7

1.5K 243 49
                                    

   "Aku ingin bertemu Becky Anastasia Carter," ucap Roseanne kepada staf di lobi kantor Jeon Austin
.
Tidak ada yang tidak mengenal wanita beraura tajam ini, begitupun juga staf pria yang sedang diajak bicara Rose. Pria muda itu langsung mengantarkan Rose menuju ruangan Becky yang beruntung gadis itu tidak sedang keluar.

Staf tadi mengetuk pintu ruangan Becky lalu memberitahu bahwa ada yang ingin bertemu dengannya.

Rose memasuki ruangan tempat Becky sedang bekerja dan tanpa menunggu di suruh wanita itu langsung menempati kursi di depan Becky.

Becky tidak pernah menduga Rose akan menemuinya setelah satu tahun berlalu. Dia kira wanita ini tidak mengingatnya lagi mengingat dia tidak pernah bertemu sejak pertemuan terakhirnya di pengadilan waktu itu.

Gadis itu tidak berani membuka mulutnya, jujur saja dia sedikit cemas memikirkan kira-kira gerangan apa yang membawa wanita beraura dingin ini sampai menemuinya karena selama pertemuannya dengan Rose dia tidak pernah mendapati sesuatu yang menyenangkan.

"Selamat siang nona Carter?" Rose bertanya lalu menaikkan kaca mata hitamnya.

"Selamat siang," jawab Becky.
Sejujurnya dia tidak berani menatap wajah Rose namun dia tidak ingin terlihat lemah oleh wanita ini.

"Bagaimana kabarmu gadis kecil? Bahagia sudah berhasil memenjarakan putriku?" tanya Rose dengan senyum bengisnya.

Jantung Becky langsung berdetak dengan keras mendengar sindiran wanita dihadapannya ini.

"Tapi kenapa kamu terlihat seperti gelandangan." Rose memajukan wajahnya menatap mata Becky dalam-dalam kemudian memundurkannya kembali setelah berhasil mengintimidasi gadis kecil yang dicintai putrinya.

Rose mengedarkan pandangannya ke ruang kerja Becky kemudian mengangguk-anggukan kepalanya.

"Ruangan kerjamu sangat nyaman. Tuan Austin memang selalu menjamin para pekerjanya," ucap Rose.

"Kamu menikmati bekerja disini?" tanya Rose.

"Oh Nona Carter, apa kamu kehilangan pita suaramu sehingga tidak bisa menjawab pertanyaanku atau kamu takut kepadaku? Sepertinya tubuhmu gemetar." Rose kembali tersenyum sinis.

Tubuh Becky memang gemetar, dia tidak tahu apa yang diinginkan wanita ini tapi auranya sungguh menakutkan.

"Kenapa harus takut, dimana keberaniamu ketika memutuskan untuk memenjarakan putriku."

Tubuh Becky semakin menegang, sindiran Rose terdengar seperti sedang mengancam.

"Baiklah aku tidak akan memaksa jika kamu tidak mau menjawab. Aku kesini hanya ingin melihatmu dan memberitahumu bahwa sudah cukup main-mainnya," ucap Rose.

"Sebenarnya aku bisa saja menghancurkanmu hanya dengan sekali menjentikkan jari tapi putriku yang baik hati sudah membuatku berjanji untuk tidak menyakitimu," lanjutnya, Kali ini dia memasang ekpresi dinginnya.

"Tapi sayang sekali orang yang dia lindungi mati-matian adalah orang yang tidak tahu terimakasih. Baiklah, sudah cukup aku melihatmu. Selamat menikmati ruangan nyaman pemberian putriku gadis kecil."

Rose menurunkan kacamatanya kemudian bangkit dan berjalan keluar dari ruang kerja Becky.

Sepeninggal Rose, tubuh Becky terasa lemas seperti tak betulang.
Semua ucapan Rose sampai ke ulu hatinya termasuk tentang dirinya yang tidak tahu terimakasih. Apa yang kurang dari Freen, dia telah memberikan lebih dari yang dia butuhkan tapi Becky benar-benar menjadi manusia paling tidak tahu diri dan tidak tahu terimakasih.

Becky meremas dadanya yang lagi-lagi terasa sakit setiap kali mengingat Freen. Gadis itu kembali tergugu dengan perbuatan bodohnya yang hanya mengedepankan dendam tanpa mau berpikir bahwa Freen tidak sepenuhnya bersalah atas kematian orang tuanya.  Dia bahkan tidak akan mendapatkan kenyamanan seperti ini tanpa Freen, mungkin sekarang dia hanya akan menjadi pelayan di restorant itupun jika dia beruntung.
***

Rewrite the stars Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang