23. Mimpi

559 82 14
                                    

"Lo apain sampe dia mau ngaku?"

Jaemin melemparkan kaleng soda pada Jeno dan Renjun yang duduk bersebelahan di sofa. Kedua lelaki itu dengan sigap langsung menangkapnya. Suara desisan pelan terdengar saat kaleng soda itu dibuka.

"Bukan gue. Kerjaan dia noh!" Jeno menunjuk Renjun kemudian menenggak sodanya. Sementara Renjun hanya mengedikkan bahu seperti tidak peduli. Jaemin berdecak pelan melihatnya.

"Lo gak takut dituntut karena penganiayaan?"

Bukan tanpa sebab Jaemin mempertanyakan itu. Sekarang Claudia sedang dirawat di rumah sakit karena mengalami banyak luka di tubuhnya. Entah apa saja yang Renjun lakukan tapi mengingat tabiat lelaki itu dulu sih Jaemin tidak heran. Dia jadi ingat saat dulu Renjun berkali-kali memintanya datang ke mansion hanya untuk mengobati luka-luka di tubuh Yizhuo. Pada orang yang dicintainya saja Renjun bisa tega apalagi pada Claudia. Jaemin jadi ngeri sendiri membayangkan itu.

Meski sebenarnya Jaemin juga tidak begitu peduli dengan keadaan perempuan itu. Dia takut saja Renjun dan Jeno tiba-tiba diciduk. Walau mustahil juga sebenarnya. Dengan segala kuasa yang Renjun punya, sepertinya itu tidak akan pernah terjadi.

Masalahnya Jaemin kasihan saja dengan orang tua Claudia. Sebagai orang tua pastilah mereka sedih melihat anaknya terluka begitu. Walau jika ditilik lagi itu adalah resiko atas perbuatan Claudia sendiri. Suruh siapa melukai orang lain lebih dulu. Jadi sekarang rasakan saja akibatnya.

"Gak tuh. Silahkan aja kalau ada yang berani nuntut gue," jawab Renjun dengan ringan membuat Jaemin mendengus pelan. Ucapan yang terdengar sombong walau benar adanya. Namun begitulah enaknya hidup kalau punya keluarga yang berkuasa.

"Tapi dia tuh kok bego banget ya?" Jeno tiba-tiba saja bersuara. "I mean okay lah dia emang mau nabrak Minjeong tapi kenapa seterang-terangan itu? Masih sore, jalanan lumayan rame, pake mobil sendiri. Sengaja banget mengumpankan diri."

Renjun malah tertawa mendengar itu. "Kata gue sih dia udah buta karena cinta. Sekarang jadi gangguan jiwa."

Lagipula seperti kata Jeno, mana ada orang waras yang begitu. Sudah melakukan kejahatan, malah terang-terangan pula. Entah tidak dipikirkan dengan matang atau memang bodoh saja.

"Emang udah gila. Kayaknya gue ketipu sama dia selama ini. Gue kira dia waras," ujar Jaemin dengan masam. Kalau mengingat bagaimana awal hubungannya dengan Claudia dan sekarang, Jaemin jadi ingin tertawa. Sungguh perbedaan yang sangat drastis.

Renjun dan Jeno hanya tertawa saja sebagai tanggapan. Malang sekali Jaemin harus bertemu dengan seseorang seperti Claudia. Walau Jeno juga sempat tertipu sih. Dari tampilannya, Claudia itu terlihat seperti perempuan berkelas dan berwawasan tinggi. Tapi hati orang tidak ada yang bisa menerka.

"Gue mau balik dulu. Dah ditelpon ibu negara," ujar Jeno saat mendapati sebuah pesan dari sang istri yang memintanya pulang. Jaemin hanya mengangguk dan tidak lama Jeno langsung berlalu pergi. Sementara Renjun malah merebahkan dirinya di sofa sekarang.

"Jangan tidur dodol! Lo harus jemput Ayla bentar lagi." Jaemin mengingatkan takutnya Renjun kebablasan tidur. Walau paling nanti diamuk oleh Yizhuo. Omong-omong, Yizhuo memang ada di sini juga. Sedang berada di kamar bersama Minjeong.

Sejak dua minggu lalu, Jaemin memang mengajak Minjeong pulang ke apartemennya. Awalnya Minjeong menolak namun Jaemin terus memaksa. Dia tidak mau Minjeong tinggal sendirian. Lebih baik di sini bersamanya. Setidaknya Jaemin juga bisa ikut merawat bayi mereka.

Jaemin mendengus pelan melihat Renjun yang malah sungguhan memejamkan mata. Biarkan saja lah nanti Yizhuo yang membangunkannya. Jaemin memilih membereskan kaleng soda mereka yang telah kosong dan membuangnya ke tempat sampah.

Wildest DreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang