javas menatap tajam pada wanita dengan dress ketat seksi serta mainan sex yang terpasang di beberapa bagian sensitif tubuhnya.
Semenjak masuk ruangan, Javas sudah mendengar suara desahan yang entah puas atau tersiksa.
Apa Javas tertarik? Tidak sama sekali.
Jika boleh jujur, Javas bisa saja suka dengan lawan jenis. Mungkin juga orientasinya masih bisexual.
Tetapi untuk wanita satu ini Javas hanya ingin melihatnya tersiksa.
Untuk rasa trauma yang dia bawa pada Jergas, untuk kedatangannya yang kembali memancing ketakutan dan kecemasan pada sang kekasih tercinta. Membuat Javas benci setengah mati.
"Tambah lagi alatnya. Kalau mau kau pakai juga tidak masalah." Ucap Javas dengan tenang.
"Ahh!! Stop, stop.. nghh.. Gue bilang stop anjing!!!!" Teriak Alexa ketika sebuah alat getar yang tertancap di titik sensitifnya bergerak cepat.
"Stop.. please, ah!! Kalo mau kita main beneran daripada kaya gini, sayanghh.."
Javas mual mendengarnya. Bahkan Jergas bisa bermain lebih cantik dan elegan daripada wanita aneh ini.
"Saya peringatkan. Dalam waktu satu bulan, kalau kamu bersikap baik dan berjanji tidak akan menggangu kekasih saya. Kamu aman."
Lelaki agustus itu berjongkok, menatap datar pada Alexa yang masih mendesah tertahan. Sepertinya sudah tak ada lagi rasa nikmat karena lelahnya dipermainkan selama lima belas jam.
"Kamu akan saya bebaskan dan saya jadikan budak, dan jika yang terjadi sebaliknya, jangan harap kamu bisa melihat dunia dan seisinya."
"Javy!!!" Pekikan ceria menyambut kedatangan Javas di apartemen.
Sesosok pemuda yang sebelumnya sangat menggairahkan sekarang justru terlihat seperti anak TK.
Dengan piyama bermotif cinnamon roll, juga bando dengan figur serupa yang bertengger apik di atas kepala.
Sepertinya Jergas baru selesai mandi, karena seingat Javas kekasih hatinya itu ditinggal ketika masih setengah tidur.
Peluk bersambut hingga kecupan kecupan gemas diberikan. "Wangi banget? Jadi mau cium terus." Ujar Javas penuh kejujuran.
Kini mereka terduduk di salah satu kursi pantry, Jergas dipangku.
Lumatan-lumatan kecil dibubuhkan begitu manisnya. Apa tidak bisa sehari saja tidak ciuman?
Jawabannya iya. Tidak bisa.
"Kamu dari mana?? Katanya sebentar tapi sampai sore baru pulang." Ujar Jergas kesal.
Lelaki april itu sudah menunggu kedatangan sang kekasih sampai menghabiskan dua potong cheese cake dan setengah bungkus buah anggur, saking lamanya Javas.
"Ada kerjaan mendadak. Kalau ga diurus sekarang bisa-bisa aku lembur besok, sayang. Maaf ya karna buar kamu nunggu lama."
Javas tidak akan menyinggung soal wanita itu di depan Jergas karena besar kemungkinan kekasihnya masih sangat sensitif sekarang.
"Gapapa, Javy.. ga perlu minta maaf. Tapi kerjaan kamu udah selesai, kan? Sekarang hari libur jadi kamu ga akan kerja lagi, kan?" Tanya Jergas bersemangat.
Javas tertawa kecil melihat betapa gemas kekasihnya saat ini. Lucu dan manis.
"Iya, udah bebas akunya. Kamu mau jalan-jalan ga? Kita keliling kota gitu sambil cari makan. Aku tau kamu belum makan, sayang."
"Serius?!! Aku mau!"
Javas menahan pinggang ramping Jergas yang bergerak antusias di atas pangkuannya.
"Kalau begitu ayo ganti baju terus kita berangkat."
"Javy."
"Hm, kenapa?"
"Mau main di mobil?"
"Ngga dulu, sayang."
Thank you for coming and reading~
for support:
https://trakteer.id/tulisan_iyoo©Tulisan_Iyo
KAMU SEDANG MEMBACA
TOTALLY YOURS | JAEMJEN
FanfictionTentang Jergas Tirta Yudha dan Javas Evan Kalandra, baca aja.