25. Dia juga berperan besar

153 25 0
                                    


.
.
.
.
.
.
Happy Reading!!

Jirul itu tak pernah mencoba memahami sesuatu. Ia tak suka berada di sekitar banyak orang tapi ia di paksa untuk terus berada di antara banyak orang. Sejak debutnya sebagai penyanyi dan dancer, ia lebih sering mengalami demam panggung daripada bahagia di atasnya.

Satu hal yang membuat Jirul bertahan di industri ini hanya sebatas, Papanya adalah seorang pemilik agensi besar,sedangkan kakaknya eksekutif muda di bidang yang sama. Tak ada hubungannya? Ada!

Jirul pernah merasakan rasanya di tekan karena tak mencerminkan anak seorang Hilmansyah. Bahkan ia sempat berfikir, mungkin jika ia tetap menjadi anak ayah ia tak akan berada di posisi ini. Jadi anak ayah tak mungkin penuh tuntutan untuk masuk ke dunia hiburan.

Sebagai seorang artis, tak semua yang ia hadapi ia sukai, tak semua yang melihatnya mendukungnya. Contoh kecilnya ketikan jahat di internet tentang dirinya maupun keluarganya.

Bersyukurnya Jirul tak pernah mencoba memahami semuanya, bahkan ia tak memiliki media sosial pribadi. Hampir semua akun media sosialnya di pegang oleh managernya.

" ganteng banget heran." Jihan menepuk pipi Jirul setelah lelaki itu masuk kedalam mobil.

Hari ini ada sebuah sekolah mengundang Jirul dan artis-artis lainnya untuk tampil di acara ulangtahun sekolah. Jirul pikir ia tak terkenal tapi ternyata cukup banyak anak-anak SMA menyukainya.

" Jelas dong, anak papa nih." Kata Jirul menyombongkan diri.

Jhan hanya tersenyum menanggapi, mobil bergerak menjauh dari tempat acara. Mereka ada janji untuk mampir ke rumah Willy. Katanya Adin ulang tahun.

Chandra tengah sibuk memasang dekorasi ulang tahun Adin saat Jirul tiba. Sedangkan Willy masih sibuk masak di dapur. Jihan langsung bergabung dengan Willy, sedangkan Jirul duduk di sofa mengamati kakaknya yang sudah bucin akut itu.

" gimana kemarin pas ketemu papa?" Tanyanya sambil membuka toples berisi kue kering buatan Willy.

" papa seneng, di bahkan minta Willy jadi mantunya. Tapi belum bisa." Kata Chandra ambigu.

" kenapa belum bisa?"

" katanya kita belum beneran kenal satu sama lain. Jadi ya gitu. "

Jirul terdiam mengamati kakaknya.

" jam berapa ji?" Tanya Chandra mengumpulkan sampah double tipe yang tadinya ia gunakan.

" jam satu."

" telfon bang Jonathan suruh cepetan dateng, gue mau jemput Adin dulu." Chandra buru-buru mencari kunci mobilnya.

Ia bergerak ke dapur hanya untuk berpamitan pada Willy.

" kalo semuanya udah siap nanti chat aku ya." Katanya di tanggapi anggukkan.

.
.
.

Mobil Chandra terparkir rapi di depan sekolah Adin. Ini sudah lebih dari 10 menit tapi anak itu tak kunjung keluar. Ia jadi sedikit khawatir.

Chandra memutuskan turun, ia berjalan masuk ke dalam sekolah mencari Adin. Sempat berfikir anak itu pulang lebih dulu karena Chandra telat menjemput. Tapi nyatanya Adin tak pergi kemana-mana, ia hanya duduk bicara dengan seorang laki-laki. Chandra mulai tidak bisa berpikir positif.

" Adin?" Tanyanya setelah mencoba menguatkan diri.

" ayah?!" Anak itu berlari merangkul kakinya.

" Adin sama siapa?" Tanya Chandra sambil berjongkok.

Problem ChildTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang