Jergas masih bergelung nyaman di balik selimut setelah pergulatan panas tadi malam.
Berbeda dengan Javas yang sudah rapi dengan setelan kerja jas serta celana bahan berwarna merah gelap.
"Kamu mau bangun sekarang atau nanti? Aku buat nasi goreng untuk sarapan." Javas mengguncang bahu Jergas.
Sebenarnya mereka adalah pekerja kantoran namun beda perusahaan. Yang satu mengelola milik keluarga, Jergas. Sedangkan Javas bekerja untuk perusahaan lain.
Jergas masih belajar karena memang baru lulus kuliah juga, jadi dia agak santai selagi sang ayah belum memarahinya.
"Kalau kamu mau bangun nanti, hangatkan dulu nasi gorengnya ya. Aku pamit kerja. Jangan lupa kasih kabar kalau mau ke mana-mana."
Javas mengecup kening Jergas sebelum benar-benar meninggalkan kamar.
"Javy!!!"
Suara gedubrak dari dalam kamar membuat Javas berhenti dan berbalik. Tak lama terlihat Jergas berjalan cepat menghampirinya sambil mengusap pinggang dengan ringisan kesal.
"Sakit?"
"Pake nanya!"
Javas tersenyum lembut sedikit tertawa melihat tingkah menggemaskan sang kekasih. Belum sarapan tapi seperti penuh energinya pagi ini.
"Makanya hati-hati." Javas ikut mengusap pinggang Jergas karena si empunya tak berhenti mengeluh.
"Sakit banget ga? Harus ke rumah sakit?"
Yang lebih tua menggeleng kemudian maju untuk memeluk Javas dengan manja. "Jangan pergi kerja?"
"Kalo ga kerja aku ga bisa jajanin kamu yang makannya banyak." Ucap Javas.
"Aku masih kangen tau.. kamu sih marah kemarin, kalau ga aku bujuk mandi bareng pasti masih marah."
"Kamu kira amarah aku cuma sebatas mandi bareng terus bisa reda? Sekarang ini aku masih marah, sayang, cuma ditahan aja."
Jergas melonggarkan sedikit pelukannya guna menatap wajah Javas. Kemudian bibirnya melengkung mendapati sang kekasih memasang wajah datar.
"Kok masih marah? Kan udah aku jelasin kemarin lupa bawa power bank makanya ga bisa kabarin kamu." Jelas Jergas memelas.
"Lupa itu dengan kata lain kamu ga peduli sama aku. Ga mikir ke depannya kalo semisal hp kamu mati jadi ga bisa kasih aku kabar."
"Kamu juga pernah lupa ga kabarin aku loh, Javy. Emangnya aku semarah ini sama kamu? Kan nggak."
"Udah aku duga ga akan bisa selesai kalo debat sama kamu. Kita bicarain nanti, aku harus pergi kerja udah telat."
Javas melepaskan pelukan Jergas perlahan namun Jergas masih menahannya.
"Aku ga maksud ungkit masa lalu, maaf." Jergas kembali memeluk Javas enggan dilepaskan.
"Maaf, Javy.. aku minta maaf karna udah teledor lupa bawa charger hp dan ga ada inisiatif untuk pinjam atau pulang ke rumah lebih cepat biar bisa kabarin kamu. Aku janji, no, akan aku usahain biar ga teledor lagi." Jergas menangis.
Padahal Javas sudah berusaha untuk tidak mempermasalahkan hal ini agar dia tidak emosi berkelanjutan, tapi pada akhirnya tetap berakhir seperti yang Ia bayangkan.
Javas tidak suka melihat Jergas menangis. Lebih baik melihatnya ketika sedang jahil atau bertingkah sampai membuatnya tertawa dengan puas.
"Aku ga suka kamu lebih milih nongkrong sama teman sampai lupa waktu, daripada kasih aku kabar yang bahkan cuma beberapa menit aja cukup. Kamu pergi juga ga bilang sama aku, perginya sama mantan pula."
KAMU SEDANG MEMBACA
TOTALLY YOURS | JAEMJEN
FanficTentang Jergas Tirta Yudha dan Javas Evan Kalandra, baca aja.