10

1.5K 217 56
                                    

Becky sudah lelah menangis, seakan masalah belum cukup membebaninya, sekarang muncul lagi masalah baru. Namanya diperbincangkan di seluruh media gara-gara hal memalukan itu dan semua masalalunya dikulik sampai hal-hal terkecil. Dia juga mendapatkan teror dan juga pelecehan melalui media sosialnya.

Becky sampai tidak berani keluar dari flatnya dan sekarang tiba-tiba dia mendapat panggilan dari kepolisian untuk kasus video yang beredar itu.

Gadis itu menyesal karena tidak memiliki siapapun yang bisa mendengarkan keluh kesahnya karena saat ini dia sangat membutuhkan seseorang yang mau mendengarkan ceritanya.

Freen, Becky rasanya malu untuk mengeluh kepadanya.

Melihat dirinya di pantulan cermin, dia melihat gadis menyedihkan dengan mata sembab dan bengkak.

Dia mengambil masker lalu memakainya juga kacamata hitam untuk menutupi mata bengkaknya. Setelah di rasa cukup gadis itu segera pergi untuk memenuhi panggilan polisi. Dia tidak ingin menarik masalah lagi dengan tidak bersikap koperatif.
***

      Mind menatap wanita wanita angkuh di depannya, menimbang-nimbang tawaran yang dia berikan. Memang menguntungkan untuk dirinya tapi apa dia tega membuat gadis kecil itu kembali menderita.
Mind memang sudah merusaknya tapi itu karena dia merasa frustasi dengan situasi saat itu.

"Pikirkanlah baik-baik. Kamu hanya membantunya tapi kamu menanggung akibatnya berlipat-lipat, rasanya sangat tidak adil untukmu." Rose kembali memprovokasi.

"Aku bisa membalik keadaan dengan sekali jentikan," tambahnya.

"Kenapa kamu ingin sekali membuatnya menderita, Nyonya Evan?" Mind bertanya.

"Dia harus belajar berterimakasih."

"Kasihan dia, Nyonya. Jujur saja aku tidak tega."

"Kalau begitu ucapkan selamat datang untuk kesengsaraanmu." Rose menyeringgai.

"Baiklah aku terima tawaranmu," Mind menyahut cepat yang membuat
Rose tersenyum penuh kemenangan.

"Lakukan tugasmu sampai gadis kecil itu merasa bosan hidup," pungkas Rose lalu bangkit dari tempat duduknya.

Mind meremas jemarinya sendiri, seandainya dulu dia tidak membantu Becky, mungkin saat ini dia tidak harus menjadi orang jahat.
***

     Freen gelisah karena Becky tidak menepati permintaannya untuk datang kembali. Sudah tiga hari sejak kedatangannya terakhir gadis itu belum juga muncul.
Karena tidak ingin terus menerus merasa khawatir, Freen meminjam telephone untuk menghubungi Heng, temannya.
Dan disinilah pria itu berada.

"Kamu memintaku memata-matai gadis yang kamu cintai sementara kamu tahu aku menyukaimu, penghinaan macam apa ini." Heng menunjukkan ekpresi terluka namun dia hanya berpura-pura.
Dia memang menyukai temannya ini tapi dia tahu Freen tidak menyukainya secara romantis jadi Heng tidak ingin memaksakan apapun.

"Heng." Freen menatap pria itu dengan tatapan jengah.

"Baiklah-baiklah, aku mengerti." Heng mengangkat tangannya tanda menyerah.

"Ngomong-ngomong kamu terlihat gemuk dan lebih cerah, apakah senyaman itu berada di penjara?" godanya.

"Coba saja kalau kamu ingin tahu."

"Nah, aku belum tertarik. Eh bisakah kamu membawa ponsel supaya aku lebih mudah menghubungimu. Malas sekali rasanya harus kesini hanya untuk laporan."

"Aku sedang menjalani hukuman bukan sedang berlibur."

Heng memutar bola matanya.
"Gunakan kekuasaanmu sebagai putri dari pasangan Fred James Evan dan Roseanne Evan," gemas Heng.

"Ini untuk kelancaraan informasi tentang gadismu, bagaimana jika terjadi hal-hal mendesak yang membutuhkan keputusanmu," tambah Heng mencoba mempengaruhi karena Freen terlihat ragu dengan permintaannya.

Rewrite the stars Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang