25. Awal yang Baru

985 76 5
                                    

"Kenapa sih tiba-tiba meluk gini?!"

Jaemin tidak mempedulikan itu dan memeluk Minjeong semakin erat. Dia membalik tubuh perempuan itu kemudian menggendongnya menuju ruang tengah membuat Minjeong refleks memekik. Namun Jaemin tetap tidak peduli dan kini mendudukkan dirinya di sofa dengan Minjeong yang berada di atas pangkuannya.

"Kenapa sih?"

Tidak menjawab, Jaemin memilih memeluk Minjeong kembali. Pelukannya lebih erat daripada di dapur tadi. Nampaknya Minjeong tidak lagi protes sekarang karena Jaemin tidak mendengar suara apapun.

Aku cemburu.

Jaemin mau menjawab itu tapi dia menahannya. Tempo hari, dia melihat Minjeong dan Sungchan yang berpelukan begitu erat di taman rumah sakit. Rasanya gerah sekali melihat semua itu tapi Jaemin tidak bisa melakukan apa-apa. Lagipula rasa cemburunya seperti tidak etis.

Sungchan masih dalam proses pemulihan sebab fungsi tubuhnya masih belum normal. Dukungan dari orang-orang terdekat jelas sangat lelaki itu butuhkan. Apalagi Sungchan harus melalui banyak pemeriksaan dan sesi terapi. Memeluk Minjeong mungkin bisa menjadi semangat bagi lelaki itu menjalani rangkaian terapinya.

Makanya Jaemin merasa konyol saja jika dia terang-terangan mengatakan hal itu. Ditambah lagi, seharusnya dia memang tidak perlu khawatir. Mungkin ini terdengar sangat jahat tapi kenyataan bahwa Sungchan dan Minjeong adalah kakak-adik terasa melegakan bagi Jaemin. Artinya mereka berdua tidak akan bisa bersatu kan?

Iya, silahkan sebut saja Jaemin jahat. Dia tidak akan menyangkalnya. Tapi mau bagaimana lagi, dia memang sangat mengharapkan agar bisa terus bersama Minjeong nantinya. Bukan hanya karena sudah ada Haera di antara mereka berdua, tapi karena Jaemin memang menginginkannya. Jaemin mau berakhir bersama Minjeong.

"Minjeong."

"Apa?" Minjeong menjawab pelan. Mereka saling menumpukan kepala di bahu masing-masing sekarang.

"Kamu mau nikah sama aku gak?"

"Gak."

"Serius?!" Jaemin langsung melotot mendengar jawaban singkat Minjeong yang bahkan seperti tidak dipikirkan dulu. Jantungnya langsung berdetak kencang karena itu. Takut kalau Minjeong memang serius dengan ucapannya.

Dia sedikit mengernyit saat mendengar Minjeong tertawa pelan. "Jaemin, Sungchan bilang dia cinta sama aku." Jaemin langsung terdiam mengetahui informasi tersebut. Bukan hal yang mengejutkan sebenarnya. Sejak awal juga dia sudah tahu itu.

"Dia minta kesempatan sama aku. Awalnya aku gak mau, but he is so kind, Jaemin. Gak, rasanya dia terlalu baik sama aku." Suara Minjeong terdengar bergetar ketika mengatakan itu. "Bahkan ketika perasaannya aku tolak, dia gak marah sama sekali. Dia tetap baik sama aku." Minjeong terisak pelan saat menceritakan hubungannya dengan Sungchan.

Jaemin merasa sangat jahat karena merasa senang dengan kenyataan bahwa Sungchan dan Minjeong tidak akan pernah bersatu. Padahal ditilik bagaimanapun, sepertinya Sungchan menjaga Minjeong lebih baik dari dirinya. Meski Jaemin tidak pernah berniat menyakiti Minjeong secara sengaja, setidaknya Sungchan bahkan tidak pernah melakukan itu sama sekali.

Tidak hanya pada Minjeong, lelaki itu juga sangat perhatian pada anaknya. Minjeong bilang Sungchan tidak pernah absen menemaninya setiap pemeriksaan kandungan, memenuhi keinginannya saat mengidam, memberikan semua kebutuhan Minjeong dan kandungannya.

Dibandingkan dengan dirinya, Sungchan ternyata memang sebaik itu. Jauh sekali dengan dirinya yang bahkan tidak bisa tegas sejak awal. Dia bahkan memulai hubungannya dengan Minjeong pada sebuah status yang begitu ambigu.

Lalu dengan segala kelakuan brengseknya, dia tetap mau mendapatkan Minjeong. Dia tetap mau Minjeong berada di sisinya. Ketika sebenarnya ada lelaki lain yang lebih layak untuk itu.

Wildest DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang