10. Life with Problem

4.4K 276 39
                                    

Hello everyone,—Happy reading!
LIMA TAHUN KEMUDIAN,—💞

"Sebelah sana ya mass,,"

"Pak Jeno, tolong saya buat ngamatin ya? Ini letak sofa nya udah pass??"

Jeno berdiri dengan gulungan kertas di tangannya. Melihat seorang pekerja yang sedang membutuhkan bantuannya,—untuk mengamati tata letak furniture yang baru saja si pemilik rumah pesan pada nya beberapa minggu lalu.

"Oke mass, jangan nempel banget sama temboknya. Harus di beri celah biar yang punya rumah nggak susah nyapunya" terang Jeno padanya.

Lima tahun yang ia jalani, cukup merubah kisah hidupnya. Tanpa ada Jaemin di sampingnya, dengan di temani rasa tanggung jawab yang ada demi 'menyatu kembali' dengan sang primadona.

Jeno saat ini sudah memiliki toko bangunan dan perabot rumah tangga sendiri. Semua itu ia tekuni dengan modal yang di berikan oleh Somi.

Dan semua itu membuahkan hasil. Somi tidak keberatan dengan keputusan yang Jeno berikan pada Jaemin, menolaknya secara harus melalui secarik surat yang terselip di bawah tumpukan piring.

Tidak ada kesedihan, semua ini Jeno lakukan dengan tulus sesuai janjinya.

"Ini bayaran kamu ya mass" Jeno memberikan amplop berwarna putih pada pekerjanya yang sudah menemaninya seharian, mendekorasi sebuah rumah baru milik orang.

"Makasih ya pak Jeno, semoga rejekinya lancar terus" si pekerja langsung kembali pada mobil pick-up.

Ditemani oleh Jeno menuju toko bangunan nya sendiri.

"Besok kita ke rumah besar di deket jembatan merah sana mass, ada orang beli rumah baru di situ. Katanya si pesen sofa merah maroon yang terbuat dari kulit asli"

"Oohhh,, iya pak. Udah saya masukin list minggu lalu, barangnya sudah ada ya pak??"

Jeno membalasnya dengan anggukan dan senyuman singkat. "Iya, maka dari itu, kita langsung survei aja sama barangnya terus kita kerjakan"

"Siap pak Jeno, oh ya pak saya mau nanya tapi nggak enak. Apa bener pak Donghae nikah lagi??"

"Saya tidak perduli, mau menikah lagi atau mau mati juga silahkan. Saya sudah nggak mau mikir beliau"

"Gini pak, yang namanya manusia memang begitu. Kalo nggak ada pak Jeno juga memangnya pak Donghae bisa handle perusahaan sendiri??"

Tawa Jeno begitu sengak, menggema di dalam mobil pick-up yang mereka tumpangi.

"Perusahaan itu ketolong sama ketampanan saya, singkatnya seperti itu"

"Ah pak Jeno, kok malah ngadi-ngadi jawabnya"

Membutuhkan waktu dua jam untuk sampai di toko bangunan Jeno.

Jeno menyapa setiap pengunjung di toko nya dengan senyuman. Ada seorang lelaki berdarah Jepang yang ia percayai menjaga toko bangunannya di saat Jeno menghandle pekerjaan yang lain.

Pria itu bernama Haruto.

"Hallo pak Jeno,, sudah kembali aja niih"

"Lah memangnya kalau bukan kembali ke sini, saya mau kembali kemana?"

"Ya ke rumah lah pak, punya rumah gede masa nggak di tempatin. Ntar di huni setan loh"

Jeno melepas topi hitam yang membungkus rambutnya. Ia kembali duduk di kursi kasir, mengecek pendapatan hari ini.

"Haruto belum gajian ya? Kok nggak ngomong sama saya??" tanpa sengaja, kedua mata Jeno menatap lingkaran merah pada desk calendar di depannya.

"Kan pak Jeno sibuk terus, yaudah pak sekarang saya minta gaji" Haruto terkekeh pada komuk nya sendiri di depan kaca.

HELLO JODOH || NOMIN REPUBLISH Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang