10. One Fine Day

713 74 0
                                    

Jaemin berusaha tetap tersenyum saat Claudia menyuapinya dengan tiba-tiba. Dalam hati sebenarnya merasa jengkel luar biasa dan ingin pergi dari sini sekarang juga. Tapi mana bisa dia melakukan itu.

Malam ini keluarga mereka kembali mengadakan makan malam bersama. Jaemin ingin menolak sebenarnya namun Papa langsung memberondongnya dengan banyak pertanyaan. Wajar, di depan mereka semua hubungan dirinya dan Claudia masih terlihat baik-baik saja. Jaemin malas menanggapi itu dan berakhir mengakhir mengalah.

Hal yang tidak dia duga adalah sikap Claudia. Pikirnya Claudia akan merasa segan, canggung, atau apapun lah mengingat pertemuan mereka beberapa waktu lalu. Tidak tahunya perempuan itu malah bersikap begitu manis padanya. Menunjukkan afeksi secara terang-terangan. Membuat kedua orang tua mereka sesekali ikut menggodanya. Hal yang membuat Jaemin merasa jengah.

"Kapan kalian berencana akan menikah?"

Tapi sepertinya itu belum seberapa sebab tiba-tiba saja Papa menanyakan hal yang lebih jauh lagi. Dulu, bisa saja Jaemin memaparkan rencana A B C tentang kehidupannya bersama Claudia ke depan, tapi sekarang tidak lagi. Jaemin sudah tidak pernah memikirkannya. Dia tidak lagi mau menghabiskan waktu bersama Claudia.

"Mungkin dalam beberapa bulan lagi. Aku dan Jaemin sedang mendiskusikan itu. Kami akan memberitahukannya nanti."

Jaemin langsung melirik Claudia setelah mendengar jawaban ringan yang perempuan itu lontarkan. Dia menatap Claudia dengan kekesalan yang coba ditahan. Namun perempuan itu malah menatapnya dengan senyum lebar. Bahkan dengan berani langsung merangkul tangannya.

Demi Tuhan, Jaemin ingin marah sekarang. Namun kedua orang tua mereka langsung terlihat sumringah setelah mendengar jawaban itu. Langsung sibuk membicarakan berbagai kegiatan persiapan nikahan yang harus dilakukan untuk nanti.

Jaemin banyak mengeluarkan umpatan dalam hati bagi Claudia yang sekarang tersenyum seperti tanpa dosa. Dia masih menahan diri dan tahu tata krama untuk tidak membeberkan kelakuan Claudia di sini sekarang. Rasanya tidak benar juga langsung menginterupsi pembicaraan para orang tua yang sangat antusias. Sungguh situasi yang membuat Jaemin dilema.

Satu yang pasti adalah diam-diam dia melirik Claudia dengan tajam. Menyampaikan dengan tatapan mata agar mereka pamit pulang sekarang juga. Beruntung Claudia mengerti dan mereka pun langsung pamit pergi duluan.

"Haduh, maunya pacaran terus. Ya udah sana, jangan pulang kemaleman."

Jaemin hanya tersenyum miring mendengar ucapan Bibi Charla. Siapa juga yang mau berpacaran dengan orang tidak jelas begini. Tapi lagi-lagi, mana mungkin Jaemin mengatakan itu. Hanya memendamnya dalam hati saja.

Jaemin langsung menyeret tangan Claudia dengan kasar saat mereka telah keluar ruangan dan berjalan di lorong. Dia tidak peduli walau mendengar Claudia yang meringis meminta untuk dilepaskan.

"Jaemin, sakit!"

"Diam." Pandangannya menatap Claudia dengan tajam membuat perempuan itu diam dan tidak lagi memberontak. Jaemin mendapati secercah ketakutan di sana namun tetap tidak peduli. Lanjut menyeret Claudia sampai mereka sampai di basement. Tepat di samping mobilnya yang terparkir dan dia langsung menghempaskan cengkramannya dengan kasar membuat Claudia sedikit terhuyung.

"Siapa yang bilang kalau kita bakal nikah hm?" Jaemin menyudutkan Claudia pada sisi samping mobilnya. Tangan perempuan itu refleks menahan bahunya agar jarak mereka tidak terlalu dekat.

"Jaemin—"

"Siapa yang bilang aku mau nikah sama kamu, sayang?" Jemari Jaemin menelusuri wajah Claudia dengan lembut. Kontras dengan itu dan nada suaranya yang lembut, tatapannya memandang dengan tajam.

Wildest DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang