22. Asing

555 80 19
                                    

Jaemin tersenyum tipis saat melihat bayi mungil di depannya itu menggeliat pelan berulang dengan mata yang masih tertutup. Tidak lama kembali tertidur dengan tenang seolah tidak terganggu dengan hal-hal yang ada di sekelilingnya.

Kemarin malam, putri kecilnya ini resmi terlahir ke dunia. Jangan tanya bagaimana perasaan Jaemin. Dia tidak bisa mendeskripsikan itu dengan jelas. Rasa bahagia, haru, sedih semuanya bercampur menjadi.

Iya, sedih. Tapi bukan sedih karena kehadiran anaknya yang sudah lama dia nantikan. Tapi sedih karena mengingat kondisi Minjeong sekarang. Semalam, Minjeong harus melakukan persalinan dengan cara operasi sesar sebab tidak sadarkan diri akibat pendarahan.

Sepertinya Minjeong memang mengalami shock berat sampai akhirnya mengalami pendarahan. Hal yang membuat Jaemin sedih adalah sampai sekarang Minjeong belum sadarkan diri. Padahal dokter bilang kondisinya sudah stabil. Tidak ada permasalahan yang serius. Namun entah mengapa Minjeong tidak kunjung bangun.

Begitu juga dengan Sungchan. Kabar yang Jaemin dengar dari Renjun pagi tadi, lelaki itu dalam keadaan koma sekarang. Semakin membuat Jaemin sedih karena baik Minjeong atau Sungchan sama-sama tidak sadarkan diri. Sedih rasanya menyaksikan dua orang yang yang dia kenal terluka secara bersamaan begitu. Meski tidak mengenal Sungchan dengan dekat, Jaemin tahu lelaki itu adalah orang yang baik apalagi pada Minjeong.

"Jaem, gue mau ngobrol sama lo."

Lamunan Jaemin buyar saat mendengar suara Renjun di sampingnya. Dia mengangguk pelan kemudian beralih menatap putri kecilnya itu untuk berpamitan. Jaemin tahu sih bayi itu tidak akan membalas, toh dia sedang tidur juga. Tapi Jaemin mau saja melakukan itu. Tidak ada salahnya juga kan.

"Jaem, kecelakaan ini emang disengaja." Jaemin memandang Renjun dengan tatapan bertanya. Dia memang sudah menduga ini tapi tetap saja kaget karena ternyata hal itu memang nyata. "Pelakunya mantan tunangan lo."

"Orang gila!" Jaemin refleks mengumpat setelah mengetahui bahwa Claudia adalah pelakunya. Tidak menyangka perempuan itu akan bertindak sejauh ini.

"Kayaknya dia mau nabrak Minjeong awalnya. Tapi kebetulan ada Sungchan di situ. Kayaknya mereka janjian ketemu. Menurut saksi juga begitu soalnya ada yang liat Minjeong lagi nyebrang dan Sungchan lagi nunggu di seberang jalan."

Jaemin memejamkan matanya mendengar seluruh penjelasan Renjun. Dalam hati mengeluarkan banyak sumpah serapah bagi Claudia. Masih tidak habis pikir Claudia bisa segila ini. Juga merasa marah karena tahu awalnya Claudia menargetkan Minjeong. Walau Jaemin juga tidak terima malah Sungchan yang terluka sekarang. Intinya Jaemin sangat marah dengan kelakuan perempuan itu.

"Sekarang dia dimana? Udah ditangkep?"

"Kabur."

"Brengsek!"

Jaemin semakin naik pitam mendengar jawaban Renjun yang mengatakan Claudia telah melarikan diri. Bahkan apartemennya juga kosong. Pun di rumah orang tuanya juga tidak ada.

"Kayaknya orang tuanya juga gak tau apa-apa. Keliatan banget shock pas kita temuin. Mereka juga kooperatif kok mau ngasih tau semua informasi yang kita butuhin."

Jaemin menghela napas kasar setelahnya. Sudah dia duga, orang tua Claudia memang orang yang baik. Anaknya saja yang tidak tahu diri.

"Bantu gue, Jun. Temuin dia gimanapun caranya." Tangannya terkepal dengan erat. Bagaimanapun caranya, Claudia harus ditemukan. Jaemin tidak rela kalau perempuan itu masih berkeliaran dengan bebas setelah melukai Minjeong dan Sungchan begini. Setidaknya Claudia harus mendapatkan balasan yang setimpal.

"Pasti." Renjun menjawab dengan yakin. "Tapi lo mau gue serahin dia ke polisi atau gimana?" Jaemin menatap Renjun yang kini mengeluarkan seringai miring. Dia paham maksudnya.

Wildest DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang