21. Who is my Father

2.6K 196 9
                                    





Perkara membunuh Donghae, masih terbesit di otak Jeno saat ini.

Jeno berada satu ruangan dengan Yuta yang baru sadar setelah dua hari menjalani masa koma. Senyum di iringi air mata menghiasi wajah Nana yang begitu bahagia ketika melihat sang ayah bisa terbangun dan kembali menatap wajah anaknya.

Yuta menengadahkan pandangannya, pada sosok Jeno yang berdiri di belakang Nana.

"Na,,"

"Ayah, tidak usah berbicara aneh-aneh,, tenggorokanmu masih sakit" ucap Jaemin, berusaha menenangkan diri sendiri.

Walau Jaemin tau, umur Yuta tidak akan lama lagi.

Tentu saja Jeno membalas senyuman, pada ucapan sang ayah mertua yang tertunda. Jeno paham, pasti Yuta akan membicarakan masalah hubungan rumah tangga mereka.

"Ayah terkejut,—kau membawa Jeno pulang" sedikit kesal karena Yuta tetap berbicara.

Suara yang begitu samar, namun bisa Jaemin dengar.

Jaemin mengusap dada ayahnya, merasakan kerasnya tekstur tulang rusuk yang seakan tembus ke luar dada Yuta yang semula bidang,—kini telah berubah dengan kulit tanpa daging yang tersisa.

"Mengapa ayah bisa teracuni?" Kali ini Jeno bertanya, walau awalnya Jeno sudah tau apa penyebabnya.

"Ddong—Hae ayahmu"

"Bajingan itu bukanlah ayah kandungku"

Hal yang paling Jaemin takutkan, adalah ucapan Jeno yang tidak tertata.

Yuta membalas ucapan Jeno dengan senyuman masam, namun lebih pada sorot penuh ketenangan.

"Kau memenangkan hati anakku, jagalah dia jika aku pergi—"

"Tentu saja, tidak perlu meragukan ketulusan dan janji saya ayah Na"

"Terimakasih,," ucap Yuta, perlahan genggaman di tangan Nana pun meregang.

Kepala Jaemin tertunduk dalam, kelopak matanya mati-matian menahan tangis yang seakan memecah keheningan malam ruangan itu.

"Ayahh—-"

Tiiiiiiiiitttttttt

Kedua mata sayu Jaemin tidak mampu memandang mesin EKG di depannya yang menerbitkan sebuah garis lurus.

"Biarkan ayah tenang,—Nana kamu yang sabar ya??" ucap Haechan, seraya mengusap pundak Nana.

Ada Mark yang tiba-tiba masuk ke dalam ruangan dan menepuk pundak Jeno.

"Gue mau ngomong sesuatu, ikut gue"

Winwin meluruhkan badannya di atas sofa empuk ruangan itu, tangisnya tidak kalah kencang dengan sang anak yang baru saja menyaksikan kepergian sang ayah.

Menghadap Sang Maha Kuasa.

Dokter di dalam ruangan itu tidak bisa membantu apapun, karena racun yang pernah Yuta minum telah merusak usus dan hatinya.

Racun yang bekerja dengan cepat, telah merenggut nyawa seorang ayah. Yuta meninggalkan semua kekayaannya untuk putra semata wayang dan suami manisnya, Dong Si Cheng.

"Yutaaaasaan!! Jangan pergiii hiiiikkkkksss Winwin ikutt" teriak Winwin histeris.

Kain putih berbahan sutra telah menutupi pahatan wajah sempurna lelaki berdarah Jepang itu.

❗️❗️❗️

Mark membawa Jeno ke kantin, memesan dua cup kopi. Mereka duduk di sebuah meja bundar, dengan tatapan penuh tanda tanya dari pihak Jeno.

HELLO JODOH || NOMIN REPUBLISH Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang