Bab 3: Pascaperang

116 15 4
                                    

BoBoiBoy © Monsta

Di Atas Bentala, di Bawah Bumantara © Roux Marlet

The author gained no material profit from this work of fiction.

Canon, Family, Brotherhood (Kaizo, Fang) post Gur'latan-arc

#FallToberKEB

Hari Ketiga: Rebahan

Bab 3: Pascaperang

.

.

.

.

.

Abang Fang, Kapten Kaizo, anggota TAPOPS yang terhormat, paling anti dengan yang namanya rebahan.

Kaizo sudah menjadi prajurit sejak usia belia. Dia sudah ikut serta dalam berbagai perang seantero galaksi segera setelah pertama kalinya bertarung melawan alien jahat di Gogobugi, planet asalnya. Kaizo selalu belajar dari tiap peperangan. Pasti selalu ada luka, tapi sang pemberontak legendaris lebih banyak membuat luka pada lawannya daripada sebaliknya.

Kali ini berbeda. Jauh dari biasanya pula, sang kapten yang selalu aktif bergerak dan hanya tidur secukupnya, sekarang dipaksa harus rebahan dalam jangka panjang.

Sepulangnya dari Planet Gur'latan, Kaizo baru tahu ada yang sobek di bagian lambungnya. Penanganan darurat seadanya setelah terkena tembakan dari salah satu penembak jitu bawahan Kira'na, yang bahkan dilakukan ketika Kaizo bersama BoBoiBoy dan Gopal sedang dalam pelarian, hanya cukup untuk menghentikan perdarahan keluar. Operasi segera dilakukan di stasiun TAPOPS setelah situasi rumit mereda.

Fang sangat tahu abangnya pasti dalam mood yang sangat jelek selama masa pemulihan itu, tapi dia tetap mendatanginya di ruang perawatan, sehari setelah operasinya.

Kaizo sedang bersandar ke tempat tidur sambil membaca buku dengan raut muka bosan ketika Fang masuk.

"Selamat pagi, Kapten," sapa Fang sambil memberi hormat.

Kaizo sudah menatapnya tajam sejak pintu terbuka. "Kau tidak ikut pulang ke Bumi?"

Fang menggeleng. "Aku-"

"Bukannya sebentar lagi sekolah akan dimulai kembali?" potong Kaizo sambil menutup bukunya.

"Iya, tapi-"

"Apa masih ada misi khusus untukmu?"

Fang mengerjap. Meski sudah paham tabiat abangnya ini, tetap saja terasa sulit saat melakukannya.

"Tidak, Kapten-"

"Bukankah lebih baik kalau kau berjaga di TAPOPS-U di Bumi?"

"Aku minta izin pada Komander Koko Ci untuk tinggal sementara di sini. Aku mau menemani Abang."

Fang mengucapkannya cepat-cepat sebelum Kaizo bisa memotong kalimatnya lagi dengan nada setajam tatapan netra merahnya itu.

"Buat apa?" Kaizo segera membalasnya. "Aku bisa mandiri meski seperti ini."

Fang tahu, itu setengah berdusta. Faktanya, Kaizo sama sekali tidak boleh meninggalkan tempat tidur lantaran posisi luka di bagian tengah tubuhnya. Untuk duduk bersandar pun, bukan badan yang digerakkan, tapi bagian atas tempat tidurnya yang dinaikkan dengan pegas otomatis. Segala aktivitas Kaizo lainnya, termasuk makan, membersihkan diri, dan buang air, bisa dijalani dengan mudah karena terbantu peralatan canggih milik TAPOPS.

Tetap saja, ada hal-hal yang tak bisa tergantikan dengan mesin secanggih apa pun, terutama saat kau hanya bisa terbaring tanpa daya di tempat tidur.

Itu persisnya istilah yang dibenci Kaizo, dan itulah yang tidak mau diperlihatkannya terang-terangan, terutama pada adiknya (atau bawahannya?)

Fang sudah mencoba melepas formalitasnya dan Kaizo belum balas memanggilnya dengan nama langsung atau dengan pangkat. Namun, raut muka Kaizo yang tampak terganggu jelas-jelas menunjukkan bahwa dia tidak mau ditemani seperti yang Fang inginkan.

"Baiklah. Maaf mengganggu waktumu, Kapten." Fang memberi hormat sekali lagi, bersiap untuk balik badan dan menelan kekecewaan. Dia mengira Kaizo akan berubah setelah rentetan peristiwa di Gur'latan dengan Kira'na belakangan ini ....

"Aku tidak bilang kau mengganggu," ujar Kaizo lirih, tapi Fang masih bisa mendengarnya. "Aku memang bisa mandiri, Pang. Tapi ... aku tak keberatan kalau kau mau menemaniku yang hanya bisa rebahan ini."

Fang tercengang sejenak, sebelum akhirnya tersenyum dan mengambil kursi di sisi tempat tidur.

"Aku belum dengar ceritamu sejak kita terpisah di Kota Terawangan, Pang."

Fang tidak salah melihat Kaizo ikut tersenyum simpul meski hanya sekilas. Ada rasa bangga terselip lega, ketika Fang bersitatap dengan netra yang identik dengannya. Teringat pada kawan baiknya, BoBoiBoy, Fang merasa dirinya mungkin tidak bisa jadi seperti sosok Tok Aba yang menghibur cucunya setelah terluka dalam perang. Tapi mungkin, bagi Kaizo, itu sudah cukup. Fang tidak menyesali keputusannya untuk tidak pulang ke Bumi untuk sementara waktu.

Bersama dengan Kaizo adalah tempatnya untuk kembali pulang.

.

.

.

.

.

Catatan Penulis:

Roux diserbu hecticness dunia nyata, jadi update-nya sangat tertunda :")

Akhir kata, terima kasih sudah membaca!

[8 Oktober 2023]

Di Atas Bentala, di Bawah BumantaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang