17

2.1K 240 61
                                    

Lima bulan kemudian...

From : HengAssavarid23@gmail.com
To : Simanis@gmail.com
Ibumu sakit keras, mungkin kamu ingin mengunjunginya. aku takut nanti kamu menyesal
<Send>

Dia menangkupkan kedua tangannya begitu pesan itu sudah terkirim. Ekpresinya tidak berubah namun bola matanya tidak lepas dari menatap layar di hadapannya.
***

    Hujan turun lumayan deras karena memang sudah memasuki musim penghujan. Saat ini kedua gadis itu sedang berada di tengah hutan yang tidak mereka ketahui lokasinya, tapi sepertinya masih berada di wilayah Greenland ujung. Koneksi internet yang buruk membuat Freen tidak bisa melihat GPS. Namun begitu, dia tidak pernah mengkhawatirkan apapun karena logistik masih sangat tercukupi. Freen selalu mampir untuk membeli stok bahan bakar dan makanan setiap Kali mereka menemukan swalayan. Dan beruntung mobilnya tidak hanya menggunakan bensin namun juga bisa menggunakan tenaga listrik yang dia dapat dari tenaga surya.

Ini adalah hari ketiga mereka berada di hutan itu, kondisi jalan yang licin dan slip serta hujan yang tidak pernah berhenti membuat Freen memutuskan untuk tinggal sementara waktu. Lagipula sepertinya hutan ini aman. Tidak terlalu lebat, juga tidak terlalu dalam, sehingga tidak perlu khawatir tentang hewan buas.

Kedua gadis itu duduk berdempetan menatap hujan dengan kaca yang terbuka. Meraka ingin menikmati aroma hujan yang menyegarkan.

Aroma hujan yang turun membasahi tanah di hutan ini jauh lebih segar ketimbang aroma hujan yang ada di perkotaan. Aroma di sana sudah tercampur dengan berbagai macam polusi jadi sudah tidak sesegar saat ini.

Becky menyandarkan kepalanya di bahu Freen. Lima bulan berdua saja dalam rumah sempit ini telah membuat hubungan mereka semakin dekat. Keduanya sudah tidak canggung lagi melakukan kontak fisik meski keduanya belum benar-benar meresmikan status hubungan mereka namun tingkah keduanya sudah seperti kekasih yang sedang di mabuk asmara, terutama Freen yang selalu peka terhadap apapun yang Becky butuhkan tanpa memberitahunya terlebih dahulu.

”Dingin?" tanya Freen.

"Sedikit tapi aku menyukai udaranya."

Freen membentangkan selimut bulu ke tubuh Becky agar gadis itu merasa nyaman, dia juga ikut masuk ke dalamnya.

"Kamu tidak merindukan ibumu?" tanya Becky tiba-tiba.

"Eh kenapa tiba-tiba bertanya begitu?"

"Hanya ingin tahu saja." Becky menoleh menatap Freen.

"Aku tidak tahu tapi aku sedih harus mengalami kondisi seperti ini."

Becky merasa bersalah melihat raut Freen yang berubah menjadi sendu.

"Seandainya aku tidak melakukan hal bodoh mungkin kamu tidak akan berada disituasi ini."

Freen mengangkat wajahnya mendengar kalimat Becky. Dia tidak setuju.

"Aku tidak pernah menyalahkanmu."

"Tentu. Aku yakin untuk yang itu karena kamu terlalu baik, Freen."

"Jangan memujiku, aku tidak seperti itu." Freen mengelak. Dia merasa kurang nyaman jika dipuji padahal sebenarnya dia tidak sempurna itu.

"Kamu seperti malaikat."

"Becky, berhenti." Freen mendesah, benar-benar tidak menyukai pujian yang Becky ucapkan.

"Kamu benar-benar seperti malaikat."

Kali ini Becky mengucapkannya sekaligus menggoda, melihat ekpresi Freen sedikit membuatnya terhibur.
***

     Freen menatap Becky dengan senyum yang tak lepas dari bibirnya. Menurutnya malam ini Becky terlihat begitu cantik meski hanya memakai piyama dan wajah polos tanpa make up, karena saat ini mereka memang akan tidur.

"Kamu sangat cantik," pujinya lagi dan lagi.

"Kamu mau memujiku berapa kali, kamu sudah mengatakannya berulang-ulang," ucap Becky.

Dia meletakkan tangannya di atas tangan Freen yang kini sedang menangkup sebelah pipinya.

"Aku sanggup mengatakannya sepanjang malam," sahutnya tanpa memutus kontak matanya dari gadis cantik di hadapannya. Bahkan nafasnya kini sudah mulai memberat.

Dia sangat terpesona.

Tatapan itu turun menuju hidung Becky lalu berakhir di bibir tipis pink milik gadis kecilnya.

Freen membasahi bibirnya yang terasa kering. Tenggorokannya juga mendadak terasa kering.

Ada keinginan untuk merasakan bibir itu. Benar-benar merasakannya bukan hanya menempelkan miliknya ke milik sang gadis namun Freen masih ragu. Tidak. Dia takut Becky tidak akan suka, lagi pula dia tidak tahu cara berciuman dengan baik dan benar. Freen belum memiliki pengalaman untuk itu.

Tapi sepertinya keinginan untuk merasakan bibir merah muda itu terlalu kuat sehingga seperti ada yang mendorongnya untuk memajukan wajahnya mengikis jarak.

Awalnya dia hanya menempelkan bibirnya ke milik Becky dan begitu tidak ada penolakan Freen mulai melumat. Dia memejamkan kedua matanya ketika akhirnya bisa merasakan benda kenyal itu secara nyata. Hal yang tidak pernah dia duga, Becky tidak menolak, gadis itu membuka mulutnya untuk memberi akses yang lebih.

Ciuman mereka pelan, tidak saling menuntut seakan benar-benar ingin mengecap, menyimpan rasa dari kegiatan itu dalam memori mereka.

Keduanya melepas tautan bibir mereka ketika merasakan dada mereka kekurangan oksigen. Ketika paru-paru mereka sudah terisi dengan oksigen, Freen kembali ingin mengulang kegiatan tadi yang sepertinya akan menjadi candu, namun kali ini ciuman mereka lebih menuntut bercampur dengan nafsu.

Becky melenguh disela ciumannya membuat Freen meneteskan air mata bahagianya.
Becky mengerutkan keningnya lalu mendorong dada Freen membuat ciuman mereka berakhir.

"Kenapa Freen?" tanya Becky bingung yang melihat Freen menangis.

"Jangan khawatir, ini air mata bahagia," jawab Freen.

"Aku sudah mencintaimu sangat lama. Ketika kamu tidak lagi menolakku membuat  hatiku tersentuh," jelas Freen.

Sekarang mata Becky yang berkaca-kaca. Dia teringat perilakunya kepada Freen selama empat tahun tinggal bersamanya, Freen selalu memperlakukannya dengan amat baik namun dia selalu bersikap ketus dan dingin. Dendam telah membuat hati nuraninya tertutup bahkan setelah apa yang dia lakukan kepada Freen, gadis ini sama sekali tidak membencinya. Rasanya tidak berlebihan jika Becky menyebutnya sebagai gadis malaikat.

"Terimakasih sudah sangat mencintaiku," lirihnya.

Kedua gadis itu menempelkan kening mereka kemudian mengusap air mata satu sama lain.

"Aku mencintaimu Becky, dari dulu dan tidak akan berubah," desah Freen.

"Kalau begitu jadikan aku milikmu," Becky menantang.

Freen menatap Becky lekat mencoba mencari keraguan di mata gadis kecilnya namun dia tidak mendapati apapun selain penyerahan diri.

"Kamu serius?" tanyanya untuk menyakinkan.

"Tapi aku minta maaf karena kamu bukan yang pertama." Mimik wajh Becky langsung berubah menjadi sendu.

Freen benci ekpresi itu, benci dengan kalimat itu kendati dia memang marah atas apa yang menimpa Becky namun itu bukanlah kesalahan dari gadis kecilnya. Rasanya tidak pantas Freen menghakiminya.

Gadis itu membungkam bibir gadis kecilnya dengan ciuman yang jauh lebih baik, malam ini dia akan menjadikan gadis kecilnya miliknya. Benar-benar menjadi miliknya.
***








****Huffff halo teman2 yg baik, 20 part tamat ya 😂😂. Mau happy apa sad ending? Ayo vote***

Rewrite the stars Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang