Bab 13: Visi

60 9 1
                                    

BoBoiBoy © Monsta

Di Atas Bentala, di Bawah Bumantara © Roux Marlet

The author gained no material profit from this work of fiction.

Alternate Reality, Friendship, Family, Gur'latan arc

#FallToberKEB

Hari Kedua Puluh Tiga: Cahaya

Hari Kedua Puluh Empat: Kacamata

Hari Kedua Puluh Lima: Kesedihan

.

Bab 13: Visi

.

.

.

.

.

KRAKATHOOOOM!!!

Guruh menderu dan kilat menyambar di depan singgasana.

"Selama ini kupikir kau mendukungku, Pang. Ternyata aku salah."

Fang tertunduk di hadapan sang maharani, tangan dan kakinya terbelenggu rantai. Mereka sudah kalah. Kuasa BoBoiBoy gagal menyelamatkan semuanya. Fang pun gagal menolong teman-temannya ... terutama sekali teman yang ada di depannya ini.

"Baik dan manis di depanku ... rupanya kau menusuk dari belakang. Sepertinya aku perlu kacamata baru."

"Arghhh ...," keluh Fang perlahan ketika merasakan setruman dari dua pasang belenggunya. Makin lama makin kuat, sampai si alien Gogobugi terbungkuk kesakitan.

"Sakit?" gumam Kira'na dingin sementara Fang terus berjuang menahannya.

Fang itu sudah terbiasa jadi pihak yang berkhianat. Tapi dia tahu, dia benar-benar perlu berkhianat pada siapa, dan betul-betul memihak siapa. Kira'na sesungguhnya bukan seseorang yang bertujuan buruk; dia punya visi yang sama dengan mendiang ayah dan neneknya, tapi cara yang ditempuhnya bertolak belakang.

"Kupikir kau tahu rasanya kehilangan orang yang sangat disayangi."

Fang tidak mampu menjawab, meskipun dia tahu. Dia sangat tahu! Kematian orang tercinta bisa sampai membuat hati dibutakan oleh kesedihan yang terlalu dalam. Namun, seluruh energinya telah terkuras dan Fang terjatuh lemas. Kelopak matanya terasa berat. Pikirannya mengembara pada abang dan teman-temannya, yang entah ditahan di mana saat ini. Apa Kira'na akan menyiksa mereka seperti ini juga?

"Jangan khawatir, Pang. Hukuman untuk pengkhianat sepertimu berbeda dengan hukuman untuk para pemberontak."

Fang memaksa diri membuka mata. Tampaklah cahaya terang berwarna merah. Sebilah pedang menyala di hadapannya, tajam berkilau tertimpa cahaya merah itu, siap membelahnya ....

"TETAKAN PEDANG VOLTRA!!!"

"WAAAAAA!!!"

"Fang?!"

Manik merah Fang melotot lebar, di hadapannya kini hanya ada Gopal yang berparas cemas.

Barusan itu mimpi?

"Fang!!! Kau sudah sadar!" Gopal menghambur ke arahnya dan merangkulnya sampai tercekik.

"Aw, aw!" Selain sesak karena Gopal memiting lehernya, Fang merasakan sakit di mana-mana di badannya. "Lepaskan aku, Gopal ...."

"Aku akan panggil BoBoiBoy dan yang lain!" seru Gopal seraya melepaskannya, lalu bergegas lari keluar ruangan.

Sepeninggal Gopal, Fang merasakan matanya basah dan segera menyekanya. Oh, iya. Fang sendiri melepas kacamata visornya sebelum membelot pada Kira'na waktu itu. Di mana benda itu, ya? Meski bukan untuk koreksi penglihatan melainkan hanya untuk gaya, Fang tetap merasa itu benda yang berharga untuk disimpan dan dipakai. Nantilah dia akan cari.

Karena kacamata itu dulu pemberian orang tuanya. Yang gagangnya dahulu juga pernah dibetulkan oleh Kaizo.

Fang menutup wajahnya dengan telapak tangan dan menangis. Setengah dirinya merasa lega bahwa yang tadi hanya mimpi, setengah lagi dilanda kesedihan akibat nostalgi.

Bukan hanya Kira'na yang pernah kehilangan anggota keluarga. Itu bukan alasan untuk melampiaskan kepahitan pada dunia. Dirinya dan Kaizo juga ....

"Fang!"

Si pemilik nama mengangkat kepala. Empat sosok yang familier mengisi ruangan.

"Teman-teman ...." Mata beriris merah itu masih berkaca-kaca. "Maaf, ya ...."

"Dey, Fang! Kenapa malah nangis?!" celetuk Gopal.

"Boleh, lah, sesekali ... hehehe," sahut BoBoiBoy sambil menepuk bahu Fang perlahan.

"Iya, lho! Fang mungkin terharu, hihihi!" timpal Ying.

"Kalau Fang sudah baikan, kita jenguk Kapten Kaizo sama-sama, bagaimana?" usul Yaya.

Benar juga. Di dunia ini, tak hanya Kaizo seorang saja keluarga yang dimilikinya. Selama ini dia mengira hanya ada dirinya dan Kaizo—mimpi buruk dari masa lalu yang keras, tapi abangnya itu lambat laun berubah karena telah bisa berdamai dengan kesedihan yang sama-sama dirasakan Fang. Suara-suara keempat temannya membangkitkan semangat baru dalam hati si pemilik kuasa bayangan.

Cahaya yang mereka pancarkan begitu luar biasa. Hangat, nyata, terang bersinar ... seolah-olah dunia yang semula terselimuti kabut, kini tersingkap cerah.

Seolah-olah Fang melihat dunia dengan kacamata baru. Dan, dia berharap, Kira'na pun demikian.

.

.

.

.

.

Catatan Penulis:

Ada bagian dari lagunya Tangled, "I See the Light" di sini XD

Terima kasih sudah membaca :)

[25 Oktober 2023]

Di Atas Bentala, di Bawah BumantaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang