12. Im a Killer

3.9K 251 28
                                    


Pundak Jeno terasa hangat, ada Jisung yang tidur terlelap di pelukannya. Mendaratkan kepalanya di pundak yang kembali kokoh sang papah. Jeno membawa raganya memasuki kamar yang sudah ia sediakan sebelum penerbangan menuju china.

Menjemput kedua pendamping hidupnya yang begitu ia rindukan.

Pelan dan hati-hati, Jeno merebahkan Jisung di atas kasur single size yang begitu tinggi dan empuk. Kamar yang ia desain sendiri, dengan ide kreasi yang membuat siapa saja mengagumi,—pekerjaan yang membawa keberuntungan Jeno Abraham saat ini.

"Papahhhh,—eungghhhh"

"Papah di sini sayang,," jeno menerima tangan Jisung yang berusaha menggerayangi rahangnya.

"Dont leave me alone, daddy" —hmmm,, ada eyesmille yang terbit.

Jeno mengusap pipi Jisung dengan ibu jarinya. "Apakah anak daddy membutuhkan teman selain buna? Karena daddy akan bekerja sayang??" Ya, jiwa sat-set yang dimiliki oleh Jeno sangat berguna untuk mengejar waktu.

Jisung mengangguk, menyisir pandang di dalam ruang kamar luas itu. "Jie takut buna marah, daddy jangan bilang sama buna ya" bibir Jisung melengkung tajam.

Rasa takut yang tidak bisa di bohongi, terpahat jelas pada wajah manisnya.

"Baiklah, anak papah di sini saja. Akan ada paman Haru yang akan menemanimu di sini. Papah janji akan pulang lebih awal, jaga dirimu baik-baik hmm??"

Jisung memeluk leher Jeno begitu erat sebelum melepaskannya kembali.

"Sebenarnya apa yang Nana lakukan pada anakku selama ini?" monolog Jeno, seraya mengecup ujung mata anaknya.

Jeno berjalan menutup pintu kamar itu, membiarkan Jisung menikmati waktu istirahatnya setelah perjalanan yang begitu panjang dan melelahkan.

Di lihatnya Nana sedang mengamati kolam ikan di samping dapur rumah Jeno.

Kedua netra golden brown Nana tampak bahagia. Sedangkan di luar sana, sebuah mobil ferarri terparkir di halaman.

Suara heels menghentak keras di atas keramik sepanjang langkahnya.

"Mister Jeno si paling Abraham!!!! Kan aku sudah bilang bahwa aku memesan kulkas pintu empat,—lho Nana!!"

"Som-somi,," jawab Jaemin kikuk.

"Ohhh,. Jadi kau sudah kembali. Welcome back Na, pantas saja sudah siang seperti ini toko Jeno masih tutup"

Jeno yang saat itu sedang menggelitik lubang telingannya dengan pucuk bulu ayam pun menghela nafas dengan komuk malas.

"Aku baru pulang dari China, kau harus mendengar cerita menarik dari ku nanti, pergilah! Aku akan mengantar pesananmu sebelum jam empat sore nanti!" celetuk Jeno.

Menarik pinggul Jaemin agar menjauh dari somi. Sosok wanita yang pernah memanjakan Jaemin di salon Taeyong saat itu.

Memang Jaemin sudah tau, siapa dan apa notabene seorang Somi. Namun entah kenapa, Jaemin seakan bungkam dan tidak mau memperpanjang masalah yang menimpa masa lalu yang begitu pahit baginya.

Dan tidak hanya sampai Jeno berpisah dengannya, hal buruk selalu menimpa Jaemin disaat Jeno sudah enyah dari kehidupannya.

Bahkan itu lebih parah.!

Somi kembali pada mobilnya setelah puas mengadu pada si pemilik toko yang masih santai-santai saja. Tanpa memikirkan customernya.

Sedangkan Jeno membawa Jaemin ke dapur untuk menikmati sarapan pagi.

HELLO JODOH || NOMIN REPUBLISH Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang