Follow + Vote dulu sebelum baca~
Jergas melempar ponselnya kesal, dia tidak sempat bertemu Javas sebelum lelaki itu pergi bekerja.
Kemarin malam mereka bermain sampai larut. Sekitar pukul 2 dini hari baru selesai.
Tetapi Javas ternyata memiliki imunitas tubuh yang lebih baik darinya. Si Leo bisa beraktivitas seperti biasa meskipun kekurangan waktu tidur.
Sekarang jam 11 siang dan Jergas baru bangun tidur dua puluh menit yang lalu. Seharusnya ada Javas di sini.
Mengingatnya jadi kesal lagi.
"Arrghhhhhh.." Jergas berteriak seraya menutupi tubuhnya dengan selimut.
Lebih baik dia kembali tidur daripada sendirian menunggu Javas pulang sore nanti. Kalau saja bagian bawahnya tidak sakit dia akan pergi ke kantor. Sial sekali rasanya seperti disiram alkohol.
Tak lama kemudian Jergas benar-benar tidur pulas sampai petang. Ditemani lagu random pilihan Javas yang ternyata enak juga untuk dibawa bermimpi.
Sekitar jam setengah enam pintu apartemen dibuka, Javas baru pulang dari kantor.
Lelaki Agustus itu menoleh ke beberapa penjuru ruangan untuk mencari Jergas dan rupanya tidak terlihat si cantik kesayangan di sana.
Javas pergi menuju kulkas, meneguk satu gelas air dingin untuk meredakan rasa hausnya. Setelah itu dia pergi ke kamar karena sudah pasti Jergasnya berada di dalam sana.
Ketika pintu dibuka yang Javas lihat adalah sesosok manusia yang berbaring telentang di tengah kasur, setengah badannya tertutupi selimut sedangkan sisanya dibiarkan terpampang begitu saja.
Javas menghela nafas mengingat jika baju yang Jergas pakai masihlah sama dengan baju tidur semalam. Tanpa bawahan.
Berarti Jergas benar-benar tidak beranjak sedikitpun dari sana dan dia tidak makan apapun sejak pagi.
Javas mendekat dan duduk di tepi ranjang. Tangannya mengusap kepala yang lebih tua dengan sangat lembut.
"Sayang, ayo bangun."
Javas menunduk mencium kening, kedua mata, hidung, pipi kanan kiri hingga yang terakhir bibir.
"Bangun dulu, nanti kalau mau tidur lagi gapapa. Kamu belum makan nanti malah sakit jadinya."
Bukannya bangun Jergas justru berbalik memunggungi yang lebih muda.
Javas tertawa melihat tingkah Jergas yang sangat menggemaskan. Pantat sintal itu ditepuk sampai siempunya berjengit dan menoleh.
"Jangan pegang-pegang!"
"Kamu mau tidur lagi aja? Kalo gitu aku keluar deh ya mau cari makan." Javas sudah akan beranjak tetapi Jergas akhirnya berbalik menatapnya.
"Kamu.. setiap aku marah kamu selalu pergi. Biar apa? Biar aku mohon-mohon sama kamu? Biar aku yang minta maaf? Terus kamu ngapain??" Suara Jergas terdengar sangat sinis.
Mendengar itu Javas kembali duduk agar bisa melihat lebih dekat ekspresi wajah kesayangannya.
"Aku cuma ga mau masalahnya jadi lebih panjang. Kamu juga ga perlu minta maaf kalau kamu ga salah, sayang. Apa aku pernah minta? Kan ngga." Jelas Javas.
"Maaf ya hari ini harus ninggalin kamu sendiri, lukanya masih sakit? Atau kamu ngga bisa bangun jadi ga bisa keluar kamar?" Lanjut Javas dengan sarat khawatir.
"Aku terlalu kasar sama kamu, sayang? Harusnya kamu bilang biar aku bisa berhenti—"
"Udah ngga terlalu sakit."
"Bener? Atau mau aku rimming biar sakitnya berkurang?"
Jergas mencebik kemudian menepuk dahi Javas cukup kuat.
"Bukannya membaik yang ada aku malah pengen nanti."
Javas tersadar, yang dibilang Jergas itu ada benarnya. Apalagi si cantik sangat mudah terpancing.
"Maaf-maaf. Biar aku kasih salep lagi ya? Atau mau beli obat pereda nyeri? Aku ke apotek—"
"Ngga usah! Kamu bawel banget."
"Aku beneran khawatir loh."
Jergas menggeleng kemudian merentangkan tangannya, meminta dipangku.
"Aku ganti dulu ya? Sekalian pesen makan biar ga keganggu lagi nanti." Javas langsung pergi tanpa menunggu jawaban Jergas.
Adiknya bangun.
Bisa-bisanya Jergas baru bangun tidur tapi terlihat sangat cantik.
"Jangan lama-lama mandinya!!!! Javy!!!"
"Iya, sayang!"
thank you for coming and reading~
for support:
https://trakteer.id/tulisan_iyoo©tulisan_iyo
KAMU SEDANG MEMBACA
TOTALLY YOURS | JAEMJEN
FanfictionTentang Jergas Tirta Yudha dan Javas Evan Kalandra, baca aja.