"Lo sakit?"
Jaemin langsung menghindar saat tangan Ryujin terlihat akan bergerak menyentuh dahinya. Dia bahkan langsung menggeser posisi duduknya agar mereka tidak terlalu dekat. Terus begitu sampai dia duduk di bagian bangku paling ujung. Ryujin yang melihat itu langsung mendelik.
"Lo jadi alergi sama manusia atau gimana?" Ryujin menggerutu beberapa saat kemudian lanjut melahap makan siangnya tanpa mempedulikan Jaemin lagi. Sementara Jaemin sendiri tidak memberikan respon apapun. Hanya diam dan memakan makan siangnya dengan tenang.
Entah bisa disebut makan siang atau bukan sebab dia hanya memakan sepotong sandwich. Padahal terakhir kali dirinya makan adalah kemarin siang. Tapi Jaemin seolah tidak mempermasalahkan itu. Dia memang tidak punya nafsu makan belakangan ini. Bersyukur saja dia masih sehat walau jadwal makannya sangat tidak teratur.
Selesai dengan itu, dia langsung melangkah menuju ruangannya. Hari ini masih ada beberapa pasien yang harus dia periksa. Walau sejatinya Jaemin tidak punya semangat melakukan itu. Tidak. Dia tidak punya semangat melakukan apapun.
Hari-hari yang dia jalani sekarang terasa begitu panjang. Semuanya tidak lagi menarik untuk dia jalani. Padahal Jaemin ingat menjadi seorang dokter adalah cita-citanya sejak kecil dan dia selalu menjalani pekerjaannya dengan hati yang ringan. Seberat apapun itu Jaemin akan tetap menjalaninya dengan sepenuh hati. Tapi sekarang tidak lagi.
Semenjak pertemuan terakhirnya dengan Minjeong, Jaemin merasa hilang arah. Dia tidak tahu lagi kemana harus melangkah. Hidupnya berubah menjadi abu-abu. Mendadak semuanya terasa begitu suram. Jaemin tidak sadar bagaimana hari-harinya berjalan.
He lost count. Jaemin tidak tahu sudah berapa lama dirinya tidak bertemu dengan Minjeong. Jaemin tidak tahu sekarang sudah tanggal berapa. Jaemin tidak tahu sekarang hari apa. Tidak tahu. Dia seperti tidak ingat apapun.
Namun ada satu rutinitas baru yang akan Jaemin lakukan setiap malam. Menatap sebuah foto. Sebuah foto yang berisikan momen saat dirinya dan Minjeong berfoto bersama dalam sebuah photobooth. Jika diingat sekarang, Jaemin baru sadar kalau kemungkinan besar waktu itu Minjeong sudah mengandung. Namun tidak ada satupun dari mereka yang tahu tentang itu.
Foto itu selalu tidak pernah gagal membuatnya menangis. Jaemin selalu berakhir harus menahan dirinya sekuat tenaga sebab dia seingin itu untuk menemui Minjeong kembali. Tapi sayang sekali hal itu tidak bisa dia lakukan. Dia tidak mau lagi membuat dan melihat Minjeong menangis.
Tangannya mengusap foto itu dengan raut sendu. Air matanya menetes tanpa bisa dikendalikan. Jaemin memaki dirinya sendiri yang berubah menjadi sosok brengsek bagai tidak punya hati. Seharusnya sejak awal dia sadar untuk tidak melibatkan Minjeong dalam semua kerumitan itu. Dalam hati kembali mengucap maaf pada perempuan itu. Juga, pada calon bayi mereka yang harus punya ayah seperti dirinya. Jaemin meminta maaf sebab seingin apapun dia bertanggung jawab untuk mereka berdua, dia tidak sanggup jika harus kembali memaksa.
Maka begitu saja, sama seperti malam-malam sebelumnya, dia terlelap memakai sebuah sweater yang pernah Minjeong berikan untuknya. Juga kedua tangan yang mendekap foto mereka berdua dengan erat.
*
Sungchan mengetuk pintu di depannya sebanyak tiga kali dan menunggu sang pemilik untuk membukanya. Tangan kirinya terlihat menenteng sebuah plastik besar berisi banyak makanan.
"Sungchan! Ayo masuk." Dia tersenyum senang saat Minjeong membukakan pintu dan mempersilahkannya masuk. "Kamu gak bilang mau ke sini." Minjeong berujar ketika mereka sudah duduk di sofa ruang tengah.
"Kejutan!" Sungchan mengangkat plastik besar yang dia bawa. "Aku bawa makanan kesukaan kamu. Taraaa!" Tangannya bergerak meletakkan plastik itu di atas meja dan mulai mengeluarkan isinya satu per satu. Makanan utamanya tentu saja adalah ayam goreng.
KAMU SEDANG MEMBACA
Wildest Dream
FanfictionBagi Kim Minjeong, mengharapkan bersanding bersama Na Jaemin itu bagaikan mimpi paling liar yang pernah dia pikirkan. *** Start: 7 Oktober 2023 End: 6 November 2023 ***