"Berantakan banget ini apartemen kamu astaga!"
"Nanti aku beresin," jawab Jaemin cuek sambil merebahkan diri di atas sofa. Sementara sang ibu hanya mampu menggelengkan kepalanya tidak habis pikir. Jaemin ini kadang kalau sedang sadar bisa begitu rajin dan rapi tapi jika sudah kambuh begini seperti tidak peduli dengan apapun.
"Mandi! Jangan tidur kamu!"
Jaemin mengerang saat Mama memintanya untuk bangun. Demi Tuhan, dia baru pulang dari rumah sakit sejak dua hari lalu. Dia hanya ingin tidur sejenak. Persetan lah dengan mandi. Toh dia tidak akan pergi kemana-mana.
"Papa ngajakin makan siang ayo cepet!"
"Ngantuk, Ma!" Jaemin malah mengambil bantal sofa dan mengubur wajahnya di sana. Tidak mempedulikan Mama yang mulai terlihat kesal.
"30 menit lagi harus bangun." Tidak ada jawaban karena Jaemin telah tenggelam dalam alam mimpi.
Keadaan apartemen berubah hening. Hanya terlihat Mama yang kini berbaik hati membereskan apartemen sang putra tunggal. Jika tidak begini tidak tahu kapan akan Jaemin bereskan.
Jaemin sendiri sepertinya tertidur begitu lelap sampai rasanya dia begitu kesal mendapati Mama kembali membangunkannya. Yang benar saja, 30 menit itu sedikit sekali.
"Nanti abis pulang kamu tidur lagi aja." Jaemin hanya memutar bola mata malas mendengar itu. Dia kan maunya tidur sekarang bukan nanti. Untungnya juga dia tidak harus menyetir jadi bisa curi-curi tidur sepanjang jalan.
Sebenarnya heran juga Papa mengajak makan siang bersama. Biasanya mengajaknya saat makan malam dan lebih senang di rumah. Tapi Jaemin terlalu lelah kalau harus menebak-nebak hingga dia tidak menaruh kecurigaan apapun. Pikirnya ini hanya akan menjadi makan siang biasa saja.
Pemikiran yang meleset. Sebab Jaemin langsung mengernyit heran saat ada dua orang lain di sana selain kedua orang tuanya. Seseorang yang begitu asing karena tidak pernah dia lihat sebelumnya. Jaemin tidak tahu siapa tapi perempuan yang seumuran Mama itu sepertinya merupakan warga negara asing. Dan seorang lelaki di sampingnya mungkin adalah suaminya.
"Ini Paman Kim dan istrinya, Bibi Charla."
Dugaannya tidak salah saat Papa memperkenalkan dua orang itu pada akhirnya. Mungkin karena selelah itu, Jaemin hanya mengiyakan dan balas memperkenalkan diri dengan singkat.
Tidak ada yang aneh setelahnya. Mereka memesan makanan dan mulai makan seperti biasa. Sesekali diiringi obrolan antara para orang tua itu. Isinya lebih banyak seputar bisnis membuat Jaemin malas untuk ikut terlibat. Dia kurang paham juga dengan hal-hal seperti itu.
Dari yang Jaemin curi dengar adiknya Bibi Charla yang tinggal di Perancis juga seorang dokter. Katanya Bibi Charla juga pernah berkuliah kedokteran tapi hanya dua tahun dan tidak dilanjutkan. Kalau Paman Kim sendiri merupakan salah satu petinggi di perusahaan farmasi.
Oh, sangat wajar kalau akrab dengan kedua orang tuanya. Papa adalah direktur di rumah sakit pusat ibu kota—sekaligus rumah sakit tempatnya bekerja dan Mama adalah seorang dokter—walau sudah pensiun sejak tahun lalu. Ya, singkatnya keluarga besarnya memang banyak berkecimpung di dunia kesehatan.
"Iya, tadinya Claudia bisa ikut hari ini tapi tiba-tiba ada pekerjaan. Mungkin bisa di minggu depan saja kita jadwalkan kembali."
Jaemin mengernyit saat mendengar sebuah nama asing yang tiba-tiba terucap. Itu artinya ada orang lain yang harusnya ikut makan siang hari ini kah?
"Jaemin." Pandangannya langsung menatap Papa saat mendengar namanya dipanggil.
"Papa tidak ingin berbasa-basi. Sebenarnya niat Papa mengajak kamu ke sini adalah untuk memperkenalkan kamu dengan seseorang." Jaemin sedikit menahan napas saat mendengar itu. Otaknya mulai dipenuhi dengan berbagai kemungkinan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Wildest Dream
FanfictionBagi Kim Minjeong, mengharapkan bersanding bersama Na Jaemin itu bagaikan mimpi paling liar yang pernah dia pikirkan. *** Start: 7 Oktober 2023 End: 6 November 2023 ***