Bab 12: Hanya Satu

81 11 3
                                    

BoBoiBoy © Monsta

Di Atas Bentala, di Bawah Bumantara © Roux Marlet

The author gained no material profit from this work of fiction.

Canon, Family, BBBGLXS2 isu 27 spoiler!

#FallToberKEB

Hari Kedua Puluh: Rambut

Hari Kedua Puluh Satu: Kehilangan

.

Bab 12: Hanya Satu

.

.

.

.

.

BLAMM!

"Uhuk, uhuk." Sore itu, tangan Tok Aba tergelincir saat akan mengunci pintu kedai Kokotiam dan membuat debu berterbangan.

"Tok Aba, saya bantu!" Sesosok robot kuning bundar melayang mendekat.

"Terima kasih, Ochobot. Uhuk, uhuk." Pria berpeci itu segera duduk ketika merasakan dadanya agak sesak lantaran batuk.

Dengan lengan robotik yang kuat dan terampil, Ochobot berhasil menutup dan mengunci pintu kedai.

"Mari kita pulang, Tok!" ujar Ochobot dengan ceria. "Saya bisa bawakan semua kardusnya."

"Uhuk. Terima kasih lagi, Ochobot," sahut Tok Aba, bangkit berdiri sambil mengusap punggungnya, lalu meraih tasnya yang hanya berisi buku dan uang. Belakangan ini dirinya sering nyeri punggung kalau banyak mengangkat barang berat. Kalau di hari-hari biasanya di waktu dulu, Tok Aba sanggup mengangkut semua cokelat dan perkakas dari pasar ke kedai atau ke gudang di rumah. Sejak BoBoiBoy tinggal bersamanya di Pulau Rintis, sang cucu juga banyak membantu pekerjaan angkut-angkut itu, tapi Tok Aba pun masih punya cukup tenaga untuk melakukannya sendiri.

Hanya saja, belakangan ini, BoBoiBoy banyak misi bersama TAPOPS dan Tok Aba jadi sering diserang nyeri punggung setelah bekerja. Sungguh beruntung saat ini Ochobot bisa menemaninya, tapi Tok Aba ikut khawatir ketika mendengarkan perkembangan misi cucunya di Planet Gur'latan.

"Apa BoBoiBoy baik-baik saja di sana?" gumam Tok Aba saat sudah tiba di rumah dan melepas pecinya di depan wastafel untuk persiapan mandi. Tok Aba menatap bayangannya di cermin. Di kepala itu kini tak ada lagi sehelai rambut pun. Rambut khas di mana ada sedikit yang berwarna putih di antara helaian gelap karena ada kelainan pigmen, sudah tinggal masa lalu. Tok Aba jadi teringat putranya sendiri, yang saat ini juga dalam misi berkepanjangan di luar planet Bumi. Baik Amato maupun BoBoiBoy mewarisi rambut yang sama dengannya. Pria sepuh itu tersenyum ketika ingat keduanya, lalu mengacungkan jempolnya sendiri ke depan cermin.

"Terbaik," gumamnya lirih sambil terkekeh kecil. Bahkan jargon yang sama telah diadaptasi juga oleh dua orang itu. Tiba-tiba, sesak di dada itu hadir kembali. "Uhuk, uhuk." Tok Aba lagi-lagi perlu duduk untuk meredakan batuknya sejenak. Beberapa waktu setelah itu, barulah Tok Aba pergi mandi, menyiapkan makan malam dibantu Ochobot, beribadah, beristirahat ... semua rutinitas yang biasa, tapi belakangan ini sungguh melelahkan luar biasa untuk tubuhnya yang renta.

Tok Aba di waktu dahulu juga pernah jadi adiwira. Memang sudah masanya generasi berganti. Proses penuaan tak dapat dihindari, justru Tok Aba bersyukur diberi umur panjang dengan banyak sekali karunia sepanjang hidupnya.

"Assalamualaikum, Tok Aba ...."

Mendengar suara itu di suatu sore yang hangat, membuat dada Tok Aba mendadak ikut hangat meski masih dilanda sesak. Apalagi ketika melihat sosok sang cucu dan binar senyumnya yang biasa, tunduk untuk memberi salam seperti yang diajarkannya pada Amato sejak kecil. "Waalaikumsalam, BoBoiBoy ... eh, kapan kamu pulang?"

"Baru saja, Tok. Atok sedang tidak sehat?" Pancaran sinar cemas di mata cokelat itu tak bisa ditutupi.

Tok Aba nyaris batuk, tapi menahan diri, "Biasa, lah, orang sudah berumur. Bagaimana misi kamu?"

Sang kakek dan cucunya sama-sama duduk di ruang makan. BoBoiBoy menuangkan minuman yang ada di dalam teko di meja—cokelat panas khas Tok Aba, tentu saja.

"Alhamdulillah, semua selesai, Tok," jawab BoBoiBoy.

"Bagus, lah. Setelah ini, ke planet mana lagi?"

"BoBoiBoy nggak akan ke mana-mana, Tok. Di Bumi saja, hehe."

Jawaban itu agak mengejutkan Tok Aba. Saat itu, Ochobot terbang mendekati mereka. "BoBoiBoy sudah minta pada Komander Kokoci supaya ditugaskan di Bumi, Tok."

Bahkan sampai meminta demikian pada atasannya di TAPOPS? Tok Aba makin kaget. "Eh? Tak mengapa, kah, kamu nggak menjalankan misi di planet-planet lain itu?"

"Tak apa, Tok. BoBoiBoy mau bertugas di Bumi supaya bisa menjaga Tok Aba."

Untuk kalimat itu, Tok Aba betul-betul tertegun. Kalimat selanjutnya membuatnya lebih lagi.

"Misi senantiasa ada banyak ... tapi, Tok Aba, 'kan, hanya satu saja. Hehe ...."

Senyum sendu terbit di wajah yang berkeriput.

"Bertuah betul, cucu Atok yang satu ini ...."

"Hehehe ...."

Tok Aba memang sudah kehilangan rambut dan kekuatan masa mudanya, tapi tidak pernah kehilangan cinta dari cucunya semata wayang.

.

.

.

.

.

Catatan Penulis:

Ini mungkin klasik tapi benar: hargai waktu bersama keluarga selagi mereka masih ada :")

Terima kasih sudah membaca!

[21 Oktober 2023]

Di Atas Bentala, di Bawah BumantaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang