2. Sebuah Bantuan

788 87 9
                                    

"Claudia Kim. Nice to meet you, Na Jaemin."

Jaemin hanya tersenyum simpul dan membalas jabatan tangan Claudia. Dalam hati sebenarnya merasa jengkel karena Papa ternyata berbohong. Dia kira mereka akan makan malam bersama tapi ternyata hanya ada dirinya dan Claudia sekarang. Catat, hanya mereka berdua saja.

Walau sebenarnya tidak buruk juga karena Claudia ternyata cukup asyik diajak mengobrol. Dari sikapnya, Jaemin asumsikan perempuan itu adalah tipe yang sangat mudah bergaul dengan orang lain. Khas perempuan gaul ibukota dengan teman di sana-sini. Tidak salah karena ternyata perempuan itu punya banyak teman dari kalangan selebritis dan model.

Hal yang wajar, mengingat pekerjaannya sebagai editor majalah ternama. Pasti Claudia sudah bertemu banyak selebritis dan model ternama berulang kali. Perempuan itu juga terdengar sangat passionate saat menceritakan pekerjaannya.

"Enough about me, Mr. Na. How about you? Aku juga mau denger keseharian kamu."

Jaemin rasa Claudia bukan orang yang narsis sampai-sampai hanya bercerita tentang hidupnya sendiri. Perempuan itu banyak bertanya tentang kesehariannya dan jika tidak paham pun dia langsung meminta penjelasan.

Di luar dugaan, pertemuan pertama mereka malam itu berjalan dengan baik. Jaemin bahkan berakhir memberikan nomor ponselnya dengan sukarela. Dia tidak akan bilang menyukai Claudia, tapi untuk sebuah pertemuan pertama, perempuan itu memberikan kesan yang sangat baik.

"Kamu gak keberatan sama perjodohan ini?"

"Sejujurnya iya. Tapi sepertinya bisa dipertimbangkan setelah aku tahu orangnya adalah kamu." Jaemin tersenyum miring saat melihat Claudia menguar tawa.

"Sama. Kalau gitu, let it flow aja kali ya?" Jaemin mengangguk setuju. Bukan ide yang buruk. Mungkin saja pertemuan-pertemuan selanjutnya bisa membuat merasa lebih cocok.

Tanpa direncanakan, malam itu mereka berakhir menonton film bersama. Jaemin juga mengantar Claudia pulang setelahnya. Ternyata apartemen perempuan itu tidak jauh dengan tempatnya bekerja.

"Wow really? Yaudah, kapan-kapan aku ajakin kamu ngopi haha!"

Jaemin hanya mengangguk saja. Lagi-lagi, hal itu bukan ide yang buruk untuknya. Dan sepertinya Claudia tidak bercanda karena seminggu setelahnya, perempuan itu benar-benar mendatanginya ke rumah sakit. Mengajaknya pergi ke sebuah kafe yang jujur baru kali ini Jaemin datangi. Sepertinya Claudia tahu banyak tempat-tempat untuk hangout seperti ini.

Selain itu, Jaemin cukup takjub Claudia tidak marah-marah karena menunggunya cukup lama akibat ada satu jadwal operasi. Untungnya hanya satu jam saja. Kalau lebih dari itu juga Jaemin lebih memilih menolak ajakan Claudia.

"Mungkin gak bisa dibandingin ya, tapi kadang aku juga gitu sih. Tiba-tiba ada perubahan jadwal mendadak yang bikin pusing. Apalagi kalau dokter gitu, duh pasti capek deh!"

"Resiko sih. Buktinya kita tetep kerja aja kan sampai sekarang?"

"True haha! Kadang kesel sih but I love this job. Malah kalau dipikir tetep banyak senangnya kok makanya aku tetep betah."

Dan begitu saja, obrolan mereka mengalir dengan mudah. Claudia bertanya tentang kegiatannya hari ini dan hal lain seperti hobi, makanan favorit, film favorit dan hal-hal yang terasa ringan tapi Jaemin rasa itu pertanda yang baik. Obrolan mereka berlangsung cukup seru. Bahkan tidak jarang sesekali diselingi tawa.

Jaemin rasa, sejak hari itu mereka jadi semakin dekat. Hingga pada titik dimana Claudia sering mengunjungi apartemennya.

"Wah ternyata kamu gak bohong ya. Hasil fotonya juga bagus semua!"

Wildest DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang