End

3K 262 73
                                    

Becky membuka matanya ketika merasakan nafas yang mengenai lehernya. Senyumnya mengembang sempurna ketika mengingat apa yang telah dia dan Freen lakukan semalam.

Becky tidak pernah menyangka bercinta dengan orang yang kamu inginkan untuk melakukannya akan terasa luar biasa. Jangan bertanya seperti apa rasanya. Becky kesulitan mendeskripsikanya dalam bentuk kata-kata tapi yang jelas membuat perasaannya pagi ini jauh lebih baik.

Menyingkirkan lengan Freen yang ada di perutnya. Becky turun dari kasur untuk membersihkan diri. Tapi sebelum itu, dia memberikan kecupan kecil di dahi Freen yang masih tampak pulas.
Dia memperbaiki selimut untuk menutupi tubuh telanjang Freen agar tidak merusak matanya.

Becky kembali tersenyum, perutnya seperti diaduk-aduk dari dalam, seperti dia mengurung ribuan kupu-kupu disana.

Meraih pakaiannya, dia langsung masuk ke bilik shower sempit untuk segera mandi.
Tidak membutuhkan waktu lama, Becky keluar dengan rambut basahnya.

Dia melihat Freen sudah duduk dengan wajah serius di depan laptopnya.
Becky menghampiri Freen karena sepertinya ada yang tidak beres terlihat dari raut muka Freen yang seperti sedang bingung.

"Ada apa, Freen?" tanya Becky.

Gadis itu mendongak sebentar kemudian kembali membuang mukanya ke layar laptop.

"Heng bilang mom sedang kritis. Emailnya sudah dikirim beberapa hari yang lalu tapi aku baru membukanya," jelas Freen.

"Kritis? Nyonya Evan sakit apa?"

Becky mencoba untuk tenang namun sebenernya hatinya gundah, dia takut Freen akan pulang lalu tiba-tiba ibunya memintanya untuk meninggalkannya namun dia juga tidak ingin egois, bagaimanapun Nyonya Evan adalah ibu dari kekasihnya ini.

Kekasih?

Becky meringis. Semalam mereka memang melakukannya tapi mereka belum memperjelas status mereka. Jadi bolehkah Becky menyebut Freen sebagai kekasihnya.

"Heng tidak menjelaskannya. Aku sudah membalasnya tapi belum terkirim. Internetnya sangat buruk."

Lamunan Becky terpecah mendengar penjelasan dari Freen.

"Kita harus keluar dari sini."

Freen menutup laptopnya kemudian melangkah ke kursi kemudi namun Becky menghalanginya.

"Sebaiknya pergi mandi dulu," ucapnya.

Freen terdiam sebentar kemudian mengangguk patuh.

"Aku akan menyiapkan sarapan."

Begitu Freen pergi mandi, Becky langsung menyiapkan sarapan paling simple. Dia hanya meletakkan roti dan selai di meja serta menghangatkan susu untuk Freen sementara untuknya, dia sudah cukup dengan air mineral.

"Sarapan dulu. Setidaknya jika perutmu terisi kamu bisa menyetir dengan tenang," ucap Becky ketika Freen langsung pergi ke kursi kemudi begitu keluar dari bilik shower.

Freen lagi-lagi menurut.

Hujan masih turun dengan deras, seharusnya pagi ini mereka bisa menikmati sarapan sambil mendengarkan bunyi hujan namun mereka makan tanpa suara. Freen bahkan terlihat tergesa-gesa. Dia hanya memakan selembar roti tanpa selai dan meneguk susunya dengan sekali tegukan setelah itu langsung bergegas ke kursi kemudi.

Becky meletakkan roti miliknya yang masih separuh di piring. Dia kehilangan nafsu makannya. Mood yang baik tadi pagi sudah tidak tersisa lagi.

Dia lantas membereskan sisa-sisa sarapan mereka lalu menyusul Freen.

Freen agak kesulitan melewati tanah yang berlumpur, ban mobilnya bahkan sempat slip.
Becky tidak berani membuka mulut meskipun dia tahu Freen tidak akan pernah berkata kasar kepadanya.
Dia hanya tidak tahu caranya menghibur Freen. Becky tahu Freen sedang sangat cemas. Bagaimanapun juga Rose adalah ibunya.
***

Rewrite the stars Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang