Finish

1.3K 78 7
                                    

"Jadi kapan kamu mau nikah sama Minjeong?"

Jaemin nyaris tersedak saat mendengar pertanyaan Mama. Dia tidak jadi memakan kue kering itu dan meletakkannya kembali ke dalam toples. Kini beralih memandang Mama penuh tanya.

Jika menilik apa yang terjadi dulu dan hal-hal yang pernah sang ibu lakukan pada Minjeong, Jaemin tidak pernah menduga kalau pertanyaan itu akan dia dengar pada akhirnya. Dulu, terasa mustahil sekali kedua orang tuanya akan setuju dengan hubungannya dan Minjeong. Namun tampaknya sekarang semua telah berubah.

Hubungan kedua orang tuanya dan Minjeong sudah sangat membaik. Bahkan Mama dan Minjeong sudah begitu akrab dan terlihat tidak canggung lagi setiap mengobrol. Terlihat begitu leluasa tanpa ada kendala. Mama bahkan sering berkunjung ke apartemen ketika dia bekerja.

Pun begitu dengan orang tua Minjeong. Mereka pernah berinteraksi beberapa kali. Dari yang Jaemin dengar, kedua orang tua Minjeong memang memutuskan menetap di sini untuk sementara. Tidak bisa sepenuhnya karena ayah tiri Minjeong punya bisnis di sana. Sesekali beliau akan pulang ke Amerika.

Sungchan sendiri masih tinggal di sini dan mengajar di sekolah. Namun Jaemin merasa lelaki itu seperti menghindarinya. Jarang sekali Sungchan berkunjung saat ada dirinya di apartemen. Pun walaupun saat ada dirinya, interaksi mereka seperti terbatas. Bukan hanya pada dirinya sebenarnya, pada Minjeong juga begitu. Sungchan hanya akan sibuk bersama Haera.

Jaemin tidak akan protes. Dia pikir itu cara Sungchan untuk memulihkan rasa sakit hatinya. Makanya saat ada Sungchan, sebisa mungkin dia juga tidak terlalu attached pada Minjeong. Jaemin mau menjaga perasaan lelaki itu. Setidaknya, mungkin itu bisa sedikit membantu. Memperlihatkan kedekatannya dengan Minjeong sama saja seperti menambah rasa sakit hati lelaki itu. Meski Jaemin ingat jelas mereka sudah sepakat untuk menjalani hubungan yang baik. Tapi kan perasaan itu tidak bisa diabaikan begitu saja. Dia mencoba paham bahwa untuk menyembuhkan sakit hati, tidak akan cukup waktu sehari.

"Malah bengong! Jawab pertanyaan, Mama." Tepukan pelan bisa Jaemin rasakan di pundaknya. Dia menggeleng pelan sebagai tanggapan. "Gak tau, Ma."

"Kok gak tau?"

"Aku belum ngobrol lagi sama Minjeong."

"Yaudah obrolin. Biar status kalian jelas. Nanti anakmu makin besar malah bingung sama status ayah ibunya." Jaemin hanya mengangguk pertanda paham.

Kurang dari dua bulan lagi  Haera akan berulang tahun yang pertama. Jaemin merasa waktu cepat sekali berlalu. Tahu-tahu saja putri kecilnya itu sudah mau satu tahun saja. Rasanya seperti mimpi.

Perihal hubungannya dengan Minjeong, Jaemin memang belum membicarakan kelanjutannya lagi. Selama beberapa bulan ini mereka memang tinggal bersama dan saling bahu membahu membesarkan Haera. Seperti kesekapakan mereka tempo hari.

Jaemin tidak berani lagi mempertanyakan tentang hubungan mereka. Diberi kesempatan untuk membesarkan Haera bersama saja, Jaemin sudah sangat berterima kasih. Apalagi selama itu Minjeong juga ada di dekatnya.

Tentang status di antara mereka, Jaemin mencoba tidak terlalu mempermasalahkan. Namun mendengar perkataan Mama barusan, Jaemin rasa itu ada benarnya. Rasanya bingung juga nanti jika ada yang bertanya mengapa mereka tinggal bersama jika tidak punya status apapun.

Mungkin Jaemin harus mulai memberanikan diri lagi untuk membicarakan hal tersebut bersama Minjeong.

*

"Kamu bikin kimchi?"

"Nggak, Mama yang ngasih tadi," jawab Minjeong sambil tetap fokus menyuapi Haera. Jaemin sendiri baru pulang dari rumah sakit beberapa menit lalu. Katanya lapar dan Minjeong langsung menyuruh lelaki itu makan yang ada saja dulu. Dia belum sempat masak makan malam.

Wildest DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang