Setelah shalat subuh, Katy dan Dewi beberes di kamar mereka, kemudian menjelang jam 6 pagi, keduanya ke rumah Dirga untuk melaksanakan tugas mereka masing-masing. Baim sudah setia menunggu di depan pagar guna membukakan pintu untuk kedua sahabatnya.
Keriuhan yang terjadi di luar tertangkap oleh telinga Dirga yang memang sudah terbangun sejak jam 5 subuh. Ia memilih tetap berada di kamar dengan berolah raga ringan. Tak lama bau masakan mulai tercium membuat pria itu menyunggingkan senyumnya. Ini hari Minggu kemungkinan besar mereka akan seharian bersama. Keriuhan ini ternyata menyenangkan juga.
Namun, harapan tak sesuai kenyataan, selesai masak dan beberes Katy dan Dewi kembali ke kostnya untuk lanjut tidur dan rebahan sementara Baim memilih memandikan mobil pemberian ayahnya, jadilah Dirga hanya sarapan sendirian.
"Baim!" Panggil Dirga yang keluar dari garasi setelah menyelesaikan makannya.
"Iya Bang!" Baim yang sedang mengelap kaca mobil pun menghentikan pekerjaannya.
"Apa kau dan Katy sudah lama berteman? Apa memang dia selalu sekeras kepala itu?" Tanya Dirga to the point.
Baim yang paham maksud pertanyaan pria bercelana pendek di dekatnya hanya tersenyum geli.
"Dia itu anak tunggal Bang, orang tuanya perlu menunggu sepuluh tahun sebelum dia lahir, karena itu dia sangat dimanjakan, gak pernah dimarahi apalagi dibentak, semua warga kampung juga begitu, tapi dia rajin dan berbakti juga setia kawan, memang kenapa tanya begitu Bang?"
"Saat di kampung dulu komunikasi kami lebih baik daripada sekarang, tapi sejak aku menegurnya tempo hari, dia sangat menjaga jarak"
"Abaikan saja Bang, toh kalian kan bukan siapa-siapa" ujar Baim santai lalu melanjutkan mengelap bagian kap mobilnya.
Dalam hati Dirga menggerutu, tapi apa yang dikatakan pemuda itu benar, dia tidak berhak menuntut apapun. Posisi ini persis sama dengan semua wanita yang pernah menyukainya. Tidak berhak berharap.
🐱
Jam 11 siang Katy terbangun, melihat Dewi yang masih terlelap, ia tidak tega membangunkannya dan memutuskan untuk pergi sendiri ke rumah Dirga, ia hanya harus menyiapkan makan siang setelah itu pulang dan akan datang kembali setelah magrib.
Gadis itu mencuci muka dan merapikan sedikit penampilannya agar muka bangun tidurnya tidak terlalu terlihat, sesampainya di sana, rumah tampak sepi, mobil Baim-pun tak tampak, setelah menekan bel, yang membukakan pintu adalah Sang pemilik rumah.
"Selamat siang Tuan, saya datang untuk memasak makan siang" sapa Katy sambil menunduk sopan. Dirga tidak membalas, namun ia mepersilahkan gadis itu masuk dan mengikuti langkahnya sampai ke dapur.
Pria itu duduk di meja makan dan terus mengamati setiap pergerakan Katy yang mulai mempersiapkan bahan makanan. Gadis itu sebenarnya merasa risih, namun berusaha bersikap biasa saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Lovely Katy (End)
ChickLitKisah seokor Kucing betina yang menjadi pelihaharaan sebuah keluarga kecil. Ia menjadi kesayangan setelah pernah hampir mati di jalan. Namun hidupnya harus berakhir tragis karena menyelamatkan nyawa sahabat kecilnya yang merupakan putra sang majikan...