16

1.7K 227 40
                                    

Becky menggeliat dari posisi tidurnya namun kemudian dia meringis. Lupa lagi, punggungnya masih sakit.

Gerakannya yang mendadak itu mengejutkan Freen. Gadis itu juga ikut terbangun.

Keduanya saling menatap kemudian tertawa dengan alasan yang tidak mereka ketahui. Mungkin karena hanya ada mereka berdua, mungkin juga karena mereka tidur dalam ranjang yang sama.

Tawa mereka berhenti yang kemudian saling mengunci tatapan.

Freen selalu terpesona dengan wajah gadis cantik di hadapannya sejak kali pertama mereka bertemu.

Dia merasakan detak jantungnya meningkat, ada satu dorongan yang membuatnya nekat memajukan wajahnya lalu.

Cup...

Bibir mereka bertemu. Hanya sekian detik, Freen langsung menariknya kembali.

"Aku akan menyiapkan sarapan," ucap Freen dengan suara gugup.

Dia cepat-cepat turun dari kasur, tak ingin melihat reaksi Becky.
Dia merutuki sikap kurang ajarnya. Seharusnya dia tidak melakukan itu. Bagaimana jika Becky tidak suka. Nanti pasti akan canggung.

Freen mengaduk-aduk isi kulkas namun sebenarnya pikirannya sibuk memikirkan bagaimana jika Becky marah. Lalu bagaimana nanti dia akan bersikap. Pasti mereka akan sangat canggung.
***

    Di lain tempat, Heng merasakan lututnya seperti jelly. Dia hampir tidak bisa berdiri dengan tegak karena saat ini Rose beserta beberapa bodyguard-nya tiba-tiba mendatangi kediamannya ketika dia baru saja akan berangkat bekerja.

Tentu saja urusan Rose adalah untuk mencari tahu keberadaan Freen.

Semenjak dia menyadari Freen kabur Rose langsung mengerahkan orang suruhannya untuk mencari keberadaan Freen.

Tidak hanya mengecek hotel, maskapai penerbangan, Rose juga menyuruh anak buahnya untuk mengecek perjalanan darat maupun laut namun hasilnya nihil. Tidak ada jejak Freen maupun Becky.

Maka orang yang dia ingat adalah Heng, pria yang dekat dengan putrinya yang bisa saja ikut andil dalam membantu Freen.

Tapi sepertinya Rose harus menelan kekecewaannya karena meski dia sudah mencoba mengintimidasi sedemikian rupa, Heng tetap mengatakan bahwa dia tidak tahu apa-apa tentang keberadaan Freen dan Becky.

Rose tidak bisa memaksa lebih karena orang suruhannya juga  sudah mengecek kapan terakhir kali Freen dan Heng saling menghubungi dan itu sudah lama.

Rose jelas tidak sebodoh tapi dia tidak bisa menekan Heng terlalu keras, bagaimana pun Heng adalah teman putrinya yang selalu loyal dan bersikap baik kepadanya.

"Baiklah jika kamu tidak mengetai keberadaan putriku tapi biar kutegaskan sekali lagi, kamu juga pasti tahu apa yang bisa kulakukan untuk orang yang suka berbohong kepadaku," ucap Rose dengan sedikit mengancam.

"A..aku benar-benar tidak tahu Nyonya," ucap Heng terbata.

"Aku percaya padamu, anak manis," ucap Rose kemudian meninggalkan Heng begitu saja.

Heng menghembuskan nafas lega begitu Rose dan anak buahnya sudah pergi.

"Sial, aku seperti bertemu malaikat pencabut nyawa disini sementara Freen pasti sedang sibuk bercinta," umpatnya.
***

     "Maaf," ucap Freen ketika mendengar Becky mendesis menahan perih.
Freen sedang mengoleskan salep di Luka punggung Becky.
Dengan hati-hati Freen kembali menyapukan telunjuknya di luka memar itu.

Freen sebenernya merasa ngilu melihatnya. Masih jelas diingatannya bagaimana anak buah ibunya memukul Becky dengan kasarnya.
Andai saja dia langsung menembak anak anjing itu Becky pasti tidak akan mengalami luka separah ini.

Rewrite the stars Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang