Boboiboy dkk hanya milik Monsta, saya hanya meminjam karakternya saja.
Cerita ini murni ide saya.
Fanfic, Drama, Humor, Hurt, Family, Angsat?, Elementals Siblings.
.
.
.
HAPPY READING!
===
"Saya nggak mau tahu, bocah badung itu harus dihukum karena sudah menyakiti anak saya!" seorang wanita dengan make up tebal yang hampir luntur berseru tak terima dengan apa yang telah terjadi pada anaknya.
"Mohon tenang bu, kita bisa bicarakan baik-baik. Tolong Ibu duduk dulu dan jangan emosi." ucap sang guru mencoba mengatasi situasi.
"Tenang?! Gimana saya bisa tenang kalau liat anak saya babak belur begini?! Ibu mikir dong! Gimana ini pihak sekolahnya?! Kenapa anak nakal seperti dia masih aja sekolah di sini, harusnya anak badung kaya dia keluarin aja dari sekolah, nggak punya antetitude!"
"Halah cuma baru ditonjok, belum gue patahin tulangnya. Lebay amat!" cibir Blaze.
"Blaze!" tegur Taufan. Kali iini Taufan lah yang terseret untuk menjadi wali dalam masalah Blaze.
"Dasar anak kurang ajar kamu!"
"Tolong ya bu disini kita belum tahu siapa yang salah, jadi berhenti ngatain adik saya!" kali ini Taufan angkat bicara, dia mulai tak suka dengan sikap wanita di hadapannya yang terus menyalahkan Blaze dengan mulut kasarnya.
Taufan tahu adiknya—Blaze memang terkenal biang onar disekolah, dan bukan hal asing lagi jika memang anak itu terlihat perkelahian seperti sekarang karena memang Blaze adalah anak yang memiliki emosi setipis tisu setelah Halilintar dan emosi yang mudah terpancing.
Tapi mendengar penjelasan bahwa Blaze memukul orang tanpa sebab itu sama sekali tidak mungkin.
Taufan mengenal semua adiknya dengan baik dan Taufan tahu Blaze bukanlah tipe orang yang akan menyerang dulu jika tidak dipancing. Ibaratnya, tidak akan ada asap jika tidak ada api.
"Masih nanya yang salah siapa disini? Jelas adik kamu itu yang salah! Anak saya nggak ngapa-ngapain kenapa jadi babak belur kaya gini! Saya sebagai Ibu nya nggak bakal pernah rela lihat anak saya dipukul sama orang!"
"Adik saya juga nggak pernah mukul orang tanpa sebab, jadi ya kemungkinan anak ibu yang cari masalah duluan." balasnya.
"Berani sekali kamu bicara kaya gitu! Dasar nggak punya sopan santun kamu! Orang tua kamu nggak pernah ngajarin sopan santun ya?! Mana orang tua kalian hah? Kenapa nggak kesini? Orang tua kalian pasti gagal didik kalian, makanya kalian jadi nakal seperti ini! Nggak punya sopan santun!"
"Ibu sama sekali nggak punya hak ya disini buat nyinggung orang tua saya maupun didikan mereka, memang udah sebaik apa didikan anda sampai menyinggung didikan orang tua saya?"
"Bener-bener kamu ini—"
"Tolong semuanya harap tenang! Kita disini untuk menyelesaikan masalah yang terjadi, bukan menambahnya!" potong sang guru dengan tegas.
"Ibu tolong duduk dulu, kita bicarakan semuanya baik-baik. Saya ingin memberikan mereka dua kesempatan untuk menyatakan apa yang sebenarnya terjadi." masih dengan tatapan tajam, wanita itu memilih mendudukan diri.
"Fadil, kamu bisa ceritakan apa yang terjadi?"
Remaja yang disebut Fadil itu tampak sedikit gugup beberapa detik, namun di detik selanjutnya dia mampu menetralisir mimik wajahnya dengan sangat baik.
KAMU SEDANG MEMBACA
Puzzle
FanfictionSebuah kisah mengenai kepingan Puzzle Hancur namun dapat kembali disusun. Namun saat satu keping puzzle hilang, akan kah gambar yang indah itu kembali utuh? "Menurutmu apa definisi bahagia itu?"