What?!

587 48 1
                                    

Javas selesai memakaikan piyama pada tubuh Jergas kemudian Ia balur dengan minyak telon.

Lelaki Agustus juga sudah mandi, secara singkat karena takut Jergas menunggu terlalu lama.

Keduanya berbaring berpelukan dengan kancing piyama terbuka. Javas takut Jergas terserang demam karena terguyur air selama setengah jam.

"Sakit kepalanya?" Tanya Javas.

Jergas hanya diam tanpa mau membalas. Lelaki yang lebih tua hanya mendusal pada dada bidang sang kekasih dan menghirup harumnya.

Javas jadi bingung harus melakukan apa.

"Ada masalah atau ada yang buat kamu kesal di kantor? Sampai kamu kaya gini ga mungkin ga ada apa-apa, sayang." Tanya Javas meminta penjelasan.

Javas tidak suka jika Jergas lebih memilih menyiksa dirinya sendiri daripada bercerita.

Berbahaya.

Bagaimana jika dia sedang tidak berada dekat atau tidak mengetahui keadaan Jergas lebih cepat?

Javas mengusap punggung yang mulai bergetar menahan tangis. "Gapapa, kamu boleh nangis kok. Jangan ditahan."

Perlahan isakan kecil terdengar pilu di telinga Javas. Bisa dirasakan dadanya mulai basah akan air mata.

"Cewek itu.. cewek brengsek itu datang ke kantor aku, Javy.." Jergas akhirnya berbicara.

"Cewek brengsek, siapa?"

"Alexa."

Javas seakan mendapatkan bom pada jantungnya ketika mendengar sebuah nama yang disebutkan Jergas.

Wanita itu, mau apa lagi?

Pertanyaan yang sama seperti saat Jergas mendengar kedatangan si wanita ular.

"Kok bisa?" Javas menatap lekat pada sang kekasih yang kini dengan leluasa meluapkan emosinya.

Jergas menceritakan semua yang terjadi dari ketika Alexa datang sampai wanita itu diusir secara paksa.

Javas tidak bisa tidak marah apalagi dia tau betul bagaimana Jergas dengan susah payah sembuh dari rasa traumanya.

"Kamu masih takut waktu ketemu sama dia?" Tanya Javas perlahan.

Mengingat sifat Jergas yang memang lebih tegas di luar, Javas pikir mungkin Jergas sudah tidak begitu masalah jika bertemu kembali dengan penyebab traumanya di masa lalu.

Javas juga berpikir, menangisnya Jergas sekarang hanya karena merasa kesal atas kedatangan Alexa yang berani sekali setelah sekian lama.

Tetapi dugaannya salah. Jergas justru mengangguk sebagai jawaban, yang artinya dia masih merasa takut.

Traumanya masih ada.

"Oke-oke, maaf kalau pertanyaan aku bikin kamu inget sama dia lagi. Jangan khawatir nanti biar aku yang kasih dia pelajaran." Ujar Javas penuh dendam.

Pada dasarnya, siapapun yang berani membuat Jergas menangis akan berurusan dengan dia.

Akan Javas lakukan apapun demi mengembalikan senyuman serta tawa sang kekasih.

"Sudah, sayang. Capek kalau nangis terus. Kamu gak boleh nangisin cewek brengsek kaya dia, kamu harus buktiin kalau kamu lebih kuat dari dia." Ucap Javas seraya memberi kecupan-kecupan kecil pada pucuk kepala Jergas.

"Yang paling penting, kamu gak harus merasa takut karena di sini ada aku. Ada Javy yang akan selalu lindungi kamu dari orang-orang jahat di luar sana."



























































Ciuman panas terjadi setelah lima belas menit dimulai oleh Jergas. Lidah saling membelit tidak mau kalah, Javas kini memimpin.

Jergas yang berada di atas pangkuan Javas mengalungkan satu lengan serta yang lain meremas dan menekan tengkuk kasihnya.

Pergulatan terhenti sejenak kala yang lebih tua kehabisan nafas, namun sang lawan main justru tak memberikan waktu lebih lama untuknya.

Tangan besar Javas tidak henti bermain di pinggang Jergas. Sesekali dielus dan ditekan ke bagian pusatnya yang masih terbungkus celana tidur tipis.

Desahan serta lenguhan Jergas tak ayal membuat libido pemuda lain terpanggil. Javas semakin terpancing.

"Hnghh.. ah- javy!" Protes Jergas ketika Javas dengan santai menyesap kuat serta menggigit lehernya.

Yang lebih muda terkekeh. "Gak usah lanjut ya? Kan baru kemarin." Javas berbicara lembut.

Senyuman tulus diberikan sebagai tanda jika Ia meminta pengertian. Meskipun dia mau tentu keputusan berada di tangan Jergas.

Javas tidak pernah memaksa.

"Tapi aku mau." Jergas tanpa menunggu jawaban dia langsung menyerang pertahanan Javas.

Ciuman panas kembali terjadi, kini ditambah dengan Jergas yang bergerak sensual di atas pusat kenikmatan sang kekasih.

Bisa dia rasakan benda itu kini mengeras menyapa bulatan sintal miliknya.

"Kamu serius?" Tanya Javas disela-sela pergulatan lidah mereka.

Maka dengan yakin Jergas meremas ereksi Javas yang kini melenguh keras.

"You can't please me to stop, naughty."






































































Dua jam.

Selama itu mereka bermain tanpa jeda.

Selama itu pula Javas terus menahan hasratnya agar tidak melulu terangsang oleh godaan sang kekasih hati.

Namun tentu usahanya gagal.

Jergas memang begitu pandai mempermainkan dirinya.

Bahkan kini, Javas kembali menahan Jergas untuk tidak terus bergerak di atas ereksinya.

"Aku mau lagi, Javy.."

"Sure, baby."


























Thank you for coming and reading~

for support:
https://trakteer.id/tulisan_iyoo

©Tulisan_Iyo

TOTALLY YOURS | JAEMJENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang