22. rumah

205 30 0
                                    

Happy Reading!!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


.
Happy Reading!!
.
.
.
.

Jirul berdiri merentangkan kedua tangannya. Ia baru saja tiba di bandara dan saat ini Jihan tengah berlari ke arahnya. Jirul yakin Jihan merindukannya begitu hebat.Tapi nyatanya gadis itu dengan tak tau dirinya melewati Jirul. Memilih merangkul Windi yang tepat berada di belakang Jirul. Cowok itu menatap Windi tak suka, merasa dapat saingan.

" apa?" Tanya Jihan dengan ketus.

Tatapan sinis tapi menggemaskan itu Jirul rindu selama lebih dari 40 hari terakhir. Tapi Jihan tak mau memahami perasaannya.

Dengan gontai, ia berjalan menuju Echan. Memilih memeluk kakaknya yang kini sibuk membaca sesuatu di ponsel. Dia jadi lelaki yang sibuk.

" kak Echan! Jihannya jahat." Rengek Jirul seakan lupa dengan tubuh bongsornya bergelayutan di lengan kakaknya.

" heh! Kalo gue jahat, nggak ada tuh cerita soal izin ke dosen gue urusin. Lo tuh harusnya bersyukur punya pacar kek gue yang multi talent ini." Jihan memberikan pembelaan, berjalan mendekat pada Jirul.

" iya bersyukur." Jirul melepas rangkulannya pada sang kakak.

Ia bergerak mendekat pada Jihan lalu menariknya ke dalam pelukan, hanya untuk memberikan sebuah dekapan di ketiaknya. Keduanya ribut tak terkira, berlarian seperti anak kecil di bandara. Jo hanya bisa geleng-geleng kepala. Keduanya sama-sama masih belum dewasa.

" bang." Kata Chandra memanggil sambil mencium tangan Jonathan.

" maaf nggak bisa dateng." Lanjutnya dengan suara pelan.

" gapapa, gue paham kok. Besok kalo lebaran kita balik kesana ya." Kata Jonathan merangkul pundak Chandra.

" uncle Echan!" Kala duduk di atas koper yang di tarik ayahnya, merentangkan tangannya.

Chandra paham, bergerak menggendong keponakannya itu. Ia rindu Kala, tapi ia lebih rindu masakan Windi.

" uncle Kala kangen, ayah jahat selalu buat Kala marah. Kala ikut uncle saja boleh tidak?" Tanya Kala memainkan dasi di leher Chandra.

Sejujurnya Jo sendiri tak pernah bisa terbiasa melihat Chandra dengan pakaian rapi seperti saat ini.

" Heh, ayah disini lho la. Minimal kalo ngomongin ayah jangan di deket ayah dong." Celetuk Jo tak terima.

" lihat uncle! Ayah itu marah-marah terus. Engga mau main sama Kala juga, kalo Kala ajak pulang ayah tidak mau. Kala sebal." Katanya mengadu.

Chandra hanya bisa tertawa, merasa lucu dengan cara kala bercerita.

" Chan, gimana kabarnya?" Tanya Windi mulai mengejar langkah keduanya.

" enggak tau mbak, Echan kesepian. Kalian pergi semua tiap pulang kerja jadi bingung mau apa." Kata Chandra sambil menurunkan Kala.

Problem ChildTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang