16. Rumit

2.5K 240 26
                                    

"Nana, mengapa kamu melamun hmm?" Tanya Jeno pada Nana yang saat itu sedang duduk bersila di atas sofa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



"Nana, mengapa kamu melamun hmm?" Tanya Jeno pada Nana yang saat itu sedang duduk bersila di atas sofa.

Memandang kosong pada akuarium oval milik sang anak.

Bukan jawaban yang Jeno terima melainkan uluran tangan Nana yang menginginkan perut Jeno sebagai bahan sandaran.

"Mass,"

"Hmmmmm? Ada apa buna??"

"Pengin peluk aja, kenapa ya tiba-tiba Nana kangen sama ayah??"

Seketika mimik Jeno berubah masam. "Kamu mau kembali ke china? Nggak kuat hidup sengsara sama aku??"

Jaemin mendongak, memandang wajah merah Jeno karena efek alkohol yang ia konsumsi.

"Nggak gitu mass, kan aku cuma bilang kangen ayah. Apa salahnya??"

"Ingat ya Na, kita udah nikah lagi. Jangan sampai kamu bikin aku males sama kamu gara-gara ayahmu itu. Kalau mass tau kamu masih haus sama kekayaan keluarga Naka, mass nggak bakal buang tenaga mass buat ngambil kamu lagi. Biarin kamu nikah terus hidup bareng sama Guanlin!"

Jeno mendorong Jaemin agar menjauh dari tubuhnya. Dirinya berjalan kembali menuju dapurnya, menghabiskan wine yang masih tersisa.

"Salah Nana apa si mass??"

Keluhan terakhir Nana sukses membuat Karina yang saat itu berdiri di samping kulkas,—tersenyum hangat.

"Aku sangat menyukai perdebatan ini"

❗️❗️❗️

Keesokan harinya,,

Haruto membawakan sekotak martabak untuk tuan kecil Jisung yang saat itu sedang duduk di kursi kasir.

Jisung tidak langsung pulang ke rumah, melainkan di bawa Jeno untuk tetap bersamanya di toko furniture miliknya.

Membiarkan Jaemin di rumah sendirian dengan bibi Karina. Tentu saja,—Nana merasa kesepian. Perdebatan kecil semalam lah penyebab utamanya.

Jeno sampai pergi dari rumah dan pulang pagi ini. Mengantarkan si buah hati bersekolah dan berakhir pada pekerjaan utamanya.

"Hallo Jie, lagi apa sayang!!!" Haruto menyapa, kaos partai merah hitam membalut tubuhnya yang berkeringat.

"Abang haruto mukanya gosong kaya knalpot" kekeh Jisung, membuka sekotak martabak telur yang di belikan oleh karyawan kesayangan papahnya.

"Gosong gini nak, kaum hawa juga klepek-klepek kalo liat abang lagi telanjang. Yang penting titit abang merah" Haruto menarik kursi kayu dan berakhir duduk di samping Jisung.

"Apa iya abang?"

"Kamu sehat kan nak? Buna-nya lagi ngapain di rumah? Kok nggak di ajak, kasihan??"

Jisung memicingkan matanya, menaikkan satu ujung bibirnya. "Buna gila"

HELLO JODOH || NOMIN REPUBLISH Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang