BoBoiBoy © Monsta
Di Atas Bentala, di Bawah Bumantara © Roux Marlet
The author gained no material profit from this work of fiction.
Canon, Friendship
#FallToberKEB
Hari Kelima Belas: Kekurangan
Hari Keenam Belas: Jubah
.
Bab 9: Berita
.
.
.
.
.
"Siapa bilang BoBoiBoy itu OP alias overpowered? BoBoiBoy itu adiwira yang penuh kekurangan. Dia itu pelupa, punya kelainan pigmen rambut, dan dua lagi: dia juga kurang tinggi dan kurang manly. Ups, kok, jadinya malah body shaming?! Tapi, begitulah kenyataannya!"
"Hah?" Siaran televisi barusan membuat Fang memutar kepala ke sumber suara. Di jam segini, bertepatan dengan jam pulang sekolah, memang waktunya siaran untuk anak-anak muda dari TV33.
"Yang namanya pahlawan super, biasanya berjubah! Ini, malah berseragam sekolah!"
"Oi, BoBoiBoy!" panggil Fang pada kawannya yang ikut bengong menyimak siaran televisi di lobi sekolah. Tak hanya dia, melainkan beberapa teman sekelas ikut terheran-heran dengan siaran bombastis ini.
"Fang?" sahut si adiwira elemental. "Kenapa Pak Ravi ini?"
"Ada lagi yang perlu diperhatikan? Yang namanya jagoan, biasanya nggak pakai rok! Lihat dua kawannya yang perempuan ini!"
"Haiyaa. Emansipasi wanita, lah!" celetuk Ying yang tiba-tiba sudah ikut menyimak di lobi bersama Yaya.
"Satu lagi, pemirsa. Yang namanya jagoan itu harus 'kuat'. Kalau yang ini, kuat makannya, alias rakus! Lihat kawan BoBoiBoy yang satu ini!"
"Dey, aku bukan rakus! Hanya nafsu makan besar, pun," dengus Gopal, membela diri sambil mengganyang keripik kentang.
"Ada apa Pak Ravi sampai membuat berita tentang kita?" seloroh Yaya prihatin. "Nggak ada wawancara atau informasi apa pun ke kita, pula?"
"Bagaimana kalau coba kita datangi kantor beritanya?" usul BoBoiBoy.
"Kalau kalian mau tahu lebih banyak lagi ... nantikan siaran Ravi J. Jambul minggu depan! Edisi spesial mengharu-biru: latar belakang Planet Gogobugi, planet asal si alien humanoid!"
Perempatan muncul di dahi Fang kali ini. "OI! Ini keterlaluan!"
"Ayo, kita datangi saja sekarang," sela BoBoiBoy sebelum ada yang naik emosi. Beberapa menit kemudian, mereka berlima telah sampai di kantor berita TV33 dan minta bertemu Pak Ravi.
"Hiiiiy, ampuuun, bilang aja saya nggak ada di kantor!" pekik seseorang dari balik kubikel ketika petugas resepsionis masuk mencarinya. Para adiwira muda itu memutar bola mata, mereka dengar jelas suaranya.
Sebentuk jambul familier akhirnya menyembul dari balik pintu. Wajah di bawahnya tampak pucat. "Maaf, maaf, jangan hajar saya!"
"Pak Ravi, apa maksudnya berita yang barusan?" tanya Yaya perlahan sambil melirik Fang memperingatkan, karena si alienlah yang tampak paling ingin menghajar si wartawan. BoBoiBoy dan Gopal memegangi lengan Fang dari kiri-kanannya sambil meringis.
"Maaf ... maaf ...." Tangisan pria itu pecah. Si wartawan lokal, Ravi J. Jambul, rupanya sedang kekurangan bahan berita. Penjahat-penjahat Bumi segan melakukan tindak kriminal karena enggan berurusan dengan sekelompok adiwira muda itu.
"Jadi, demi menjual berita, Pak Ravi sampai berbuat begini?" BoBoiBoy membelalakkan mata tak percaya.
"Tapi, 'kan, apa yang saya siarkan tidak salah?" Ravi bersuara lirih.
"Tidak salah ... tapi tidak etis," ujar Yaya tegas. "Berita itu harus aktual dan tidak berat sebelah."
"Iya, lho! Pak Ravi menyoroti kekurangan kami saja di situ," timpal Ying.
"Dan yang paling penting, jangan mendramatisasi berita untuk menaikkan rating televisi!" pungkas Fang yang masih kesal. "Apa Anda nggak memikirkan perasaan orang yang dijadikan bahan berita begituan dengan seenaknya?"
"Maaf, maaf, Adik-adik ...."
Tangisan Ravi begitu memilukan sampai-sampai kelimanya merasa kasihan.
"Ya, sudah, Pak Ravi ... akan kami maafkan Bapak, kalau Pak Ravi traktir kami burger—aduh!" Usulan Gopal diinterupsi sodokan sikut dari Fang.
"Hentikan siarannya dan buat satu pengumuman minta maaf," cetus Fang.
"Itu saran yang baik," timpal Yaya setuju.
"Yang terpenting, Pak Ravi, jadilah diri sendiri. Tak perlu menciptakan drama seperti ini," sahut BoBoiBoy. "Ngomong-ngomong, kalau Pak Ravi tertarik meliput berita kejahatan, bagaimana kalau sesekali Bapak ikut kami melawan alien jahat?"
Ravi tersenyum senang dan percaya diri. Datang kembali tagline-nya yang populer, "Di mana ada bahaya, di situ ada saya!"
Menjadi pahlawan itu tidak harus pakai jubah. Menolong orang yang membutuhkan, menjadi pendengar bagi yang butuh didengarkan, berbuat hal-hal sederhana namun berbuah kebaikan ... semua itu menjadikanmu pahlawan di mata orang lain.
.
.
.
.
.
Catatan Penulis:
Idenya absurd banget, dah lah :"
Ini ceritanya terinspirasi dari lagunya Petualangan Sherina yang berjudul "Jagoan" :D
Terima kasih sudah membaca :)
[16 Oktober 2023]
KAMU SEDANG MEMBACA
Di Atas Bentala, di Bawah Bumantara
FanfictionDi atas bumi yang sama, di bawah langit yang sama, kita bergandengan dan saling menjaga. Kumpulan drabble BoBoiBoy berlatar Canon dan Alternate Reality. Untuk event FallTober KEB 2023.