Angin kencang yang bertiup malam ini tidak membuat seorang gadis beranjak dari tempatnya berdiri. Sudah sejak sore sebelum matahari tenggelam, gadis itu berjalan kaki mengelilingi Hyde Park lalu berakhir di danau Serpentine. Cukup lama gadis itu berdiri di sana memandangi danau yang luas. Dia terdiam dengan pikirannya sendiri hingga tidak menyadari bahwa matahari telah tenggelam dan siang telah berganti malam.
Gadis manis berambut sebahu itu tidak mempedulikan angin awal musim gugur yang bisa saja membuatnya sakit, mengingat dia hanya memakai pakaian yang tipis.
Tapi dia memang sudah berhenti peduli dengan dirinya sejak empat tahun yang lalu.Usianya baru enam belas tahun saat dia kehilangan segalanya, kedua orang tuanya, semangat hidupnya dan juga sifat riangnya. Enam belas tahun masih terlalu muda untuknya mulai merasakan kehidupan yang suram.
Sebenarnya kehidupannya tidak bisa dikatakan suram. Malah sekarang dia memiliki kehidupan yang jauh lebih baik ketimbang saat kedua orang tuanya masih hidup. Namun siapa yang suka kehilangan orang tua.
Dia lahir dari keluarga kalangan menengah ke bawah, ayahnya bekerja sebagai karyawan bank sementara ibunya bekerja sebagai pelayan di toko bunga, membuatnya hanya bisa masuk sekolah biasa yang murah. Dia masih bisa menjalani kehidupan sebagai remaja normal namun tidak bisa berfoya-foya seperti kebanyakan remaja anak orang kaya. Dan semenjak kecelakaan yang merenggut nyawa kedua orang tuanya dia ditampung oleh keluarga kaya raya.
Dia tidak pernah kekurangan materi. Jatah uang saku untuknya bisa dia gunakan untuk membeli apapun yang dia inginkan, bahkan saat ini dia masuk Durham University, salah satu Universitas bergengsi di UK.
Namun semua itu tidak berarti apa-apa untuk gadis bernama Becky Anastasia Carter.
Dia tidak menginginkan kemewahan ini, dia ingin orang tuanya kembali."Aku mencarimu ke mana-mana."
Becky tidak bergeming ketika seseorang memakaikan blazer ke tubuhnya. Dia bisa menghirup aroma parfum mewah di sana menusuk hidungnya. Aroma khas yang selalu dipakai oleh pemilik blazer, Freen Rainy Evan, anak dari keluarga kaya yang menampungnya.
"Ayo pulang, kamu bisa masuk angin jika terlalu lama di sini."
Dengan pandangan kosong Becky membiarkan tubuhnya dibimbing oleh Freen menuju Rubicon putih kesayangannya.
"Kamu sudah makan?" tanya Freen dengan lembut.
"Aku tidak lapar."
Tak ingin bertanya terlalu banyak, Freen memilih segera memasangkan seatbelt ke tubuh Becky kemudian miliknya sendiri lantas segera menjalankan mobilnya untuk pulang.
Sesampainya di rumah, Freen tidak pernah membiarkan Becky tidur dengan melewati makan malamnya.
Tidak akan pernah.
Ini sudah tahun ke empat, dia seperti memiliki bayi yang harus selalu dia perhatikan setiap saatnya termasuk hanya untuk urusan makan.
Dia sangat lelah namun dia akan merasa berdosa sepanjang malam jika tidak berhasil membujuk gadis pemurung itu untuk makan.
Entah akan sampai kapan Becky bersikap seperti itu tapi Freen telah berjanji kepada dirinya sendiri bahwa dia akan mengurus gadis kecil itu sampai akhir hayatnya.
"Duduklah dulu, aku sudah membeli makanan untukmu," ucap Freen.
"Berhentilah bersikap seperti ini kepadaku," ucap Becky.
Freen menghela nafas. Dia ingin membantah tapi mulutnya terkunci. Mereka sudah sering berdebat tentang ini dan tidak ada yang bisa dirubah. Freen tidak ingin mengubah apapun.
Wanita dewasa itu lantas menarik pinggang Becky lalu mendudukkannya di kursi.
"Kamu anak magang, kamu harus menjaga kesehatanmu agar bisa bekerja dengan maksimal. Tunggu sebentar aku akan menyiapkannya untukmu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Rewrite the stars
Fanfictiongosah ada deskripsi ya, Mari ngeteh kalo pengen di spill 😁😁, cuma kalo yg ini gaakan ada moment kocak kayak dibuku sebelumnya. karakter Sapalocha disini beda dari karakter2 yg sebelumnya, begitu juga Nong Bell. Disini dia berubah jadi gadis tanggu...