Bab 31 : Her

1.1K 122 10
                                    

Orang sering mengatakan keberadaan seseorang itu akan terasa benar-benar berarti saat dia tidak lagi bersama dengan kita, terkadang kita mengabaikan mereka, menganggap mungkin besok atau lusa kita bisa melihat mereka lagi, mungkin ada yang lebih baik dari mereka, kita bisa hidup tanpa mereka, tapi kenyataannya tidak ada diri orang lain di dalam diri seseorang, karena dia hanyalah dia dan tidak ada dia yang lain di muka bumi ini.

Freen menatap perapian di depannya, saat ini dia telah berada di rumah villa yang ada di tengah hutan, sejak kembali dari kapal pesiar Freen tidak mengizinkan siapa pun datang ke rumah itu bahkan Rose. Kenyataan bahwa pecarian dan penantiannya selama ini ternyata sia-sia membuatnya hancur, kenapa dulu dia tidak langsung mencari Daniela, belum lagi kenyataan pahit lainnya saat dia mengetahui kekasihnya itu ternyata sudah mencintai wanita lain lebih memperparah luka di hatinya, wanita itu terus menangis dalam diamnya.

Sementara di hotel, Becca pun tidak jauh berbeda dengan Freen, wanita itu terus berbaring di atas ranjang sambil menangis, dia merasa bersalah pada Freen dan juga merasa kasihan pada dirinya sendiri. Seperti sebuah de javu, cerita lama seolah terulang kembali namun bedanya saat ini objek utamanya telah tiada.

Becca sudah memutuskan, dia akan segera kembali ke Inggris.

Skip...

Paginya Becca pergi menemui Freen, wanita itu menyewa mobil dan berkendara sendiri ke tempat Freen, hingga akhirnya wanita itu tiba di rumah Villa tengah hutan.

Becca kemari untuk berpamitan dengan Freen, biar bagaimana pun mereka sudah saling mengenal dan menghabiskan waktu bersama, setidaknya Freen tahu dia akan kembali ke negaranya.

Becca menatap pintu yang tertutup, di garasi ada mobil Freen berarti wanita itu ada di dalam rumah, Becca mengetuk pintu tapi tidak ada siapa pun yang datang membukanya, hingga kemudian dia mencoba membuka pintu rumah itu yang ternyata tidak di kunci.

Becca masuk ke dalam, dia terus memanggil Freen tapi tidak ada jawaban, wanita itu semakin masuk ke dalam, dia melihat perapian dengan batu bara yang masih menyala, Becca berjalan menuju perapian tersebut.

"Freen?".

Becca kaget saat melihat Freen tertidur di depan perapian dengan tubuh yang menggigil.

"Freen, buka matamu ini aku Becca".

"__"

"Freen, please buka matamu", ucap Becca lagi sambil menangis.

Kondisi rumah yang berada di tengah hutan membuat udara menjadi lebih dingin, Becca kemudian menambahkan kembali batu bara di perapian hingga api kembali menyala, tak lupa dia mengambil selimut dan membungkus tubuh Freen yang kedinginan itu.

Freen perlahan membuka matanya, dia menatap sosok wanita yang berada di sampingnya itu, "Daniela?", panggilnya.

Becca mengusap kepala Freen, "ini aku Becca", jawabnya.

"Tidak kau Daniela, Daniela ku". ucap Freen lagi.

Becca menggenggam tangan Freen dan mengusapnya, hingga tidak berapa lama kemudian Freen kembali tertidur.

Hari sudah sore, Becca memutuskan membuat makanan untuk Freen, wanita itu hanya terbangun sesekali dan tertidur lagi, selesai membuat makanan Becca kembali menemui Freen.

"Freen?",

"__"

"Hei...ayo bangun, aku membuatkan sup untukmu", ucap Becca.

Freen perlahan membuka matanya, dia menatap Becca, hingga kemudian tangannya terangkat dan menyentuh pipi Becca, "apakah hatinya masih merasakan sentuhanku?", tanya Freen.

Becca menatap wanita itu, dia lalu memejamkan matanya mencoba merasakan sentuhan tangan Freen di pipinya, tenang itulah yang ia rasakan, bahkan jantungnya berdegup kencang saat Freen mengelus pipinya seperti sekarang.

Freen lalu bangun perlahan, kedua mata wanita itu terkunci satu sama lain, entah siapa yang memulai keduanya kemudian saling berciuman, seolah memberi energi satu sama lain.

Ciuman itu pelan tapi dalam, Freen menarik pinggang Becca agar lebih dekat dengannya, sedangkan Becca langsung mengalungkar tangannya di leher Freen, semakin lama mereka berciuman denyut jantung Becca semakin cepat, entah ada perasaan lain di hatinya saat ini.

Freen melepaskan ciuman mereka, dia menyatukan keningnya dan Becca, nafas mereka memburu. 

"Aku akan kembali ke Inggris besok", ucap Becca.

Freen menatap wanita itu, tatapan tidak rela terpancar dari matanya, "bisakah kau tetap tinggal?", tanyanya.

Becca menggeleng, terjebak di dalam perasaan yang entah apa ini namanya, dia meyakini perasaan yang ia miliki ini adalah milik Daniela dan perasaan yang dimiliki Freen padanya adalah milik Daniela juga. Sulit baginya membedakan perasaan itu milik siapa, dia perlu pembuktian lagi untuk ini.

"Aku harus pulang, kedua orang tuaku telah menungguku".

"__"

"Tapi, jika kau ingin mencariku, kau tahu dimana kau harus datang", ucap Becca lagi.

Freen terdiam mendengar ucapan wanita itu, dia lalu membelai rambut panjang Becca dan menarik wanita itu bersandar padanya, Becca bersandar di dada Freen dan tangannya langsung melingkar di perut wanita itu, keduanya menatap perapian di hadapan mereka, sesekali Freen mencium puncak kepala wanita itu, aroma wangi bunga dan buah tercium di rambut Becca membuat Freen merasa nyaman dan menyandarkan pipinya di kepala Becca.

"Ayo pulang bersama, aku ingin menemuinya disana", jawab Freen.

"__"

"walau pun aku tidak dapat melihat dirinya lagi, setidaknya aku tahu dimana pusaranya berada", ucap Freen lagi.

Becca mengangguk, "Dia pasti senang kau datang mengunjunginya", jawab Becca.

Freen tersenyum, hatinya merasa sakit tapi dia berusaha baik-baik saja, wanita yang ada di pelukannya sekarang bukanlah Daniela tapi hatinya ada milik Daniela, "Izinkan aku memiliki dirinya, karena hanya dengan begitu aku juga bisa memilikimu", ucap Freen di dalam hati.

Kedengarannya egois, tapi cinta akan menemukan jalannya kembali, sejauh apa pun jarak memisahkan, jika kita adalah rumahnya dia akan tetap kembali pada kita.

DanielaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang