"Nggak akan ada yang berubah dengan kita meski aku sudah menikah. Aku menikahi perempuan itu demi Aurora."
Yoana tersenyum, mengangguk-anggukkan kepalanya. "Aku tahu. Tapi apa dia nggak bakal terluka ya?"
Auriga menunduk, menatap tangan Yoana yang turun ke bawah meja dan mengusap pahanya yang dibalut celana denim. Auriga tidak menepis tangan Yoana, hanya membiarkan Yoana berbuat sesukanya.
"Seharusnya nggak. Dia sudah aku beri peringatan."
"Baguslah." Yoana kembali mengangguk. "Cuti berapa lama?"
"Cuma tiga hari."
"Kenapa nggak ngambil satu minggu gitu? Biar agak lamaan dikit liburnya."
"Aku akan libur satu bulan kalau pernikahan ini benar-benar pernikahan yang aku inginkan." Auriga mendengus pelan.
Yoana mendecak lidah menanggapinya, lalu mengangguk pada waitress yang mengantar minumannya. Yoana lantas meneguk minuman itu sejenak, dan menaruh kembali gelas dengan elegan ke atas meja.
"Seenggaknya kamu bisa ngabisin waktu bersamaku kalau cuti seminggu. Bisa aku jamin cutimu nggak sia-sia," bisik Yoana di dekat telinga Auriga.
"Aurora masih jadi prioritas utamaku, Yoana." Auriga membantah ucapan Yoana, yang secara tidak langsung menunjukkan bahwa Yoana yakin Auriga akan menghabiskan waktu dengannya jika cuti satu minggu. "Andai aku libur seminggu, akan aku habiskan waktu bersama Aurora."
"Ah... oke, oke Kamu memang ayah yang hebat buat anak kamu." Yoana menyesap minumannya lagi untuk menyembunyikan rasa kecewa. Ia kemudian menatap Auriga yang tengah fokus mengetik pesan pada seseorang.
Cukup lama Auriga berkutat dengan ponsel, Yoana memanfaatkan kesempatan tersebut untuk menikmati keindahan wajah temannya itu. Ia tersenyum saat Auriga mengalihkan tatapannya dari layar ponsel, ke arahnya.
"Mau bersenang-senang malam ini?" tanya Yoana, tangannya masih tersimpan di bawah meja.
Satu sudut bibir Auriga terangkat. "Haruskah?"
"Kurasa kamu penat dan lelah setelah seharian berdiri di pelaminan."
Auriga hanya tertawa kecil.
"Kenapa?" Mata Yoana menyipit. "Atau kamu akan menemui istrimu?"
"Dia bukan tipeku." Auriga mengembuskan napas panjang, lalu berdiri sembari mengedikkan kepala sebagai isyarat. "Kamar 301 satu, 'kan?"
Senyuman lebar seketika terbit di bibir merah Yoana. Ia berdiri dan mengibaskan rambut pirangnya. "Ya, 301. Malam ini akan kubuat jadi malam yang sempurna untukmu," katanya setengah berbisik, kemudian berjalan lebih dulu dan disusul Auriga di belakangnya.
Auriga dan Yoana bertemu dan berkenalan dua tahun yang lalu di hotel tempat Auriga menginap, ketika Auriga beristirahat setelah melakukan penerbangan panjang dari Sydney ke Honolulu.
Kala itu, Auriga sempat kesulitan berkomunikasi dengan warga lokal yang berbahasa Hawaii. Kemudian Yoana datang dan membantu Auriga menerjemahkan apa yang orang itu ucapkan kepada Auriga.
Sejak saat itu keduanya menjadi dekat dan sering bertemu jika Auriga sedang berada di Indonesia.
Well, mereka bukan hanya teman biasa, tetapi teman yang saling memberi manfaat. Atau istilah kerennya adalah friend with benefit.
***
Lavina terbangun seorang diri pagi itu. Auriga tidak kembali ke kamar setelah pergi saat Lavina sedang mandi, tadi malam.
Di satu sisi, Lavina merasa senang dan lega karena tidak ada lelaki asing yang tidur satu kamar dengannya.
Namun di sisi lain, Lavina penasaran ke mana Auriga pergi dan di mana dia menginap semalam?
![](https://img.wattpad.com/cover/351934984-288-k273806.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
My Cassanova Husband
RomanceLavina Vanessa, gadis berusia 20 tahun, yang ceria dan sedikit kekanak-kanakan tiba-tiba terjebak dalam pernikahan yang tidak pernah dia bayangkan. Sang suami, Auriga Space Ivander, adalah seorang pilot tampan berusia 30 tahun yang memiliki pesona C...