28. rindu

107 11 0
                                    

.
.
.
Happy reading!!!
.
.
.

Jo mengusap wajahnya lelah, kedua adiknya bersikap seolah ia ayah yang sangat buruk. Chandra benar-benar menakutkan saat menatapnya dengan cara seperti saat ini. Ia jadi sedikit mengalami deja'vu saat keduanya marah karena Jo sakit.

" Nggak mau jelasin juga?" Pertanyaan Chandra benar-benar dingin, Jo mulai berpikir untuk berbohong saja.

Windi menyenggol lengannya, istrinya itu memeluk Kala yang tertidur pulas di pangkuannya. Anak itu sedikit mengalami gangguan pada sistem imunnya, sebenarnya kata dokter itu hal wajar bagi anak-anak. Jadi ia dan Jo merasa tak perlu memberitahu kedua iparnya.

" Kala nggak kenapa-kenapa, kata dokter itu normal." Kata Jo menghela nafas menatap keduanya.

" Normal gimana? Jelas-jelas pingsannya nggak normal!" Jirul sedikit meninggikan suaranya.

" Ji, Chan, dengerin mbak. Kala nggak kenapa-kenapa, sistem imunnya aja yang sedikit ada gangguan karena abis sakit cacar beberapa minggu lalu. Kalian juga tau kan?"

" Tapi katanya ini bukan yang pertama? Kalo ini karena cacar yang lain kenapa?" Chandra tak ingin rugi, penjelasan Windi memang masuk akal tapi masih terbatas.

" Anak gue emang agak lemah, sakit sedikit bisa begitu. Makannya jangan ajak main ujan-ujanan lagi." Jo mengatakannya setelah merasa cukup kesal.

Keduanya mengangguk sepertinya paham dengan maksud Jo.

Mereka sedang makan di salah satu restoran. Jangan tanya bagaimana bisa, nyatanya sebelum tertidur pulas Kala tantrum menagih makan siangnya yang terlambat. Tapi lihat saja, setelah duduk di pangkuan ibunya anak itu bahkan tak bangun karena aroma makanan.

" Gimana soal Willy?" Tanya Jo di tengah makannya, ia juga menyuapi Windi karena istrinya sibuk.

" Ya gimana." Tanya Echan balik.

" Kak Echan sekarang jadi stalker bang. Setiap hari bukannya kekantor dia lebih milih nungguin mbak Wil di depan rumahnya." Kata Jirul hampir berbisik.

" Kalo suka jangan berlebihan Chan, semua yang berlebihan itu nggak baik." Kata Windi sedikit tak percaya dengan ucapan Jirul.

" Mbak, gue nggak mau telat lagi. Cukup Shita aja, Willy jangan. Apa lagi jelas-jelas Garta nggak baik buat Willy."

Jirul melirik kakaknya sekilas, ini bukan cinta, mungkin ini obsesi gila kak Echan lainnya.

" Udah coba buat ketemu Willy?" Tanya Jo fokus pada piringnya.

Chandra menggeleng.

" Gue nggak mau ganggu dia, gue percaya dia bakal balik kalo udah sembuh." Kata Chandra lesu.

" Liat kamu begini jadi inget abangmu mbak usir pas Kala lahir." Kata Windi tertawa.

" Kok bisa di usir mbak?" Jirul penasaran.

" Abang mu ini Ji, bukannya nemenin istrinya lahiran malah kerja sama Tera. Gimana nggak kesel Ji?"

" Ih kan udah minta maaf, katanya udah maafin."

Jo merengek, ketiganya kompak menertawakan Jonathan.

.
.
.

" Ma, kapan ayah kesini?" Adin duduk di depan ibunya.

Sebuah kepang sedang Willy buat dari rambut panjang anaknya. Jujur ia tak pernah merasa sekosong ini sebelumnya. Dia rindu Chandra, tapi sangat takut.

" Ayah sibuk Din," Jawab Willy seadanya.

Problem ChildTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang