BoBoiBoy © Monsta
Di Atas Bentala, di Bawah Bumantara © Roux Marlet
The author gained no material profit from this work of fiction.
BBBGLX S2 Canon: Rimbara arc + Post Gur'latan arc, Family, Friendship
#FallToberKEB
Hari Kesepuluh: Bunga
Hari Kesebelas: Empati
Hari Kedua Belas: Rantai
Hari Ketiga Belas: Tumbuh
.
Bab 7: Siklus
.
.
.
.
.
Tak banyak yang tahu bahwa Cendamad itu aslinya bukan anak bungsu dari sepuluh bersaudara (cendawa); dia seharusnya punya satu adik lagi.
Iya, anak dari Papa-Mama Cendawa seharusnya sebelas orang (cendawa).
"Mama Cendawa hanya bisa makan sayur-sayuran ...," ungkap Tok Cendatok saat grup Kokotiam beserta Qually telah mengakhiri pertandingan memasak mereka. Sang penghulu Kampung Cendawa mengundang mereka mengunjungi satu bilik tempat Mama Cendawa terbaring tidur.
"Alamak! Hanya bisa makan sayuran?" Gopal menggeleng sedih. "Tak pernah tahu lezatnya daging panggang ...."
"Makan kentang atau umbi yang lain pun, tak bisa, kah?" tanya Fang, yang ditanggapi gelengan dari sang penghulu.
"Kasihan ...," gumam BoBoiBoy dan Qually bersamaan.
"Semasa tinggal di Bumi beberapa waktu kemarin, Mama Cendawa telah jadi lebih sehat karena banyak sayur di sana. Tapi, di planet gersang ini, sejak Retak'ka merampas semuanya ... hidupnya sangat menderita."
Cendamad, anak cendawa terkecil, menggelayut ke arah Tok Cendatok yang mengusap-usap kepalanya. "Adiknya Cendamad meninggal tak lama setelah dilahirkan. Ibunya sangat kekurangan gizi, sehingga nyawa bayinya terancam."
Ying dan Yaya menutup mulut mereka karena kaget dan sedih. Keduanya menatap sosok alien jamur ber-gender perempuan yang sedang tidur pulas itu, yang tampak kurus dan pucat. Mereka tak sanggup membayangkan seperti apa rasanya kehilangan buah hati yang bahkan baru sejenak mencecap kehidupan.
"Seandainya Mama Cendawa tinggal lebih lama di Bumi, apakah kesehatannya akan pulih?" BoBoiBoy melontarkan usul setelah semuanya diam bermenit-menit, turut larut dalam kesedihan yang mendalam. Meski tidak tahu-menahu perihal anatomi spesies alien jamur, tetap saja rasanya menyakitkan ketika tahu ada satu nyawa tak berdaya harus melayang sebagai akibat berantai dari kekejaman orang lain. Pihak yang lemah ditindas oleh yang lebih kuat, tapi mereka memang tidak bisa berbuat apa-apa.
"Kalau boleh jujur, udara di Bumi kurang cocok untuk kami," sahut Tok Cendatok agak terbatuk. "Kami tak bisa lama-lama tinggal di planet kalian."
"Kalau begitu ... kita harus pulihkan planet ini agar Mama Cendawa bisa makan yang cukup!" seru BoBoiBoy bersemangat.
"Pulihkan planet ini ...?" Tok Cendatok terheran-heran. Para remaja Bumi saling bertukar pandang dan mengangguk. Bahkan Qually tampaknya bisa menebak apa rencana mereka.
"BoBoiBoy Kuasa Lima!"
BoBoiBoy Gempa, dibantu kuasa gravitasi Yaya, mengeruk lapisan-lapisan tanah yang sudah rusak. BoBoiBoy Duri membersihkan akar-akar pohon yang sudah mati dan BoBoiBoy Taufan meraup semua bagian tanaman mati itu dalam pusaran angin menjadi lebur, agar bisa digunakan sebagai pupuk. Kumpulan Kerbau Bayang dari Fang membantu mengolah tanah itu menjadi gembur.
"Tukaran benih sayur!" Gopal mengubah berbagai jenis batu menjadi benih sayuran.
BoBoiBoy Ais membuat sistem aliran air dari sungai terdekat dan BoBoiBoy Solar membuatkan semacam bangunan kubah rumah kaca untuk mengoptimalkan cahaya matahari menyiram area-area yang ditanami. Ying membantu semua proses pekerjaan itu berjalan lebih cepat.
"Kalian semua ... terima kasih," gumam Tok Cendatok terharu.
.
.
.
.
.
"Hai!!! Cendamad sudah besar, rupanya!" pekik Yaya gembira, menyambut sosok alien jamur mungil yang berlari kegirangan ke arahnya.
Pasubot, setelah selesai dengan tugasnya hingga membuat pohon oakuat berbuah, diboyong ke Rimbara untuk mempercepat usaha penghijauan kembali planet itu. Sayur-sayuran telah berkali-kali berhasil dipanen dan diolah. Perluasan lahan tanaman pun dilakukan di banyak tempat dengan usaha dari seluruh penduduk Rimbara.
Mama Cendawa telah sehat kembali, segar dan ceria. "Sekarang, aku bisa makan banyak setiap hari," ujarnya riang pada BoBoiBoy Rimba yang duduk santai di sebelahnya. "Cendamad akan segera punya adik lagi!"
"Terbaik~" sahut sang elemental tahap ketiga, menikmati bonus pemandangan yang memang disimpannya sebagai kejutan bagi semua orang: bunga-bunga warna-warni bermekaran di sekitar kebun sayuran. Waktu itu, BoBoiBoy meminta Gopal mengubah beberapa benih pohon berbunga agar tumbuh-tumbuhan Planet Rimbara semakin semarak dan menyenangkan hati.
Dalam hatinya, BoBoiBoy berpikir, apakah sang penguasa Rimbara akan menyukai pemandangan ini seandainya beliau masih hidup. Planet Rimbara memang pernah dirampasi dengan kejam oleh Retak'ka; tapi, sekarang, di sinilah para adiwira ini berjuang bersama penduduk asli untuk menumbuhkan kembali apa yang sejak semula pernah ada.
Tak ada gunanya juga menyimpan dendam, sia-sia belaka. Seperti rantai makanan yang adalah siklus alamiah, sesungguhnya tak ada yang menang maupun kalah, tak ada yang lebih kuat atau lebih lemah. Makhluk yang makan sayur maupun yang memakan makhluk lain, suatu saat akan mati juga dan kembali ke tanah, menjadi sumber kehidupan bagi tumbuh-tumbuhan.
Setiap mata rantai makhluk hidup sama dan setara, sama-sama berjuang untuk hidup masing-masing.
BoBoiBoy bangkit berdiri dan berpamitan pada Mama Cendawa, karena harus segera pulang ke Bumi. Sebelum berbalik menuju pesawat angkasa, angin berembus cukup kencang hingga menerbangkan beberapa kelopak bunga ke arahnya dan sang adiwira muda merasa mendengar bisikan lembut nan berwibawa,
"Terima kasih."
.
.
.
.
.
Catatan Penulis:
Terinspirasi dari lagunya Sound Horizon, Shokumotsu ga Tsuranaru Sekai (The World's Food Chain). Lagu aslinya nyesek nan mengharukan :")
Terima kasih sudah membaca :)
[13 Oktober 2023]
KAMU SEDANG MEMBACA
Di Atas Bentala, di Bawah Bumantara
FanfictionDi atas bumi yang sama, di bawah langit yang sama, kita bergandengan dan saling menjaga. Kumpulan drabble BoBoiBoy berlatar Canon dan Alternate Reality. Untuk event FallTober KEB 2023.