Rose tidak main-main dengan rencananya memasukkan Freen ke dalam dunia bisnisnya. Sudah sebulan ini gadis itu dipaksa menjalani semua kegiatan yang biasa Rose lakukan. Bepergian keluar negeri, menghadiri pertemuan dengan orang-orang yang terlibat di dalamnya termasuk mengenalkannya dengan bisnis-bisnis ilegal.
Saking sibuknya, Freen nyaris tidak pernah bertemu Becky meski mereka tinggal dalam satu rumah. Dia juga tidak tahu apa Becky sudah sembuh.
Freen sangat merindukan Becky, tapi kesibukannya mengalihkan seluruh atensinya dan ibunya tidak akan senang jika dia tidak serius menjalankan tugas-tugasnya.
Dan malam ini dia baru saja pulang dari menghadiri pesta ulang tahun salah satu rekan bisnis ibunya.
Waktu sudah menunjukkan lewat tengah malam. Freen ingin masuk ke kamarnya namun dia berhenti ketika berada di depan kamar milik Becky.
Dia meminta penjaga untuk membukakan pintunya.Freen tidak mengerti mengapa Becky seperti di kurung di dalam rumah ibunya. Kamarnya selalu di jaga, memangnya Becky akan melakukan apa.
Melangkah pelan, lampu di kamar Becky masih menyala. Dia tidak menemukan gadis itu di tempat tidur namun dia menemukan pintu menuju balkon terbuka. Freen lantas ke sana.
Dia bisa melihat gadis itu berdiri memandangi langit.
Freen berdehem kecil membuat gadis itu memutar kepala ke arahnya."Freen." Dia mendesah.
"Kenapa belum tidur?"
Menarik nafas panjang, kemudian kembali membuang mukanya ke arah semula.
Freen ikut berdiri di samping Becky. Menumpukan kedua tangannya di dinding pembatas, dia ikut menatap langit yang tampak gelap tanpa bintang."Kamu baru pulang?" Becky bertanya.
"Hmm." Freen menjawab dengan singkat.
"Rasanya lama sekali aku tidak melihatmu? Bagaimana keadaanmu? Bahumu sudah sembuh?"
"Aku jauh lebih baik. Bahuku juga sudah sembuh." Becky menarik nafas lagi kemudian memutar sedikit tubuhnya agar menghadap ke arah Freen.
"Freen, sepertinya aku ingin pergi."
"Pergi? Kamu bosan ya dikurung terus. Aku akan meminta mom."
"Bukan. Maksudku benar-benar pergi." Becky menelan ludahnya, agak berat mengatakan keinginannya namun dia sudah memikirkannya matang-matang.
"Pergi dari kehidupanmu."
Sudut bibir Freen berkedut, dia ingin bertanya kenapa namun rasa nyeri di ulu hatinya membungkam mulutnya.
Freen hanya mampu menggeleng dengan lemah."Aku mencintaimu," ujar Freen.
"Besok aku akan pergi." Becky mengabaikan ucapan Freen.
"Aku mencintaimu, Becky."
Tatapan memelas itu hampir-hampir membuat pertahanan Becky goyah namun dia segera teringat siapa dirinya.
Roseanne benar, dia tidak pantas bersama Freen. Dia sudah menemukan jawaban itu."Segera istirahatlah, aku tahu kamu lelah. Aku juga akan segera tidur."
Seperti disihir Freen keluar dari kamar Becky dengan pikiran yang kosong.
Begitu Freen sudah keluar dari kamarnya, tangis Becky pecah. Dia tidak tahu rasanya akan sesakit ini namun dia tidak boleh goyah dengan keputusannya.
Sementara itu di kamarnya, Freen duduk termenung di sisi ranjangnya. Pikirannya masih kosong, dia hanya menatap lantai seperti hanya itu satu-satunya pemandangan yang menarik untuk dia lihat.
Satu menit...
Dua menit...
Hingga tiga puluh menit, Freen tersadar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rewrite the stars
Fanfictiongosah ada deskripsi ya, Mari ngeteh kalo pengen di spill 😁😁, cuma kalo yg ini gaakan ada moment kocak kayak dibuku sebelumnya. karakter Sapalocha disini beda dari karakter2 yg sebelumnya, begitu juga Nong Bell. Disini dia berubah jadi gadis tanggu...