Baby boy?

429 24 1
                                    

Follow + Vote dulu sebelum baca~

































Selesai dengan agenda membersihkan diri, Javas kini kembali mengurus si bayi besar yang tidak mau mandi.

"Badan kamu keringetan gitu nanti yang ada malah sakit, sayang. Sebentar yuk cuma biar seger aja badannya."

Javas duduk di tepi ranjang seraya membujuk Jergas yang membelakangi dirinya. Terkadang sisi Jergas yang ini memang sangat menyebalkan. Susah diatur dan tidak mau mendengarkan.

"Ayo, Jergas." Sekali lagi Javas menepuk bahu yang lebih tua tapi tetap tidak ada respon ternyata.

"Terserah kalau kamu mandi sekarang ayo aku bantuin, kalo ngga, aku juga ga mau tidur sama kamu."

Javas beranjak keluar kamar dan pergi menuju dapur untuk membuat makan malam. Si leo kembali menghela nafas melihat sandwich yang dia tinggalkan tadi pagi masih utuh di atas piring.

Karena tidak basi jadi dia hangatkan lagi untuk dimakan sambil memasak.

"Javy!!!!!"

Javas tidak menoleh sama sekali meski Ia mendengar langkah kaki yang begitu jelas menuju ke arahnya.

Harum buah-buahan segar seketika menyapa indra penciuman, disaat Jergas memeluknya dari belakang.

Javas berusaha menahan senyum. Wangi tubuh Jergas sangat manis sulit untuk dilewatkan begitu saja.

"Javy~~~~ aku udah mandi loh! Kamu ngga cium aku udah wangiiii??"

Jergas menyandarkan wajahnya pada punggung Javas, pipinya diusak bak kucing yang mencari perhatian.

"Sebentar, sayang."

Setelah selesai dengan masakannya Javas berbalik membalas pelukan sang kekasih tak kalah erat. Mencium harum tubuh Jergas sangat menenangkan.

Javas sadar betul jika sang kekasih hati saat ini sedang tidak menggunakan apapun di bawah sana.

Hanya atasan piyama silk berwarna putih yang tidak dikancing rapi, sehingga tulang selangka dan sedikit bahunya mengintip keluar.

Usapan lembut diberikan pada pinggang ramping sang pangeran kecil. "Kenapa ga dipakai celananya, sayang? Masih sakit?" Tanya Javas.

"Cuma perih sedikit tapi kalau kena kain lebih kerasa sih jadi ngga aku pake celananya."

Si Leo mengangguk kemudian menggendong yang lebih tua menuju sofa dan mendudukkannya di sana.

"Tunggu sebentar, aku mau buat breast steak dulu. Kamu harus makan yang banyak." Ujar Javas sebelum kembali ke dapur.

"Javy~"

"Hm? Butuh yang lain, sayang?"

"Aku.. boleh makan sandwichnya ngga?"

Alis Javas bertaut menandakan dia bertanya akan sesuatu.

"Ga boleh, princess. Kamu kan ga bisa makan makanan yang udah ga fresh."

Jergas mencebik. Asalnya dia merasa bersalah karena tidak memakan roti lapis yang dibuatkan Javas untuknya. Hanya karena marah pula.

Kekanakan sekali.

"Aku bisa kok. Keliatannya masih enak."

Javas menghela nafas kemudian kembali mendekati sang kekasih dan mengusap pucuk kepalanya lembut.

"Sekali ga boleh tetep ga boleh, baby. Aku ga marah kali ini tapi nanti lagi ga boleh diulangi, oke? Aku ga suka kamu buang-buang makanan. Kalau lagi ga mau bilang aja biar ga perlu aku masakin."

Jergas menggeleng cepat, "Aku selalu mau makan masakan kamu. Maaf karna hari ini aku nakal ngga bisa ngertiin kesibukan kamu. Maaf ya, Javy??"

"Aku maafin, sayang. Jangan terlalu dipikirin, oke? Maaf juga karna harus ninggalin kamu setelah kita bercinta. Karna kerjaan aku bener-bener ga bisa ditinggal."

"Okay! Aku maafin kamu jugaa!! Apa boleh aku minta cium?" Ujar Jergas dengan mata berbinar.

Javas tanpa menjawab langsung menarik tengkuk sang terkasih untuk dia cumbu. Lidahnya melesak masuk dan disambut baik oleh si lawan main.

Jergas begitu manis. Secara keseluruhan bisa Javas ingat betapa bikin candu tubuh indah favoritnya ini.

Bergulat cukup lama hingga Jergas menepuk dada yang lebih muda meminta berhenti. Dia butuh mengambil nafas yang hampir terkuras habis.

Javas sekuat itu dalam bercumbu.

Si Leo menatap wajah cantik yang kini memerah dengan beberapa bulir keringat yang bersinggah. Kenapa bisa secantik ini? Batinnya.

"Cantik. Kenapa bisa ada manusia yang cantik dan ganteng secara bersamaan? Ga adil buat aku. Semuanya kamu punya sedangkan aku ga dapet apa-apa." Puji Javas dengan tatap memuja pada sang kekasih hati.

"Apanya yang kamu ngga punya?!! Kamu tuh lebih ganteng dari aku, Javy. Bahkan penggemar kamu lebih banyak waktu kita kuliah." Cerca Jergas tidak terima.

Apa maksudnya Javas yang sangat sempurna justru bilang tidak memiliki apa-apa? Jergas sangat tidak setuju! Karena menurutnya Javas adalah salah satu lelaki yang paling tampan yang pernah Ia temui.

Javas dengan seksama menyimak bagaimana cara Jergas memarahinya dengan bersemangat.

Tidak pernah Javas bayangkan jika ada orang yang sedang marah tapi selucu ini.

"Mata kamu cantik tegas, hidung kamu mancung, bibir kamu enak! Itu yang paling penting."

"Komplimen macam apa kaya gitu? Memangnya bibir aku seenak apa, hm?" Tanya Javas sedikit menantang.

Jergas yang memang sedang ingin merasa tertantang dengan pertanyaan dari Javas. Terpancing lebih tepatnya.

Lelaki taurus itu mengalungkan sebelah lengannya ke leher Javas sedangkan jemari satunya Ia usapkan pada bibir tipis yang semakin hari semakin membuatnya kecanduan.

"Bibir ini.. setiap ajak aku ciuman selalu bikin bibir aku kerasa manis. Apalagi kalau lidah kamu yang lihai ikut main.. bukan cuma di bibir. Tapi di badan aku juga." Jelas Jergas dengan pandangan yang semakin sayu.

Ternyata dia terangsang dengan mendengar ucapannya sendiri.

Javas tau ke mana arah pembicaraan mereka ini. Hah.. salahnya lagi meladeni Jergas yang memang mudah terpancing.

"Kamu suka cium aku. Kamu suka jilat puting aku. Kamu suka—"

Cup—

"Kalau kamu lanjut terus kita ga jadi makan, sayang.."

"Kamu bisa makan aku aj—"

"Oke kalo itu mau kamu. Jangan minta berhenti sebelum aku puas mainin kamu, Jergas."





































Part 21+ bisa cek di bawah ini ya~

https://karyakarsa.com/tulisaniyo/totally-yours-the-darkness

Lanjut?

©Tulisan_Iyo

TOTALLY YOURS | JAEMJENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang